BAB 3 - BAGIAN 1

14.7K 663 14
                                    

BAB O3, BAGIAN O1.

[ EDITED ]

Seperti biasa, seperti hari sebelum-sebelumnya, di mana kalau ada jam kosong—entah guru dari masing-masing kelas berhalangan hadir, atau bahkan tak ada kabar sekali pun, tiga sejoli itu langsung ngibrit ke kantin. Menempati meja di tengah yang menurut mereka tempat paling strategis untuk nambah porsi bakso, siomay, dan soto ayam. Sekaligus tidak terlalu jauh dari pintu masuk kantin kalau-kalau mereka lagi apes—ditemui guru Bimbingan Konseling yang juga ngacir ke kantin siswa saking laparnya.

Masih ada waktu 5 menit lagi sebelum bel istirahat resmi berbunyi, tapi kantin sudah dipenuhi oleh beberapa siswa yang mencuri kesempatan untuk cepat-cepat berada di antrian terdepan para kedai makanan.

Tak terkecuali Clarissa, Valerie, dan Regan yang sudah memesan masing-masing satu porsi siomay, soto ayam, dan nasi goreng. Mereka sengaja memesan menu yang berbeda untuk saling berbagi makanan. Sedangkan Clarissa yang tidak terlalu banyak makan, ia menambah jajanannya dengan berbagai cemilan seperti permen, chiki-chikian, dan wafer.

Suasana kantin sudah ramai, sementara di meja mereka bertiga bisa dibilang sepi. Tidak ada pembicaraan kala mulut mereka sedang sibuk mengunyah. Kala Clarissa pamit untuk ke toilet sebentar, siomaynya pun sudah habis, barulah Regan dan Valerie dengan kompaknya meminum es teh manis mereka. Di samping memang piring mereka berdua sama-sama sudah bersih mengilap. Lalu Regan mendongak, membuka suara, sembari mengunyah keripik milik Clarissa.

"Udah ketemu sama anak pindahannya, Val?"

"Anak pindahan—" Baru saja Valerie hendak bertanya apa maksud dari anak pindahan yang dikatakan Regan, ia langsung bungkam sejenak. Baru ingat bahwa yang dimaksud adalah sosok itu. Lelaki yang menemuinya sehari lalu di ruangan futsal.

"Eh, itu dia! Panjang umur nih!" Kata Regan, kemudian. Matanya berbinar, tangannya terulur untuk menunjuk sosok yang langsung menarik refleks Valerie untuk ikut melihat apa yang ditunjuk temannya itu.

Dan, bisa ditebak, Valerie menyesal mengikuti arah telunjuk Regan mengarah.

"DALE! Sini, Dal, gabung!" Regan berteriak, memberi isyarat pula dengan tangannya untuk menyuruh yang dipanggil agar menghampirinya. Dan, tepat seperti yang diucapkan Regan, sosok itu menghampiri meja di tengah kantin. Duduk, pula. Di sebelah Valerie yang sejak tadi sudah menampilkan ekspresi tembok.

"Eh, mockingjay. Ketemu lagi kita." Dale menoleh ke arah kiri, berlagak layaknya orang yang sangat akrab dengan perempuan di sebelah kirinya. Yang lama tak berjumpa dan ingin cepat-cepat mendekap tubuh sang gadis saking rindunya. Dan, cewek itu hanya memutar mata, mengalihkan pandang tanpa menyuarakan pikiran atas apa arti dari panggilan mockingjay yang sudah dua kali didengarnya dari si cowok skateboard itu.

Masih syukur juga ia tidak pindah duduk karena masih menganggap Dale adalah teman Regan yang harus dihargainya.

"Kok tumben diem? Toa-nya lagi mode off, ya?"

Valerie melirik sinis makhluk yang dia harap tak kasat mata di sebelahnya itu. "Nyari ribut banget, sih."

"Siapa?"

"Lo."

"Yang nanya."

'Kampret.'  Valerie berdesis dalam hati.

"Gue duluan." Ujarnya kemudian, lalu beranjak dari kursi. Meninggalkan kantin yang tiba-tiba terasa sangat panas, tak peduli dengan Clarissa yang baru kembali duduk atau Regan yang menganga heran.

***

MockingjayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang