Ting!
Pintu lift dihadapan Michael langsung terbuka, lalu ia melangkah masuk. Dengan tergesa-gesa masuklah Daisy, untung saja pintu lift belum tertutup.
Saat itu, jantung Michael berhenti untuk sepersekian detik. Mungkin ini hari keberuntungan nya.
Di dalam lift itu hanya ada mereka berdua. Sunyi sepi, kecuali musik yang terdengar oleh telinga Michael, iya, ia sedang memakai headset.
Daisy menoleh perlahan sambil menunjuk headsetnya, "ah, i know this song."
Lalu Michael melepas sebelah headsetnya, tak mendengar ucapan Daisy barusan, "sorry?"
Daisy tersenyum, "i can hear the music from here."
Michael tertawa kecil, tak menyangka bahwa volume musik yang ia dengarkan sebegitu besarnya.
Lalu ia memberikan sebelah headset pada Daisy sambil mengangkat alisnya yang seolah-olah berkata, mau denger juga?
Tanpa pikir lama, Daisy memasangkan headset disebelah telinganya.
🌼
Selama rapat berlangsung, pandangan Michael tak lepas sedikitpun dari Daisy yang sibuk presentasi. Sesekali mata mereka bertemu, yang membuat Daisy Trecce tersenyum sesaat.
Perasaan hati Michael tak bisa dibiarkan, mungkin ada benarnya juga apa yang dibilang Luke. Ia harus bergerak, memulainya.
🌼Serpaan angin musim semi yang menyejukan itu langsung terasa saat Daisy keluar kantor.
Ditatapnya langit yang cerah, tanpa disadari pipinya telah dibasahi oleh rintikan hujan. Tumben sekali.
Ia mempercepat langkah kaki nya menuju stasiun kereta, tapi terdengar seseorang memanggil nama nya dari belakang. Ia pun menoleh.
"H-hai," sapa Michael yang berdiri dengan payung transparan nya. Entah dapet keberanian dari mana, ia berani memanggil gadis itu.
"Michael?" Senyuman khas nya terlukiskan disana.
"You can get a fever if you still standing there, i'd like to share umbrella," with you. Ia memberi ruang agar Daisy dapat berdiri dibawah payungnya.
"You're right," ucapnya, lalu ia bergabung dinaungan payung Michael.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju stasiun kereta. Rintikan hujan.... jalan berdampingan... di bawah payung yang sama... itu sukses membuat Michael jatuh cinta.
Merasakan jarak diantara keduanya sedekat ini membuat detup jantung Michael tak karuan. Ia khawatir jika gadis disampingnya ini bisa mendengar.
Kemudian mata hijau bening Michael menemukan sebuah kafe di ujung perempatan.
"Do you want some hot coffee?" Lagi-lagi Michael tak menduga ia mengucapkan itu.
"Yeah, but chicken burrito would be great," sahut Daisy yakin.
"Someone's hungry, eh?" God, bisakah engkau jaga mulut ini? Pinta Michael dalam hati.
"No, ah, yes... it's because the rain, the weather, perfect time for lunch, don't you think?"
Michael mengangguk setuju, "I know the place, come on."
🌼
YOU ARE READING
Spring » clifford
FanficThere's so much flowers in Spring. But, only one can life living in his heart. ❝I'll say it with flower.❞ Copyright © August 2016 by tikafeb