Part 4

313 14 2
                                    

Kembali lagi dengan cerita abal-abalanku ini, mudah-mudahan ada yang baca dan gak bosen. Kalo gak ada, yah it's ok wae mas😞

Happy Reading!

***

Keana POV

Saat ini waktu menunjukan pukul 7 pagi hari, dimana aku mengakhirkan waktu kerjaku, yang terhitung sekitar 9 jam. Di akhir jam kerja, aku sebagai kasir harus menyetor uang sesuai yang tercatat di komputer. Bila ada yang kurang, aku harus menomboknya.

"Mau pulang bareng gak, Ken?" tanya Tomi yang sudah standby dengan motornya.

"Hemm, gak usah deh, Tom. Aku bisa pulang bareng Mira, lagian deket juga kok." ucapku pada Tomi.

"Yaudah deh, gue duluan ya Ken!" ujarnya dengan nada keras, aku hanya mengangguk dan tak lama setelah itu ia langsung melesat jauh bersama motornya.

Selang beberapa detik kemudian.

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik

Dan......

"Keanaaaa!!!" seru seseorang yang sedang berlari kecil menghampiriku.

Aku menatapnya dengan tatapan bingung. Seorang wanita yang menjadi teman baik sepekerjaan dan seperjuanganku. Ya, wanita itu 'Mira'! Wanita cantik seumuran denganku, anggun, baik walaupun kelihatannya cuek, manis, and other. Masih banyak lagi kata-kata yang dapat mendeskripsikannya.

"Ada apa, mir?" tanyaku saat dia sudah berada di depanku.

"Tomi udah pulang ya, Ken?" tanya Mira menatapku dengan tatapan sendu.

"Udah, Mir. Kenapa kok nyariin Tomi?" ucapku penasaran pada Mira.

"Something special." ujarnya singkat, tanpa menambahkan kata lagi.

Ucapannya membuatku semakin penasaran tingkat akut.

"Ihh. Apaa, Mir?!" geramku pada Mira.

"Ada deehh. Kepo aja lo, Ken!" ujarnya dengan sumringah.

Aku bingung dengannya, tadi sedih sekarang senang. Hahaha, memang lucu dia.

***

Author POV

Keana berjalan menuju rumahnya dengan ekspresi gembira. Ia tak lupa mengenai ucapan teman sekaligus sahabatnya tadi. Tak disangka kalau Mira menyembunyikan sesuatu dari Keana, yang sama sekali tidak Keana ketahui. Tetapi, mendengar ucapan Mira dengan sungguh-sungguh saat perjalanan pulang tadi, Keana sungguh tidak menyangka.

Keana kini sudah berada di gang yang sempit. Sebuah celah yang dapat menghubungkan dirinya ke suatu perkampungan. Perkampungan yang tak lain lagi adalah tempat tinggal Keana bersama keluarganya. Dan kini celah tersebut telah mengantarkannya sampai depan rumah yang sederhana milik orangtuanya.

"Assalamu'alaikum." ucap Keana sambil mengetuk pintu yang terbuka lebar dan melepas sepatu pantofel yang ia kenakan lalu masuk kedalam rumah.

"Wa'alaikumsalam. Udah pulang, Ana?" Ujar wanita paruhbaya yang biasa di panggil 'Ibu' oleh Keana.

"Sudah, bu." jawab Keana seraya mencium punggung tangan ibunya.

"Bapak kemana, bu?" tanya Keana sambil melihat-liat seisi rumah, namun tidak menemui sesosok pria tua yang kerap disapa 'bapak' olehnya.

Sadness in White Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang