Chapter 2: The Difference

3.7K 336 25
                                    

Capiano Mansion

Friday, 31st of October 1987

Harry Potter menghela nafas dan mengerjapkan matanya lelah. Menggerutu mengenai betapa kejamnya ayah dan 'paman'nya dalam melatihnya, Harry kembali duduk dan meraih handuk yang tergantung di lemari-nya. Berjalan lesu ke arah pintu lain yang berada di kamarnya, ia menutupnya tapi tidak menguncinya; pengalaman yang mengajarkannya. Lagi pula, siapa yang bisa menjamin kalau rumah mereka tidak akan diserang saat ia sedang mandi?

Menggumamkan lagu 'Ignorance'-nya Paramore, Harry menyalakan keran dan mandi dengan air hangat. Pas untuk menyegarkan tubuhnya setelah ia benar-benar di'habisi' oleh Al, yang empat tahun ini sudah ia pikir sebagai pamannya sendiri, tapi paman yang benar-benar beda dari Vernon.

Mengingat hal itu, entah mengapa Harry menggigil.

'Tidak,' ia bergumam, menyenderkan kepalanya di dinding dan membiarkan air membasuhi tubuh munglinya. 'Kau sudah jauh dari mereka. Kau sudah aman dari mereka. Kau punya Makarov sebagai ayah yang benar-benar menyayangimu, Al sebagai pamanmu yang galak tapi tetap menyenangkan, dan seluruh anggota Klan Capiano sebagai keluargamu.'

Ia mengulang-ulang pikirannya, membuatnya mantra agar terlepas dari flashback masa lalunya. Tapi tetap saja... andaikan malam itu Makarov tidak memutuskan untuk membawanya pulang dan mengadopsinya, entah apa yang akan terjadi pada Harry. Mengingat itu, Harry tersenyum. Setelah menemukannya, ayahnya membawanya pulang, dan langsung merawatnya dengan dokter keluarga yang sudah sangat dipercaya oleh ketua Mafia Eropa itu. Seminggu penuh ia koma, atau lebih tepatnya ia tertidur untuk membiarkan sihirnya  'membetulkan' tubuhnya. Biasanya, ketika ia mendapat hukuman dari paman dan bibinya, ia hanya punya waktu sedikit untuk beristirahat dan membiarkan sihirnya merawat dan membetulkan setiap tulang yang patah, menghilangkan setiap lebam di tubuhnya. Dan pada waktu itu, pada akhirnya ia mendapat kesempatan untuk beristirahat, sihirnya bekerja. Tapi walau begitu, hanya ayahnya yang tahu tenang 'keanehannya', walau Makarov memaksa bahwa itu bukan keanehan, tapi sebuah ' gift'.

Ia ingat setiap percakapan kedua paman dan bibinya, mengenai mengapa selama ini ia disebut 'freak' atau ' boy'. Mungkin mereka tidak akan percaya, atau mungkin mereka merasa aman karena tidak mungkin bocah berusia empat tahun mengerti mengenai apapun yang sedang mereka bicarakan. Tapi tidak, Harry mempunyai ingatan fotografis, yang berarti sejak ia bisa mengerti hal-hal yang ada di sekelilingnya, ia akan mengingatnya.

Setelahnya, ia tahu kedua orangtuanya tidak meninggal karena kecelakaan mobil karena mabuk seperti apa yang bibinya selalu bicarakan, tapi karena dibunuh. Walau alasannya tidak pernah ia ketahui. Ia tahu ia selamat, dan hanya mendapatkan bekas luka sambaran kilat di dahinya. Ia tahu, karena ia selalu memimpikan hal itu, walau frekuensi mimpi buruknya berkurang sejak ia tinggal di Capiano Manor.

Makarov selalu bertanya, apakah ia ingin menutup atau menghilangkan luka di dahinya dengan operasi plastik, tapi Harry selalu menolak. Entah mengapa, ia selalu merasa bahwa bekas luka itu akan membuatnya istimewa atau kutukan, tergantung dari sisi mana ia melihatnya. Tapi ia sering menutupi bekas luka yang mungkin suatu saat akan menjadi ciri khasnya, karena saat dalam keadaan menyamar, kadang menutupi bekas luka lebih efisien daripada mengganti model rambut; banyak orang yang mempunyai luka tersendiri yang menjadi ciri khas... makin sedikir orang yang mengetahui tentang lukanya makin sedikit orang yang mengenalnya.

Menghela nafas, Harry meraih shampo dan mulai membasuh rambutnya yang sekarang panjang sebahu. Ternyata, apabila rambutnya dipanjangkan, tidak akan seberantakan yang biasanya. Harry tersenyum mengingat ayahnya selalu berusaha merapihkan rambutnya saat mereka akan pergi meeting dengan beberapa orang penting.

Ngomong-ngomong tentang meeting...

Harry melirik bekas luka panjang di lengan kirinya. Ia menghela nafas, mengingat dari mana ia mendapat bekas luka ini. Tahun lalu, pada saat ia, ayahnya dan Al pergi makan-makan di sebuah restoran, tepat pada saat mereka akan pulang, lima orang menyerang mereka. Makarov langsung menyembunyikan Harry di belakang punggungnya, mengeluarkan pistolnya sementara Al membelakangi Harry, pistol siaga. Harry sendiri mengeluarkan dagger-nya, bersiap. Ia mungkin memang belum lihai menggunakan pistol, tapi entah mengapa dengan pisau ia alami. Matanya siaga, karena ini memang bukan penyerangan pertama. Tapi dulu ada dua penjaga di dekat mereka dan mobil mereka langsung datang dan Harry langsung 'dilempar' ke dalam mobil, memperhatikan ayahnya melawan para penyerang mereka. Setelah itu, Harry langsung menghadap ayahnya dan meminta agar pelajarannya tentang hand-in-hand combat, knife dan dagger juga pistol diperbanyak.

Moonlight ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang