Lagi-lagi hari Senin. Mau tak mau, aku harus pergi ke sekolah.
Pagi yang cerah, kenapa cahaya begitu silau hari ini?
matahari terlihat lebih terang dari pagi sebelumnya."Siaaaallllllllll!!!!" Jeritku dengan amarah
Aku terbangun pada jam 7.57 pagi.
Dengan perasaan kesal aku hanya bisa kembali berbaring di kasurku sambil meratapi langit-langit atap."Mampus, udah telat"
Mama bahkan tak membangunkanku, apa dia lupa kalau anak tunggalnya ini masih berada dibawah atap rumahnya?
Yang Aku takuti adalah papa. Kalau sampai dia melihatku masih berkeliaran dirumah, pasti dia akan memarahiku dan menyangka aku sengaja bolos.
Aku mengatur strategi sedemikian rupa, ku acak-acakan rambutku sedikit berantakan, ku pakai jaket kulit yang tergeletak di kursi, menambahi blush on dibagian hidungku. Done.
Aku terpaku di depan kaca, pandanganku mengarah ke jaket kulit milik Billy.
Harumnya sangat khas.Kutelusuri ruang-ruang dirumahku mencari keberadaan papa.
Diteras depan rumah papa sedang asik minum kopi dan membaca koran harian miliknya.
"Papa, ada obat sakit kepala gak? Jeni sakit pa. Jeni pengen istirahat tapi kepala Jeni kayak ditusuk jarum. Sakit pa sakittt." Aku memelas kepada papa, berharap papa akan tekelabui oleh acting dariku.
"Kok bisa dek? Bentar papa telpon Mama kamu"
Papa langsung saja menghubungi Mama. Aku tak mendengar pembicaraannya, tapi satu hal yang ku lihat dari raut wajah papa adalah kebingungan.
"Jeni, papa bentar lagi harus ke kantor. Mama kamu lagi di rumah nenek. Kira-kira jam 3 baru pulang." Jelas papa padaku
"Yaudah Jeni disini aja"
"Nggak bisa Jen. Bentar papa tanya Tante Rose buat ngeliatin kamu yah."
Kemudian papa menghubungi Tante Rose.
Setelah 3 menit berbincang di telepon papa langsung berbicara padaku"Nanti kalo Tante Rose udah pulang, dia bakal jagain kamu sampe Mama pulang."
Ya ampun padahal aku tidak benar-benar sakit. Tapi apa boleh buat, daripada aku harus ambil resiko jujur kalau aku bangun telat sehingga tak masuk sekolah, lebih baik aku berbohong demi kebaikan (ku).
Kini tinggal aku sendirian dirumah besar berlantai dua ini. Rasanya sepi, tapi akhirnya aku bisa menikmati diriku sambil streaming YouTube channel kecantikan yang telahku subscribe.
Iphoneku bergetar. Aku melihat notif-notif yang masuk. Ku lihat yang paling atas ialah pesan dari sebuah kontak bernama Billy.
Maaf aku barusan buka hape, soal tadi malam aku minta maaf banget. Fanny tiba-tiba drop.
Tapi kamu pulangnya gak telat kan?
Kata Mama, kamu sakit ya? Tunggu bentar ya aku bawain bubur ayam :)Billy oh Billy, kau mengharapkan Jenile memaafkanmu? Wanita mana yang tidak kesal kalau ditinggal. Apalagi karna wanita lain. Dan kau pikir aku bisa disuap dengan seporsi bubur ayam?
Lebih baik aku tak membalas pesannya, yah berpura-pura marah tidak masalah bukan?
Aku yang sedang santai terganggu oleh suara ketukan pintu.
Langsung saja aku turun dan membuka pintu, dan seorang lelaki yang berdiri mengenakan kemeja merah kotak-kotak dengan senyum kecil mengangkat pundaknya.
"Here's for you" kata Billy sambil mengulurkan tas plastik berisi bubur ayam.
"Taruh di meja, aku mau ke kamar."
"Nggak. Aku mau cerita dulu. Kamu diem disini" sambungnya sambil menahan lenganku.
"Kamu egois banget jadi orang. Kamu ninggalin aku nggak masalah, sekarang aku mau keatas aja kamu nggak ngizinin." Bantahku
"Aku beneran minta maaf. Fanny tuh lagi sakit. Coba yang pingsan temen kamu. Pasti kamu langsung pergi juga kan?" Ujar Bill mengangkat alisnya
"Tapi aku nggak bakal ninggalin kayak gitu aja, ngomong kek, paling nggak angkat telpon aku" sahutku menyilangkan kedua tanganku
"Aku nggak sempet buka hape"
"Tapi jagain Fanny bisa?" Sela ku
"Jen, Fanny tu berarti buatku" jelas Billy
Seketika hatiku terasa sakit mendengar kata-kata Billy
"Berbeda? Gimana dengan aku?" Gumamku
Lagi-lagi aku bertingkah bodoh. Ada apa denganku? Kenapa aku terdengar seperti orang yang cemburu.
Tidak mungkin, dia hanya tetangga sekaligus mantan temanku.
"Maksud kamu apa Jen?" Heran Billy
"Nggak maksud a-aku-"
Tiba-tiba saja raut wajah Billy berubah. Dia memundurkan langkahnya dariku.
"Jen, jangan simpan perasaan untukku"
Kini hatiku benar-benar hancur. Tanpa aku sadari aku telah meneteskan air mata.
"Jen, are you okay?' tanya Billy
"What? Aku nggak punya perasaan apa-apa. Lagian kamu kegeeran sih" desisku menahan tangis
"Aku mau istirahat, kamu pulang aja." Ujarku sambil menutup pintu dengan halus mengusirnya.
Aku segera berlari ke kamarku. Aku tersandar di pintu dengan air mata yang bercucuran.
"Aku juga nggak suka sama kamu. Siapa kamu berani-beraninya Bicara kayak itu" aku berbicara sendiri sambil tersedu-sedu
"Bill, padahal aku udah mulai nyaman sama kamu. Oke kalo itu mau kamu!" Jeritku histeris
Sungguh ini menyakitkan. Pertama, aku menganggapnya sebagai teman walaupun dia tak menganggap ku. Sekarang saat aku mulai menyukai sisi-sisi barunya. Dia malah menyuruhku untuk berhenti
Billy i hate you
Beberapa jam kemudian suara teriakan melengking Mama terdengar dari bawah.
"Honey, kamu udah mendingan?"
Mama menuju ke kamarku dan mendapati seorang Jenile dengan mata bengkak dan mata berkaca-kaca.
"Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Mama panik langsung memelukku
Ma Jenile sakit hati
"Nggak kok ma, Jenile cuma pusing aja"
"Bentar Mama bawain kamu obat"
Akhirnya aku memiliki quality time ibu dan anak yang sedang sakit (hati).
Aku hanya ingin mengakhiri hari menyedihkan ini. Kalau aku terus memikirkannya, hatiku tambah sakit.
"Jonathan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating BillyBoy
Teen FictionSetelah sekian lama terpisah, Jenile dan Billy seakan dua pribadi yang tak saling kenal. Keduanya saling menutupi perasaan akibat masih terjalin cerita cinta dengan orang lain. Siapa sangka teman masa kecil kini berganti status menjadi pacar. Ikuti...