15. Sorry

19.7K 2.9K 467
                                    

Part ini rada panjang dan menye-menye:v jgn lupa tinggalkan jejak yaa. Happy reading🙆


"Sayang, kau pernah bertemu
Daerim kan?" Wonwoo menatap Hanna sejenak lalu mengangguk. "Menurutmu dia gimana?"

Wonwoo berpikir sambil merapikan meja makan di depannya. "Lucu dan ramai?" jawabnya ragu.

"Aku rasa Mingyu suka dia deh." Sontak Wonwoo menghentikan aktivitasnya. "Eh? Kenapa?"

"Jangan bicara yang aneh-aneh, sayang. Daerim adiknya Hansol. Lagian dia masih SMA. Yang benar saja," kata Wonwoo sedikit tertawa.

"Kejadian di pesta pernikahan kita sudah menjelaskan semuanya. Kau juga bilang kan kalau Mingyu selalu membahas Daerim saat kalian sedang berdua. Semua sudah jelas," ujar Hanna penuh keyakinan.

"Nggak mungkin."

"Jelas!"

"Jangan sok tau."

"Gini-gini aku kan pernah jadi pacarnya Mingyu. Aku tau persis gimana gelagat Mingyu kalau jatuh cinta."

Wonwoo menatap Hanna tajam, sedangkan yang ditatap sibuk merutuki kebodohannya yang dengan santai mengungkit masa lalunya bersama Mingyu.

Tingtong!

Diam-diam Hanna menghela napas lega. Bel berbunyi disaat yang tepat, batinnya.

"Kali ini kau selamat, sayang. Tapi lihat saja, nanti malam aku akan membuatmu meledak sambil mengerang dan meneriakkan namaku berkali-kali. Bersiaplah," bisik Wonwoo sambil menyeringai.

Hanna bergidik lalu segera berlari menuju pintu rumahnya. Dasar Jeon Wonwoo mesum!

"Hai, nuna!" sapa Hansol sambil memeluk Hanna singkat.

"Hai Hansol, Mingyu. Aku--Eh, sebentar. Daerim mana?"

⚫⚫⚫

"Gila! Ini benar-benar enak."

Mark menatap Daerim ngeri. Makan tteokbokki ekstra super pedas, apanya yang enak coba?

"Dream, stop it. Perutmu nanti sakit," kata Mark sambil berusaha merebut tteokbokki dari tangan Daerim.

"Nggak akan, Mark. Sumpah enak banget."

Setetes air dari dahi dan mata Daerim meluncur begitu saja. "Dream, hentikan. Okay?"

Daerim menelan tteokbokki di mulutnya lalu menatap Mark dengan mata merah dan berair. Laki-laki itu menghela napas pelan.

"Kau menangis," gumam Mark.

"Kepedesan, Mark."

"No. Kau memang menangis, Dream."

Mata mereka bertemu cukup lama dan lagi-lagi Mark menghela napas. Sekarang dia semakin yakin kalau Daerim sedang tidak baik-baik saja.

"Bawa aku kemanapun, Mark. Kemanapun kau ingin pergi."

Itulah kalimat pertama yang diucapkan Daerim saat mereka bertemu di halte. Mark pun mengajak Daerim ke Myungdong karena yah, dia belum pernah kesana.

Hal aneh berlanjut saat Daerim nggak berhenti mengoceh di sepanjang acara jalan-jalan mereka. Mengomentari pakaian tante-tante di sekitar mereka lah, membicarakan pasangan kekasih yang dia lihat lah, dan masih banyak lagi.

Awalnya Mark dengan senang hati menanggapi ocehan Daerim yang terdengar lucu di telinganya. Tapi lama-lama dia sadar, kalau ada sesuatu yang nggak beres pada diri Daerim.

Om Mingyu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang