BAB 2 - BAGIAN 1

15.7K 674 13
                                    

BAB O2, BAGIAN O1.

[ EDITED ]

Tuhkan, Val, gue bilang juga apa. Ketemu lagi lo berdua," adalah kalimat pertama yang harus didengar Valerie kala dirinya memencet speed dial number nomor 4-nya lalu menceritakan semua kejadian tentang si cowok skateboard itu tanpa satu pun detik terlewatkan.

Gadis berdarah Eropa itu memang tidak ada niatan untuk curhat, sebenarnya. Hanya ingin konsultasi tentang tugas matematika, musuh bebuyutannya itu sejak SD, dengan si calon akuntan di sebrang telefon. Memang mungkin karena hanya mendengar suara Clarissa si tukang gosip, yang tadi memang sempat memancing-mancing, mulut Valerie akhirnya sampai kebablasan sampai sekarang.

Kalau disandingkan dengan Regan, tak perlu bertanya, ya, alasan dibalik pilihan Valerie untuk memutuskan cerita masalah percintaan-apansih-ini terlebih dahulu dengan si Nyonya Kiehl. Tentu karena mulut bak toa masjid milik Regan yang tidak akan berhenti menggoda sohibnya sepanjang hari, kalau perlu 25 jam per hari sekalian biar si Regan puas.

"VAL!" Si oon Valerie, malah melamun, lupa kalau masih dalam sambungan telefon dengan Clarissa.

"Oi?"

"Belum tidur kan lo?"

Valerie memutar mata. Clarissa ini emang suka ngeselin tulalitnya. "Udah," makanya Valerie menjawab asal, malas.

"Oke, deh."

Lalu sambungan terputus.

Valerie menganga, ekspresinya priceless abis. Kalau Regan di sini, pasti dia gak berhenti buat ngevideo-in muka Valerie lalu disebar ke seluruh sosial media-nya. Iya, abang Regan, sosmed-mu itu selalu ramai. Iya, tahu betul.

Lalu Valerie memutuskan untuk tidur. Daripada capek-capek mikirin apakah si tulalit Clarissa benar-benar memutuskan sambungan telefon hanya karena jawaban 'udah' dari Valerie atau memang pura-pura oon.

***

Kantin ramai, seperti biasa. Dan semerbak bau beragam makanan mulai menghampiri satu persatu hidung para murid. Tak terkecuali dua sejoli itu. Clarissa masih belum memesan apa pun kecuali segelas es teh manis padahal sudah sampai lumutan Valerie menunggu sejak 15 menit yang lalu. Istirahat pertama akan segera berakhir, dan Valerie tak mau Pak Tomo, guru matematika harus menyusulnya ke kantin karena tahu kebiasaan anak itu yang membolos pelajaran hanya demi menyelamatkan nyawa cacing-cacing di perut.

"Cepet pesen."

"Gue masih bingung, nih. Saranin dong, Val."

Valerie nampak berfikir sejenak, meluaskan pandangan ke seluruh penjuru kantin. Tidak satu pun kedai kecil di kantin sekolah yang mata serta hidungnya lewatkan. Setelah kurang lebih satu menit mengamati, matanya berhenti di satu titik. Abang bakso.

"Makan itu aj—"

SHIT.

Valerie nyaris tersedak. Ada Farel di sana. Dan semua orang juga pasti tahu apa yang akan dilakukan Clarissa di detik berikutnya tepat setelah kedua mata besarnya mengikuti arah pandang mata kecokelatan milik Valerie.

"VAL! ANJIR! GANTENG BANGET!"

Clarissa ini memang gak nanggung-nanggung mau bikin malunya. Bahkan pelototan Valerie, yang matanya sudah kayak mau loncat dari tempatnya pun gak mempan untuk membuatnya berhenti.

"Apa sih? Melotot, melotot. Jelek ih."

"Berisik."

"Abisan ... ganteng." Clarissa, dengan segala kekuatannya untuk menampilkan wajah setengah mati mupengnya, melirik sekilas ke arah Abang bakso lagi. Farel masih di sana.

MockingjayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang