Hari Sabtu ini sekolahku diliburkan karna guru-guru mengadakan rapat.
Sudah berhari-hari aku tak mau melihat Bill akibat kejadian lalu.
Mama sudah merencakan ini dengan Tante Rose, mereka menyuruhku dan Bill untuk mencari bahan masak agar aku dan Bill punya waktu berdua agar bisa akur kembali.Mama bahkan meminjamkan mobil papa untuk kami pakai. Mau tak mau aku akhirnya pergi dengan Bill.
Kami duduk bersebelahan di Mobil jazz hitam milik ayah.
"Hm.. Jen aku minta maaf soal yang kemarin." Matanya melihatku dengan tulus meminta ampunan ku
"Gak usah diinget dan dibahas!" Sentakku ganas
Perjalanan kembali hening
Ia menghentikan mobil di parkiran, tapi dia masih mengunci pintu mobil.
"Aku udah dewasa, kamu juga. Kayaknya temenan kayak dulu udah nggak mungkin" ucapnya dengan suara pelan
"Aku juga nggak mau kok kita temenan lagi." Jawabku
"Tapi kita bisa punya hubungan selain temen kan?"
What???
Apa maksudnya? Hatiku berdetak, tak begitu kencang tapi rasanya aneh.
Dia turun dari mobil dan langsung masuk ke lobby utama Mall Indah Square.Langkah kakinya tak menuju ke supermarket, malah dia pergi ke toko musik.
"Bentar Jen, ada keperluan sekolah sama band" ujar Bill
"Maksudmu band? Band musik? Sejak kapan?" Wajahku penuh tanya.
Dia tak menjawab. Dia membeli senar gitar akustik tebalnya 0.10 mm
Dia bahkan tak pernah bilang sebelumnya.Apa yang aku pikirkan? Sudah 9 tahun kami tak bertemu, pantas saja aku tak tahu.
Di supermarket kami beranjak ke tempat sayur-mayur dan selanjutnya daging-daging. Kami berdua tampak seperti pasangan muda. Menjijikan.
Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang menghentikan langkahku
"Jenile?"
Itu adalah suara Jonathan. Tatapan herannya membuatku memalingkan wajahku seakan-akan dia tak akan melihatku.
Namun, dia mengambil langkah mendekat memastikan yang dilihatnya itu benar-benar Jenile Darren.
"lagi ngapain? Pacar baru kamu ya?"
What? Aku berpacaran dengan Billy Andrew? Sosok yang bahkan tak lagi menganggap diriku temannya.
"Eh Joe, nggak kok-"
Bill memotong pembicaraan ku
"Iya, aku pacar Jen" ia merangkul pundakku seperti kami biasa melakukannya.
Lagi-lagi jantungku berdetak, namun kini detak nya lambat
"Hah? Gak salah nih?" Tanyaku dengan sengir tawa pada Billy
"Ya udah, aku duluan ya" sambar Jonathan dengan senyum kecewa diwajahnya
Ada apa dengan Jonathan? Apakah dia cemburu? Tidak mungkin!. Dia tak mungkin menyimpan rasa itu untuk seorang mantannya. Yang sekarang harus ku pertanyakan adalah mengapa Bill harus mengada-ada cerita.
"Maksudnya apa?" Tanyaku sembari menatap wajahnya dengan penuh tanya dipikirkanku.
"Masih kecil aja udah pacaran. Gak boleh!" Jawab Bill dengan tawa
"Arghhhh! Dia itu mantan aku tau gak sih? Kalo dia marah sama aku gimana?" Sahutku sedikit membentak.
"Oh, mantan?" Kata Billy sambil memutar matanya.
Pencarian bahan-bahan makanan ini seketika menjadi awkward setelah kehadiran mantan kekasihku, Jonathan.
Sesampainya kami dirumahku, Bill dengan senyum menyapa Mama. mereka bercakap tapi aku tak bisa mendengar mereka.
"Malam ini ikut aku ke kafe, jam 7 aku udah tunggu di depan" Ujar Billy tanpa menatap diriku
Oh jadi itu yang mereka bicarakan. Aku tau pasti Billy meminta izin ke Mama untuk mengajakku berjalan
Jam menunjukan pukul 6.25 aku sudah selesai dengan segala Make up dan pastinya kameja hitam dengan bolongan dibagian belakang disesuaikan dengan ripped jeans hitam dan boot semata kaki. Aku telihat keren.
Aku mengecek iphoneku, dan kudapati notif pesan dari Jonathan.
Jenile bisa telpon aku sekarang? Kutunggu :)
Ada perlu apa Jonathan mengirimku sebuah pesan?
Kami berpisah 5 bulan lalu karna banyak yang tidak setuju dengan hubungan kami, misalnya teman-teman wanitanya. Mereka hanya iri karena seorang Jeni mengencani cowok populer disekolah. Bukan karna alasan perselingkuhan apalagi sudah bosan.
Segera aku menghubungi jonathan, memastikan apa yang ingin dia bicarakan.
Joe: Halo
Jeni: Hay, tadi kamu SMS aku buat nelpon kan? Kenapa?
Joe: ohyaa malam ini bisa ketemuan gak?
Jeni: hmm gk yakin, aku juga ada janji di kafe, kapan-kapan aja ya? Emang penting ya?
......... (Lama panggilan: 3,17 menit)Jonathan langsung memutuskan sambungan telpon tanpa sepatah kata.
Dari kaca aku bisa melihat Billy bediri di depan pagar rumahku. Bukankah belum jam 7?
Aku langsung menuju padanya. Bill yang sedang menghadap ke belakang sambil memikul gitar dibelakang pundaknya sentak terkejut melihat kehadiranku bagai sosok yang tak diundang."Gosh.. kayak hantu aja ngagetin!" Ujar Billy yang sebelumnya terkejut sampai mengambil langkah mundur.
"Hai! Langsung pergi aja yuk"
Aku langsung naik ke boncengan Billy kali ini aku duduk laki-laki. Gitar ini menghalangi sandaranku pada Bill. Aku tak berharap bisa menyentuh badannya, aku hanya menomor satukan keselamatan, kalau aku jatuh bagaimana nantinya.
Di perjalanan kami tak berbicara, yang aku lakukan hanya nyengir-nyengir seperti orang tidak waras. Apa karna aku bahagia?
Sesampainya ditujuan dia berhenti di kafe Rocky.
" Tempat yang menarik" ujarkuDia menarik lenganku, mengajak aku untuk masuk kedalam kafe.
Di sana teman-temannya sudah menunggu si gitaris."Eh bro, apa kabar?" "Ini pacar kamu?" Sahut dua pemuda yang tampaknya anggota band juga
"Ini Jenile. Jenile ini Rangga bassis, yang pegang stik drum Kevin, keyboardis kita namanya Figo." Ujar Billy sambil mengenalkan kami
Aku menjabat tangan mereka bermaksud berkenalan akrab dengan mereka.
"Ihh Billboy seleranya adik manis nih, si fann-" sahut salah satu temannya yang kemudian dipotong dengan kehadiran seorang wanita cantik usianya sebaya dengan Billy yang tampaknya akrab dengan mereka semua.
"Hai.. maaf telat. Loh Billy?" Ucap seorang wanita yang menatap Billy dengan mata berbinar
"Fanny Anatasia. Jenile ini vokalis kami. Fanny ini Jenile Darren." Ujar Billy
Sebelum aku menjabat tangannya dia langsung naik ke panggung. Sombongnya sahutku dalam hati. Ada apa dengan sikap wanita tua itu?
Dengan indah dan harmonis band mereka melantunkan beberapa lagu akustik seperti a thousand year-christina perri, love yourself-justin, dan lagu-lagu akustik lainnya.
Mataku tak luput dari seorang yang berdiri disana, ya dia adalah billy. Yang menangkap mataku lebih lagi adalah gitar akustik coklatnya, bukankah aku pernah merusak benda itu?
Billy yang sibuk dengan gitarnya juga menatapi diriku tanpa kesalahan dalam memainkan setiap chord. Kenapa jantungku berdebar begitu kencang?
Perasaan apa ini???
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating BillyBoy
Novela JuvenilSetelah sekian lama terpisah, Jenile dan Billy seakan dua pribadi yang tak saling kenal. Keduanya saling menutupi perasaan akibat masih terjalin cerita cinta dengan orang lain. Siapa sangka teman masa kecil kini berganti status menjadi pacar. Ikuti...