Ginan, 2016
Perempuanku, akhirnya diri ini bangkit dari kursi. Kemudian menarik kursi agar dapat duduk berhadapan denganmu. Ingin ku terka air matamu, namun aku ini siapa?. Akhirnya kau sebegitu mandiri menyerka air matamu. Sayang, kamu kenapa sayang? Hingga pada akhirnya kata yang ku keluarkan adalah "ceritakan apapun itu!". Dengan isak tangismu, menengangkan hati dan pikirannu. Menstabilkan nafas, kemudian terdiam. Dan tertawa. Sayang, apakah kau sebodoh itu?. Sayang, hal apa yang membuatmu seperti itu?Whoaaa. Mengapa dia? Mengapa dia menghampiriku?. Ahh memang segampang itu aku dapat bercerita padamu sayang? Walau kemarin kamu banyak bercerita, bukan berati saat ini aku harus bercerita bukan?. Ah sayang. Aku tidak butuh didengarkan. Aku hanya butuh dekapanmu. Saja.
YOU ARE READING
Orang Ketiga
RomanceKuceritakan sebuah kisah peluh merendam duka. Adanya amarah yang terkadang sulit untuk dicerna mengenai maknanya. Adanya bahagia yang datang dan pergi keberdaannya. Sebetulnya hidup ini apa? Apa hanya tentang bahagia dan amarah? Apa hanya tentang ak...