BAB 1

9 1 0
                                    

SISKA

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke universitas bergengsi di kota ini. Hanya orang orang yang ber IQ tinggi yang bisa kuliah disini.

Kebanyakan mahasiswa di kampus ini adalah orang orang kaya. Namun orang orang yang berekonomi rendah atau menengahpun bisa kuliah disini, tentu saja mereka dapat kuliah disini karna beasiswa prestasi.

Aku bisa kuliah disini karena usaha sendiri. Sebenarnya dalam semua hal, aku gak pernah mengandalkan orang lain. Walaupun aku keturunan ningrat, aku tidak suka mengandalkan kekayaan keluarga.

Kuliah disini dengan beasiswa tidak nembuat aku merasa malu. Karna kecerdasankulah aku bisa dapat beasiswa disini.

Sebenarnya aku juga dapat beasiswa di australia. Tapi karna pekerjaanku berada di indonesia, jadi aku ambil yang di indonesia aja, selain itu lia juga dapat beasiswanya di sini.

Dalam masalah pendidikan, aku adalah siswi yang pintar. Aku tidak ada masalah dengan setiap pelajaran. Tetapi mengenai etika, menurut mami adalah kelemahan terbesarku.

***

MAMI SISKA

Suara musik dari kamar siska pagi ini benar benar sangat mengganggu seisi rumah besar ini.

Belum lagi suara cemprengnya yang keras mengikuti sura Demi Lovato dari lagu yang di putarnya.

Ya... Siska memang sangat mengagumi artis yang dibesarkan disney itu.

"Huft... Anak itu mulai lagi, kalo udah keriangan, beginilah tingkahnya."

Sebenarnya sudah dari tadi aku mengetuk ngetuk pintu kamarnya, tapi karna suara ribut musiknya, dia tidak mendengar panggilanku.

Dan setelah hampir seperempat menit aku berteriak akhirnya suara bising dari kamarnya hilang dan disusul dengan keluarnya siska dari kamar.

"Kei... Berapa kali mami bilang, jangan setel musik keras keras, kamu ganggu orang kei." marahku saat pintu kamarnya terbuka.

"Mami sayaaang, siapa yang akan terganggu? Siapa yang berani memarahi siska gomes ha? Kei ju..."

" kamu.... Mami bingung sama kamu kei. Kenapa kamu bangga sekali dengan nama mu itu. Apa kamu gak malu sama Allah.." sungutku menghentikan ucapanya.

"Nama itu kamu dapat dari papimu, lalu bagaimana dengan nafas untuk kamu hidup, itu kamu dapat dari Allah nak." nasehatku.

" ah sudahlah mi, jangan ceramah sekarang. Kei mau siap siap berangkat ke kampus." putus siska.

"Mami tau kamu mau ke kampus, tapi nak, ka..."

"Mi, kei tau... Bahkan kei juga paham kalo suara kei ini juga dari Allah. Dari kei kecil sampai sekarang mami terus aja ngomongin itu."

"Kei harus inilah, kei harus itu lah. Tapi apa hasilnya mi? Kei gak ngerti mi, saat kei shalat, rajin mengaji, kei gak dapat apa apa mi." sungut siska.

"Kei kamu itu salah nak"

Tanpa mengiyakan perkataanku, siska kembali menutup pintu kamarnya. Dan berteriak keras memanggil pembantu yang dari kecil sudah mengurus kebutuhannya.

SISKA

Sebenarnya aku gak sanggup cuekin mami kek gini. Tapi kalau aku tetap sabar diluar sana, maka aku bakalan jadi patung abadi karna berdebad sama mami.

***

Aku berteriak sangat keras manggil pembokat yang mengurus kebutuhanku dari kecil. " Bi.... Mana baju gue? Lama banget sih nyetrika baju aja."

Tak lama setelah teriakanku, akhirnya pembantuku datang juga dengan baju ditangannya. Aku kembali membuka pintu kamar, dan ternyata mami udah pergi.
" maaf non, ta..ta" katanya terbata bata.

"Aaaah... Udahlah, gue tau lo udah tua, ya wajar kalo lo jadi lamban."
"Sekali lagi lo kek gini, gue banting lo" . tegasku kasar terhadap bi inah.

Setelah sedikit ceramah ke bi inah, aku mengambil baju yang dipegangnya dan kembali menutup pintu kamar.

Maafin kei ya bi, kei gak pernah berinait ngelakuin ini. Tapi kei suka kesal sama tingkah bibi, akhir akhir ini bibi mirip banget sama mami, padahal kei sayang banget sama bibi. Maafin kei karna ngebentak bibi lagi.

Aku berbicara tidak tentu didalam hati, entah kenapa sakit sekali rasanya ngeliat bi inah takut melihatku.

Dulu dia gak seperti ini, dia tidak pernah sedikitpun menjauh. Sekarang seolah semuanya menjadi duri di rumah ini.

Aku sangat sayang sama bi inah, tapi sifatnya yang mulai menasehatiku, membuat aku tidak hanya kesal tapi juga marah yang mendalam.

Tapi entah kenapa, setiap aku membentak sosok wanita tua ini, aku merasa sangat sedih bahkan tidak jarang aku sampai meneteskan air mata.

Bi inah benar benar sudah kuanggap seperti orang tuaku. Aku menyayangi bi inah seperti aku menyayangi mami dan papi, dan anak bi inah pun aku anggap seperti adik sendiri. Ya walaupun aku gak pernah mengatakan ini pada siapapun.

Gak jarang aku ngedesain baju lalu aku kirim ke rumah bi inah, dan mengatas namakan baju itu dengan nama bi inah. Kasian anaknya, harus jauh dari ibunya. Dan di sini aku ngebentak orang tuanya tampa ada rasa sayang. Padahal kasih sayang yang seharusnya untuknya, sekarang tercurahkan sepenuhnya kepadaku.

Tidak,... Aku gak boleh lemah, aku gak boleh jadi siska yang cengeng, itu cuma buat aku lemah, buat aku gak kuat. Aku gak boleh meruntuhkan image ku yang kuat. Aku gak mau jadi perempuan yang mudah digoyahkan.

BI INAH

Teriakan keras dari lantai atas membuatku terkejut dan neninggalkan pekerjaan yang sedangku lakukan.

Aduh biung, aku lupa nganterin baju non kei. Aduuuh, bakal marah marah lagi ini.

Dengan cepat aku menuju ruang setrika dan mengambil tumpukan baju yang telah aku setrika.

" maaf non, ta..ta"

"Aaaah... Udahlah, gue tau lo udah tua, ya wajar kalo lo jadi lamban."
"Sekali lagi lo kek gini, gue banting lo" . bentaknya kepadaku

Tampa banyak kata, non siska mengambil pakaian di tanganku dan menbanting pintu kamarnya.

Entah kenapa sifat siska menjadi dingin seperti ini, padahal saat kecil sifatnya seperti malaikat.

FLASHBACK

Sewaktu kecil non siska tidak seperti ini. Dia gadis kecil yang sangat sopan dan sangat agamais.

Aku sudah menjadi pengasuhnya saat dia berumur 5 bulan. Aku nengikuti perkembangannya.

Diusia 5 tahun, non kei tidak hanya pandai mengaji, tapi dia juga sudah hafal 2 jus al_quran.

Setiap hari, kemanapun dia pergi, non kei selalu membawa al_quran kecil hadiah ulang tahun dari papinya yang ke 5.

Saat dia berumur 6 tahun, dia sudah hafiz 3 jus al_quran. Bahkan non kei bercerita padaku kalau dia akan mengenakan hijab setiap hari.

Tapi entah kenapa, setelah niat berhijabnya disampaikan terhadapku, non kei menjadi gadis pemurung dan sering menyendiri di kamarnya.

Awalnya aku merasa non kei hanya kelelahan, namun lama kelamaan sifatnya berubah 100%. Dia suka bicara kasar dan suka marah marah jika sesuatu yang diinginkannya tidak segera dia dapatkan.

Entah apa yang membuat non kei kecil menjadi jauh dengan agamanya itu.

Pleace... Come To My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang