7. Sakit

19.2K 2.8K 262
                                    

Warning! Part ini rada jijik dan nista. Rating 16+ yaa😂😂


Aku terus menangis dan menangis di dalam mobil. Memori tentang orang gila yang menyentuh tubuhku itu benar-benar membuatku kesal dan marah. Bokongku sudah nggak suci lagi. Hiks.

"Sudah nangisnya? Kita pulang, oke?"

Aku menatap om Mingyu dengan mata sembab. Setelah insiden itu om Mingyu menjalankan mobil kak Hansol dengan kecepatan tinggi ke sungai han. Katanya sih supaya aku lebih tenang. Tapi ini nggak membantu sama sekali.

"Om, aku takut."

Om Mingyu menghela napas pelan. "Lagian kenapa sih pakai baju kurang kain segala? Kau masih dibawah umur. Jangan bertindak sembarangan!"

Aku terdiam. Om Mingyu menatapku tajam. Sumpah, mendadak aku takut.

"A-aku cuma--"

"Aku sudah bilang, jangan buat aku malu! Mereka rekan kerjaku, asal kau tahu!"

Mataku makin memanas mendengar bentakannya. Om Mingyu ini kenapa sih? Tadi sok perhatian, sekarang malah marah-marah nggak jelas. Maunya apa coba?

"Aku melakukan ini demi om. Katanya om suka wanita dewasa. Ini kan yang om mau? Ini kan yang--"

"Apa menurutmu wanita dewasa sama dengan jalang? Kau salah! Berhenti melakukan hal konyol. Datang ke pesta sialan itu saja sudah membuatku muak dan marah. Jangan buat aku makin kesal!"

Aku diam. Jadi penampilanku dimatanya nggak beda jauh dengan jalang. Seperti itu? Iya? Tiba-tiba hatiku sakit. Om Mingyu jahat.

Dia menjalankan lagi mobil dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan Seoul yang tidak begitu ramai menuju apartemen kak Hansol. Sepanjang perjalanan aku dan dia hanya diam. Dan air mata sialan ini nggak mau berhenti.

"Masuklah, aku harus pergi," katanya begitu mobil ini sampai di depan pintu masuk apartemen.

"Om." Aku menatapnya dengan sisa keberanian yang ada. "Berapa kali sih aku harus bilang? Aku suka sama om! Aku sukasukasukasuk-"

Om Mingyu memegang kedua bahuku erat. Matanya menusuk mataku dalam. Entah kenapa aku benci tatapannya yang satu ini. Aku punya firasat buruk.

"Berapa kali aku bilang? Jangan suka padaku! Kau cuma anak SMA! Bagiku kau cuma adik, Choi Daerim! Berhenti berharap. Karena aku tidak akan membalas perasaan sesaatmu itu."

Bukan hanya tatapannya. Aku juga benci ucapannya yang satu ini. Sangat.

Author

Musik bergema begitu kencang di klub ini. Malam semakin larut dan tempat laknat ini semakin ramai. Entah sudah berapa gelas vodka yang Mingyu teguk. Hanna yang bersanding dengan Wonwoo di pelaminan (belum lagi masalah gila yang diciptakan Daerim) membuatnya kesal setengah mati.

Beberapa wanita penghibur datang silih berganti, menggoda Mingyu dengan tubuh seksinya. Tapi yah, yang ada dipikiran Mingyu hanya Hanna, Hanna, Hanna. Persetan dengan para jalang di sekelilingnya. Yang dia mau hanya Hanna.

"Hanna aku menyesal telah melepasmu," gerutunya setengah linglung. Efek alkohol luar biasa memang.

"Maaf, tuan. Mau saya panggilkan sopir pengganti?" tanya seorang pelayan yang tidak tega melihat keadaan Mingyu.

"Panggilkan Hanna, bodoh! Aku butuh dia!" teriak Mingyu.

Pelayan itu menggaruk kepalanya bingung. Hanna siapa yang dia maksud? Hanna dul set? Hanna Montana?

"Panggil saya kalau butuh bantuan, tuan."

Mingyu mengangkat tangannya ke udara, mengusir pelayan itu jauh-jauh dari hadapannya.

Bagai dejavu, kejadian sembilan tahun yang lalu terulang kembali. Malam dimana Mingyu merelakan Hanna pergi terulang kembali. Dan ini sangat menyakitkan. Sangat. Hingga dadanya begitu sesak, hanya dengan memikirkan Hanna.

⚫⚫⚫


Prang! Suara barang pecah itu langsung membangunkan Daerim. Kepalanya terasa berat, efek dari menangis sepanjang malam.

Daerim meraih ponsel di sampingnya. Masih jam dua malam. Hansol ada di luar kota sampai lusa. Jadi siapa--

"Argh!"

Daerim tersentak mendengar teriakan dari luar kamarnya. Perempuan itu buru-buru beranjak dari ranjangnya lalu berlari menuju sumber suara.

"O-om Mingyu!"

Matanya membulat melihat kondisi Mingyu yang sangat mengenaskan. Rambut acak-acakan, vas dan piring pecah dimana-mana, serta bau alko--Sial! Daerim tiba-tiba saja mual. Dia tidak pernah mencium bau semengerikan ini.

"Om, bangun om. Om nggak apa-apa kan?"

Daerim mengguncang tubuh Mingyu yang terduduk di sofa. Mata pekat Mingyu berhasil buat jantung Daerim berdetak kencang.

"Hanna."

"Han...na?" Mingyu menyentuh pipi Daerim lembut. "O-om apa yang--Aah!"

Tubuh Daerim langsung jatuh bersandar di sofa begitu Mingyu menerjangnya dengan ciuman ganas. Daerim terus memberontak, tapi tenaga pria dewasa di depannya benar-benar luar biasa.

"Kau milikku, Hanna! Kau milikku! Hanya milikku!"

Airmata Daerim jatuh disela-sela ciuman yang Mingyu berikan. Dia memang menyukai Mingyu, tapi bukan ini yang dia mau.

Daerim memekik saat Mingyu menggigit bibirnya kasar. Bau anyir langsung menyeruak begitu saja. Perih. Tapi hatinya jauh lebih perih.

"Lupakan Wonwoo. Si brengsek itu hanya parasit!"

Plak! Tamparan Daerim berhasil buat Mingyu tersungkur ke lantai. Laki-laki itu memegang pipinya yang terasa berdenyut.

"Hanna apa yang--"

"AKU BUKAN HANNA! AKU DAERIM!" potong Daerim dengan lantang. Perempuan itu beranjak dari sofa, meninggalkan Mingyu yang masih terdiam dengan sisa-sisa kesadarannya. "Aku nggak tahu hubungan om Mingyu sama kak Hanna. Tapi dia sudah menikah! Dia istri orang lain! Aku harap om tahu maksudku."

Daerim menutup pintu kamarnya keras-keras. Dan air mata itu lagi-lagi jatuh.

⚫⚫⚫

Yuhu nistaa:"")

Kabar gembira nih. Next chap kita bakal kedatangan tamu baru looh. Siapa hayoo? Tunggu yaa😂😂

Makasi buat yg uda komen, vote, atau sekedar baca. Kusayang kalian kuy kita bertemaaan🙆🙆

Om Mingyu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang