Part 18

61 21 6
                                    

"Lo kenapa nggak bilang gue kalo lo mau dateng ke Dinner bokap lo ?" Tanya Rian memecahkan keheningan diantara mereka

"Lo gak nanya"

"Tapi kan lo bisa kasih tau gue"

"Lo siapa gue ?"

Rian mengkerutkan alisnya "Lo kenapa Al ?" Tanyanya yang dijawab gelengan oleh Alya

"Cerita sama gue, lo kenapa ?"

Alya menggeleng lagi

"Ck, cewe tuh kalo ada masalah, ditanya jawabnya 'Gapapa' padahal 'Kenapa napa'. Gengsi banget kayaknya " Rian memalingkan wajahnya

Alya menoleh tak terima "What The Fuck ?" ia menyunggingkan sebelah alisnya

Sekilas Rian menunjukkan senyumnya kepada Alya, seperti ada buah yang jatuh dan menimpa kepalanya keras sehingga membuat sikapnya berubah drastis

"Jangan kesel gitu kali, baper banget sih" Rian mengacak rambut Alya

'Gausah terbang deh Al, ntar kalo jatuh sakit banget. Inget, lo itu udah berpengalaman, dengan orang yang sama' Batin Alya

Rian mengapit hidung Alya "Bengong aja siiii" lagi lagi lelaki ini tertawa diselingi cengiran

"lo senyum mulu, nggak kenyang ?" Tanya Alya mengalihkan perhatian

"Kalo sama lo, senyum gue Free selamanya, sayang"

'Gue mau ngelak, malah dia bikin terbang lagi, kan rese' batin Alya kembali

Alya P.O.V

Gue memutar bola mata malas

"Kenapa ? gue manis ya ?" Tanya Rian dengan Pede

'Banget Njir'

"Najiz, Pede abiz"

"Haha ngaku aja Al, masih manisan elo kok" Pujinya

"Huahaha" Gua tertawa tak niat

"Al, lo nggak dingin ?"

"Ngga"

"Mau pake jas gue ?" Tanyanya lagi

"Gak usah" Singkat gue. Tapi ia tetap melepas Jasnya

"Budeg atau tuli ? PAKE !" Omel gue dengan nada datar, dan Rian pun menurut

"Iyaiya..Al, gue mau nanya deh"

"Apa ?"

"Lo kenapa galak sih ? trus kok agak tomboy ?" Tanyanya yang membuat gue menoleh ke wajahnya

"Galak ? Gue biasa aja. Tomboy ? gue nggak tomboy. Cuma karena gue nggak suka sama cewe cewe alay yang rempong kayak tante tante. Dan rata rata sih Feminim, yaa gua tau semua cewe feminim, But not to me" Gue tersenyum sekilas sambil mengangkat alis

"Tapi, lo tuh nggak kayak cewe lain. Lo tuh nggak jaim jaim amat, ceria, and Crazy ? ya, kegilaan lo itu yang bikin seru. Ya walau agak alay gitu sih" Ujarnya sambil menerawang

"Trus aja ngatain gue.. Ya emang gue agak gila, ya gue di depan mereka gila. Gue periang, gue alay buat bikin mereka ketawa. Kalo di bilang beda, ya gue beda style emang sih. Gue nggak suka pake rok"

"Lo tadi di rumah nggak ngaca ya ? Atau emang kaca lo kecil nggak sampe kaki ? " Tanyanya sambil melihat ke arah kaki gue

Ya, gue tau

"Gue di paksa pake baju ini demi kehormatan bokap gue di kantor, anjay bahasanya najes" Seketika gue tertawa

"Trus lo nurut sama nyokap lo ? haha seorang Alya ternyata bisa di kalahkan" Dia juga tertawa

"Iyalah. Yakali, gue mau make celana jeans, kan gak lucu"

"Itu lo pake Kets ?"

Gue bingung mau ngomong apa

"Hm..Yan, ini secret ya, jangan cepu, please"

"Iyaiya.. Kenapa ?" Bisiknya sambil mendekat ke telinga gue

"Gue.."

"Lo gak bisa pake High hells , Al ?"

Gue mengangguk

"Hahaha Anjir !" Dia malah ketawa ngakak, sial

"Ko ketawa sih ?? ih kan cocok juga sama bajunya" Gue mengerucutkan bibir

"Lo lucu serius deh Al. Lo cewe nggak bisa pake Hells ? Trus ntar pas kita Merried lo pake Dress sama sepatu Kets gitu Al ?"

" Ya kan gua bisa belajar dulu, hih bawel --- wait kita ?"

"Haha. Padahal lo kayak gini lebih cantik Al, manis" Rian menatap gue sambil tersenyum

'Mampus, meleleh dah guaa'

"Ya kalo style gue begini terus, kemana mana pake rok, ntar paparazi ngutit gue mulu lagi" gue mengibaskan rambut ke belakang

"Hmm, Kata lo, gue itu siapa lo ?"

"AlyaLovatic"

"Apaan tuh ?" Tanyanya menunjukkan raut tanya

"Julukan buat Fans gue"

"Anjir " Ia tertawa renyah, tapi gue gak mau menatapnya. Gue takut gue nggak tahan ngeliat senyum dia. Senyum yang baru pertama kali gue liat dari sosok seseorang yang gue sayang. Bukan maksudnya dia baru senyum pertama kali ke gue. Tapi dia sosok laki laki pertama yang bisa bener bener buat gue Bahagia, Terbang, dan juga...

Jatuh.

Seketika gue inget kenangan buruk gue sama Rian berberapa bulan lalu. Seketika itu juga senyum gue pudar

"Al ?" Tegur Rian membuyarkan lamunan gue. Gue hanya memalingkan pandangan ke arahnya

"Janji sama gue mau ?"

"Apa ?"

"Lo nggak akan pergi dari hidup gue selamanya "

Gue hanya membuang muka. Berusaha menahan air mata yang akan mengalir ke pipi gue

Kok gue cengeng dah ?

"Hm" Hanya gumaman yang bisa gue jawab saat ini

"Gue butuh jawaban. Iya atau Nggak ? "

'Kalo lo emang tulus sama gue, harusnya lo ngasih tau, bukan lo nanya ke gue '

"Terserah" Gue bener bener nggak bisa menjangkal pertanyaanya saat ini. Andai wktu bisa gua atur dengan sendirinya, saat ini bakal gua hapus dari waktu tesebut.

"Lo masih benci sama gue -" "Alya makan dulu sayang" Celetuk mamahnya Rian dari balik pintu, shit ntar sangkain gue lagi ngapain ngapain

"Elah, ganggu aja si mah " Rian berdecak kesal

"Iyaya maaf, yaudah kalo gak mau di ganggu, kamu suapin tuh Alya"

'What ?'

"Nah, itu baru seorang ibu yang wabyazahh" Rian tertawa

"Hehe bisa makan sendiri kok tante " Gue cengar cengir malu kucing

"Rian tu manja" ujarnya seraya meninggalkan ambang pintu

Gue melirik tajam ke Rian yang berdiri dengan ampang polosnya "Awas lu !" lalu gue pergi masuk ke dalam

Love story forever Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang