Berjumpa Dengamu

1.5K 6 1
                                    

Sepulang kuliah, menunggu hujan reda. Hatiku hampa. Rasanya kuliah ini tidak mengasyikan bagiku. Sangat ingin pindah jurusan seni musik. Dengan tujuan ingin membahagiakan diri. Aaah hampaaa hampaa. Diriku sebenernya ingin apa? Entahlah.

Inilah perjumpaan kita. Menunggu hujan reda. Aku yang memulai. Menyapamu. Dan so akrab. Kita mulai mengobrol. Aku yang banyak tanya karena ingin banyak tahu. Kesan pertama. Kamu asyik. Penuh cerita dan penuh kejutan.

Hampa ini kemudian hilang. Sebegitu cepat kau menyihirku. Mengubah hati ini menjadi hangat. Begitu aman dan nyaman rasanya. Legaa. Dan mengapa secepat itu. Dahsyatnya magicmu. Ah kamu. Aku terpana. Sebegitu terpana saat kau bercerita.

Ginan, 2016.
Aku adalah seorang pria introvert. Ah tidak, terkadang pun aku ekstrovert. Namun introvertku lebih menonjol. Mungkin. Bicaraku tak begitu jelas. Ya. Aku tak begitu lancar dalam bicara. Yang terkadang membuatku tidak berkembang dalam belajar. Aku malu. Ya. Tapi aku berusaha untuk tidak begini. Aku berlatih. Sedemikian berusaha tenang saat bicara. Sedemikian berusaha mengontrol diri saat bicara. Sedemikian pula tuhan menciptakan aku yang seperti ini. Aku bersyukur, karena mungkin agar aku tidak banyak bicara kotor pada manusia. Agar aku dapat terus berkomunikasi dengan diri ku sendiri. Dan terkadang makhluk lain. Selain manusia.

Ahh. Dia begitu jujur menceritakan dirinya. Tak peduli berbagai kekurangannya. Tak peduli betapa ia penuh amarah atau penuh bahagia. Inilah egoisme jiwaku. Aku jatuh cinta. Aku jatuh pada diriku yang mencinta.

Aku cinta kamu, Ginan. Dan secepat inikah?

Orang KetigaWhere stories live. Discover now