Chapter 3: Truth Behind Lies

2.8K 292 25
                                    

"Paman Al?"

Al tersenyum mendengar ia dipanggil 'paman'. "Ya?"

"Siapa sepupumu? Mengapa kau keluar dari dunia sihir?"

Al tersenyum lebar, tapi terlihat sedih. "Itu, kawanku, adalah cerita untuk hari yang lain."

============================================================================

Capiano Mansion
Wednesday, 24th of July 1991

"Harry?"

Memutarkan tubuhnya, Harry menghadap ke arah pintu, tepat di mana Al sedang berdiri dan menyender ke pintu.

"Ya, Al?"

"Ada yang ingin kubicarakan."

Harry menatap Al lama, lalu mengangguk dan mengikutinya keluar. "Oke."

Sudah hampir tiga tahun waktu berlalu sejak Harry mengetahui tentang jati dirinya, dan sudah selama itu Al membimbing dan melatihnya, memberikan semua ilmu yang ia punya mengenai dunia sihir.

Pertama-tama, mereka selalu belajar teori. Sejarah dunia sihir, sejarah Hogwarts, sejarah perang pertama, perang goblin, dan semua sejarah yang bisa diajarkan kepadanya. Untungnya, dengan otaknya yang bisa mengingat semua hal dengan sekali baca atau lihat, Harry dengan gampangnya 'melahap' buku-buku yang diberikan oleh Al.

Lalu kedua, Defense. Bukan hanya Defense Against the Dark Arts, tapi semua Defense. Di sini Harry belajar bahwa tidak ada yang namanya sihir hitam dan putih. Pada dasarnya, semua sihir sama. Yang membedakan hanya cara penggunaannya, dan untuk siapa sihir itu digunakan.

Harry juga mempelajari mengenai prejudice di dunia sihir, dan langsung berteriak "Bullshit!",
membuatnya terekna hukuman. Tapi walau begitu, Harry tahu ayahnya juga Al berfikiran sama mengenai prejudice dunia sihir mengenai makhluk sihir seperti werewolf, vampire, elf,
dan sebagainya.

Dan sekarang, empat hari sebelum ulang tahunnya, Al memanggilnya. Penasaran, ia mengikuti pamannya itu dan menemukan dirinya diseret ke ruang duduk dengan ayahnya duduk. Déjà vu.

Harry duduk di sebelah ayahnya, menyenderkan tubuhnya ke sisi ayahnya. Sementara Al, duduk di sofa di seberang mereka, mukanya tegang.

"Al?"

Harry bisa melihat Al menarik nafas dan menutup matanya, lalu mengeluarkan nafasnya berlahan sambil membuka mata.

"Emm... kau tahu kan empat hari lagi kau akan berulang-tahun yang ke sebelas?"

Harry mengangguk, dan bisa ia rasakan di sebelahnya Makarov menegang. Sejak diberitahu oleh Al mengenai takdir dan kewajibannya untuk pergi ke sebuah tempat yang tidak diketahui oleh Makarov, pria berambut hitam kemerahan itu selalu over-protective kepada anaknya.

"Lalu?"

"Kau ingat waktu itu aku memberitahumu bahwa pada saat kau berumur sebelas tahun, Griggonts akan memintamu untuk datang dan mereka akan membacakan Surat Wasiat kedua orangtuamu?"

Harry mengangguk.

"Sebenarnya, surat Griggonts datang lebih awal. Bukan maksudku untuk mengambil surat milikmu!" Al mengangkat tangannya defensif, menatap kedua ayah-anak yang memberikan
death glare mereka. "Aku mengecek apakah ada mantra yang bisa menyebabkan kau terluka! Akhir-akhir ini sering ada mail iseng, yang tertuliskan berasal dari orang atau perusahaan yang kita kenal, tapi sebenarnya berasal dari musuh dan pada saat mereka membukanya, boom! Mati! Kau tidak ingin itu terjadi, bukan?" Al menatap Harry mengancam, walau tidak terlalu serius.

Moonlight ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang