Rapat hari ini berbeda, Pak Feldman mengizinkan untuk mengadakan rapat diluar, di sebuah kafe.
Mungkin itu bukan ide yang terlalu buruk, walau sejujurnya iya. Gimana tidak, sebelum rapat selesai, Luke dan rekan lain nya malah maju ke stage di pojok kafe itu, untuk bernyanyi tentu saja.
Dan ujung-ujungnya, acara rapat ini terbengkalai. Termasuk Pak Feldman pun sudah nongkrong di kursi bar.
Perlu dicatat! Lain kali, jangan mengadakan rapat diluar kantor. Tapi, ada baiknya juga, selama Daisy ikut rapat, itu tak menjadi masalah bagi Michael.
"Thankyou," sahut Luke setelah selesai nyanyi. "Selanjutnya, kita sambut, Michael Clifford, silahkan maju keatas stage," lanjut Luke mengarahkan yang lain untuk bertepuk tangan.
"What the hell, man?" Bisik Michael saat ia diseret kedepan oleh Luke.
"Nyanyikan sebuah lagu, apa lagi?" Dengan tegas, cowok pirang itu memberi microphone pada Michael.
Kini semua mata tertuju pada Michael, termasuk gadis itu, Daisy. Dan sialnya, itu membuatnya semakin gugup. Otaknya berpikir untuk memilih lagu apa yang akan ia bawakan.
Dan, setelah Daisy memberikan senyuman penyemangat padanya, ia telah menemukan lagu yang pas.
Michael sempat berbisik pada gitaris dibelakang untuk meminjam gitar akustiknya.
Jemari Michael mulai menekan kunci-kunci dileher gitar lalu,
"Found what i lost inside... my spirit has been purified... take a thorn from my pride... and hand in hand we'll take a walk outside...
Gadis itu tersenyum dan matanya berbinar, seakan-akan ia mengenal lagu yang Michael nyanyikan.
"Thank you for the sun... the one that shines on everyone... who feels love...
Tak ada yang Michael pandang, selain gadis bermata coklat itu, Daisy.
"Now there's a million years... between my fantasy and fears... i feel love..."
Senyuman khas nya... wajahnya yang ekspresif... rambut ikal dibagian bawah nya... mata coklat teduh nya... cara ia berdiri dikerumunan orang... sinar lampu diatasnya.... Michael terpesona dan menyukai itu.
🌼
"Ah, you can play guitar, Michael," ucap Daisy selagi mereka keluar dari kafe.
Michael hanya mengangguk.
"Good performance," puji Daisy ceria sambil menepuk lengan laki-laki itu.
Pipinya terasa lebih panas, tak menyangka Daisy menyukai penampilan nya tadi. "Thanks."
Sambil menunggu taksi lewat, Michael ingin mengatakan sesuatu yang telah lama mengganjal di hati nya. Ia harus mengatakan secepatnya.
"Mm, well," jeda sesaat, Daisy menoleh menunggu lanjutannya. "I like you," ceplosnya, dan sekarang Michael menyesali itu.
"Mm, I like you, too."
Seketika napas nya tercekat, coba menelaah arti ucapan gadis dihadapan nya itu lekat-lekat.
"We can be friend by now," tambah Daisy innocent sambil mengangguk kecil.
Mungkin tidak sekarang, pikir Michael. Ia pun mengangguk setuju, walau maksud ucapannya tadi ialah bukan itu.
"Well, taksi nya udah ada, duluan, ya?"
Bersamaan dengan anggukan Michael, gadis itu meninggalkannya dan masuk kedalam taksi.
Ia bisa melihat bahwa Daisy sempat melambaikan tangannya sebelum taksi melaju cepat.
Setelah taksi itu tak terlihat lagi, dengan sekuat tenaga, kaki nya menendang batu kecil dipinggir jalan.
Tapi setidaknya, semua berawal dari pertemannan dulu, kan?
🌼
Special soundtrack in this scene : Who feels love - OasisA.n
Hai! gue tau ini cerita udah klasik bgt atau malahan terlalu cheesy, or, boring? tapi well, gue lagi pengen aja bikin yang sweet-sweet gitu hehehe walau kurang ngena feel nya jg wkwk
And last but not least, i'd more appreciate if you guys give some votes or comments oke? Oke.
-tikafeb
![](https://img.wattpad.com/cover/79874915-288-k517393.jpg)
YOU ARE READING
Spring » clifford
FanfictionThere's so much flowers in Spring. But, only one can life living in his heart. ❝I'll say it with flower.❞ Copyright © August 2016 by tikafeb