Part 4

12 2 3
                                    


Baru upload lagi ukh


"Oke ini rumah kecilku" Nina membuka gerbang tinggi yang sangat menyeramkan menurut ku, dan Lea hanya berdecak kagum "sungguh rumah tua yang indah" Lea bergumam kecil.

"Nina.. Kau tinggal bersama siapa?" aku bertanya

"Sama nenek ku, apa kau tidak mencium aroma wangi kue ini?"

"Aku menciumnya!!" Lea berseru semangat.

Lalu kami bertiga jalan menyusuri halaman Nina yang lumayan luas

"Apanya yang rumah kecil Nina? Aku lelah sekali" Aku mengeluh

"Jangan mengeluh saja vab, dasar kau ini" Lea mengomeli ku

"Hai, kalian pasti teman - teman Nina ya ?" aku dan Lea terlonjak kaget.

"i iya nek" jawab Lea tergagap. Aku masih mengatur nafasku ya tuhan kenapa hari ini banyak sekai yang mengejutkanku bathinku mengeluh.

"Kau, siapa namamu?" nenek itu menatapku tajam

"A-a-aku Vaby nek"

"Kau bisa lihat sesuatu??" tatapan nenek itu melembut seolah setengah berharap.

"aku tidak buta nek" jawabku polos

PLETAKK

"Aww..sshh, apa salahku Lea?" aku mengelus kepalaku yang dijitak Lea

"Maaf nek, dia memang sedikit lambat"

"hahaha, tidak perlu seperti itu lea, aku paham" nenek itu beralih pandang dari menatap lea lalu menatapku

"jadi maksud nenek, apa aku bisa melihat makhluk astral?" aku bertanya

"kenapa sikap bodohmu keluar disaat seperti ini?" lea berbisik sambil menyikutku, aku hanya berseri - seri.

"ini diaa kue buatan nenek sudah matang..wangi sekali"

Mata aku dan lea nampak berbinar, saat nina membawakan senampan penuh kue kering.

"ah.. Nikmatilah dulu, setelah ini aku mau berbicara pada kalian" nenek itu tersenyum kearah kami, lalu kami menikmati apa yang di hidangkan.

"haaafftt..kenyaangnyaa" aku menghela nafas

"oiya Nina, kemana nenek mu? Katanya ia mau berbicara padaku?"

"sebentar vab aku panggilkan dulu" lalu nina pergi memanggil neneknya.

Setelah kami semua berkumpul, nenek membuka percakapan.

"Vaby.. Apa kau bisa melihat makhluk astral? Apapun itu?"

"iya nek, aku bisa tergantung makhluk itu mau menunjukan dirinya dihadapan aku atau tidak"

"Nina, apa tidak mengapa nenek menceritakan kematian beliau kepada mereka?" nenek menatap nina dengan harap.

"tentu saja nek, mereka teman - teman ku"

"baiklah" mengalirlah cerita tentang ibu nina

, 23 februari 1990

"aku bahagia hans"

"mengapa begitu dalma?"

"aku akan menikah denganmu hans"

"apa tidak mengapa denga nina?"

"dia sudah menyetujuinya hans, apa lagi yang kau pikirkan?"

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang