Hai! Dateng lagi nih.
Lama ya? Hehe, maaf.
Kembali lagi dengan cerita yang absurd ini, semoga masih ada yang berminat untuk membacanya. Kalo gak ada yaudah #akurapopo
Oh ya, ini masih lanjutan kemarin ya!
Yukk cuss!!
Happy Reading! ≧∇≦
***
Author POV
"Hmmhh." seorang laki-laki berparas tampan menggumam tak jelas.
Tentu saja pria tampan itu 'Arvino' sedang tertidur pulas, tak ingat waktu memang. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, tetap saja ia tidak ingin berpisah dengan kasurnya. Dia selalu saja meninggalkan waktu sholat subuhnya, hanya sesekali ia melakukan sholat subuh, dan itu biasanya ia kerjakan saat waktu libur kerja. Parah!
Mamanya 'Sarah' selalu berusaha untuk membangunkannya sholat subuh, tapi respon yang ia dapatkan dari anaknya yaitu hanya sebuah anggukan lalu sang anak melanjutkan tidurnya. Karena kesal, Sarah memukul bokong anaknya, mencubit beberapa bagian tubuhnya, atau sekedar menjewer telinga anaknya. Bagaimana mau menjadi seorang imam yang baik dalam keluarga, jika ibadah sering ditinggalkan?
"Mas, bangun! Woy mas bangun! Woy! Woy!" teriak Dira dari balik pintu kamar Arvino.
"Mas, lo masih hidup kan?" tanya Dira khawatir sambil menggedor-gedor pintu kamar Arvino.
"Aaahh, berisik banget." gerutu Arvino sambil mengacak rambutnya.
Arvino merasa risih saat adiknya terus-terusan mengganggunya, lalu ia ingin beranjak dari kasurnya dan...
Gubrak!!!
Arvino jatuh dari atas ranjangnya. "Sial lo selimut, gara-gara lo gue jatoh!" makinya kesal pada selimut yang ia kira bersalah karena telah melilit kakinya.
Dengan cepat Arvino menyingkirkan selimut sialannya dengan asal lalu berdiri, dan berjalan gontai menuju pintu kamarnya. Dibukanya pintu tersebut. Di tatap adiknya dengan wajah sangar.
"Ada apa?!" tanya Arvino kepada Dira dengan emosi yang meledak-ledak, beginilah sifat asli Raja Hutan jika waktu tidurnya diganggu.
"Noh, liat!" ucap Dira sambil menunjuk kearah jam dinding yang berada di kamar Arvino.
"Aarrgghh, gue kesiangan! Ada meeting jam setengah sembilan nanti, baru dibangunin!" Arvino mengeluh, lalu membalikkan tubuhnya kembali ke kamar.
Blaamm!
Suara sangat keras akibat pintu yang ditutup Arvino dari dalam, membuat sang adik bergerak mundur karena ngeri dan menggelengkan kepalanya.
'Anjirr kuping gue bisa budeg ntar' batin Dira dalam hati.
"Syukur syukur gue bangunin mas! Kalo gitu, tadi gak usah dibangunin, biar tau rasa, huh!" Dira berteriak kesal melihat kelakuan kakaknya.
Arvino berusaha tidak mendengarkan umpatan yang diucapkan adiknya dari balik pintu. Tapi nihil, dia tetap mendengarkannya. Kemudian Arvino berjalan menuju kamar mandinya untuk melakukan ritual membasahi diri.
***
Arvino POV
Aku berjalan cepat menuruni anak tangga menuju ruang makan, sungguh aku malas sekali untuk sekedar berjalan. Hari ini ada meeting penting.
"Pagi, ma." sapaku pada mama. Mama memberhentikan pekerjaan memasaknya dan menoleh ke arahku.
"Pagi, sayang." balas mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness in White
RomansaMenikah? Dengan seseorang yang tidak dicintai? Menikah tidak didasari cinta bukanlah perihal mudah untuk dijalani dalam sebuah keluarga. Namun, apakah cinta diantara sepasang manusia ini akan tumbuh perlahan? Dikarenakan sebuah desakan dari pria ya...