The Romantic-Tragic Story (#15) - END.

258 6 3
                                    

Hari baru, status baru, kehidupan baru, sexsuality yang baru, dan sebuah semangat yang baru. Hmmm. Semua baru dalam hidupku saat ini. Termasuk seseorang yang kucintai kini juga baru. Ya, dia adalah sosok sahabatku, bukan lagi kekasihku.

Kau tak pernah tahu bagaimana hatiku. Bagaimana aku yang sesungguhnya. Aku hanyalah seorang gadis yang sangat mencintai gadis, dan aku dulu mengejarnya hingga susah payah dan akhirnya aku mendapatkannya, lalu aku mencintainya dan sempat berjanji untuk tidak melepaskannya. Ya, aku akan selalu menggenggam tangannya kemanapun dia pergi dan aku akan senantiasa memeluknya dalam kondisi terdinginpun dan terpanaspun. Aku akan terus memeluknya, memberikan kenyamanan untuknya. Ya, dia adalah Shy.

Waktu terus berjalan. Dan akhirnya aku menemukan suatu hal baru yang aku rasa ini adalah sesuatu yang sangat hebat. Dorongan untuk mencintai lelaki. Walau aku tahu, lelaki dimana-mana itu modus. Aku pernah bercakap dengan temanku di berbagai negara dan hasilnya sama, lelaki dimana-mana itu banyak modusnya. But, aku nggak boleh egois. Aku tahu, Papaku sangat baik dan sangat mencintai kami, keluarganya. Jika kau ingin melihat lelaki baik yang benar-benar baik, mulailah dari lingkungan sekitarmu. Mungkin Papamu, jika bukan, mungkin saudaramu, jika bukan, mungkin temanmu, jika bukan, mungkin suami orang lain, jika bukan, mungkin kamu bisa flashback dan membuka mata, pasti dan pasti tidak semua lelaki jahat.

Nyaman. Mencintai dan dicintai seorang gadis itu memang sangat nyaman. Kau tak akan pernah tahu rasanya bagaimana indahnya dipeluk seorang gadis yang sangat kau cintai di tengah malam, bahkan dia mungkin membelaimu hingga kau tertidur dalam dekapannya. Saat pagi kau buka mata dan tangannya belum melepaskan tubuhmu. Itulah definisi nyaman paling mutakhir. Dan yang harus semua orang ketahui bahwa itu semua pernah aku rasakan saat bersama Shy.

Susah. Benar-benar susah dalam kondisi seperti ini. Susah untuk bisa melupakan semua keindahan yang pernah terjadi saat bersama Shy. But, this is life. Real life is real life. Aku harus berjalan di koridor yang Papa dan Mamaku rasakan, nggak mau ngecewain mereka. Itu saja.

Kini aku dan Shy memang sudah sangat baik kembali. Bahkan kami sudah sering berbincang tanpa membawa emosi yang jahat. Halahhh, malah ini yang membuat semuanya serasa sulit. Setiap kali melihat wajahnya aku jadi teringan dengan semua yang pernah terjadi dulu. But, aku harus tahan, ya tahan sampe kuat haha. Tahan dengan semua godaan, ughh susah deh. But, i'll try and try again, try more!

Semua orang disekitarku memang merasa aneh saat mereka mendengarkan keputusanku. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya meninggalkanku, alasan paling klise mereka tidak mau menggangguku. What? Aku saja dengan Shy tetap berhubungan baik, tapi kenapa mereka malah berlagak tidak mau menggangguku. Aku sudah tahan kok, aku sudah bisa mengkondisikan semua ini.

Hmm, cintaku kepada Shy memang tidak akan pernah terhapus, sayangku kepada Shy emang nggak akan pernah hilang. Semua rasa indahku kepadanya memang tidak akan pernah musnah. Tapi aku juga harus realistis kalau cinta dan sayang tidak harus ditunjukkan dengan relationship, bisa kok friendship. Hmmm [bagian ini disponsosi cover song Jannine Weigeil yg diupload 3 Oct 2013 *baperrr :'(]

"Shy..." aku memanggil Shy dengan senyuman dan menatap matanya

"Apa...?" Shy menjawab juga dengan senyuman

"Enak kayak gini yaa, hehe"

"Hmmmm"

"Enakkk, haha. Ya kan enak?"

"Hahaha gataulah, aku lagi otw nih. Nggak bisa secepat itu. Not over you, kamu denger deh lagu itu hmm..."

"Aku udah denger kok. Aku juga lagu otw, kita saling menguatkan ya otw nya haha."

"Otw apa kamu?"

"Otw melupakan semua kemesraan dan keindahan yang pernah terjalin diantara kita haha"

"Hmmm, yaudah semangat kamu!"

"Kamu juga!"

Mantan itu harus tetep kompak dan tetep berhubungan baik. Yah itu bener banget. Cuman kadang susah kalo udah baper. Maunya move on malah jadinya ngarep gitu. But, ini sudah final pilihanku. Aku sudah tidak mau menjadikan Shy lebih dari sahabatku lagi, aku harus bisa. Haha.

Dear you, love is love. Ya bener emang love is love. But i think, tidak juga harus love is love itu dalam artian pacaran saja. Aku tetap bisa mencintai dan menyayangi Shy walau kami tidak pacaran. Sometime aku juga akan bisa menerima jika memang Shy kelak menjadi milik orang lain. Bahkan kalau bisa aku akan mencarikannya lelaki baik seperti Papaku untuk menjadi suaminya. Hmm mengingat juga Shy ini udah lumayan berumur, 27 tahun haha. Aku sih masih mau 24th hehe.

Hati yang selesai. Itulah hatiku saat ini. Hatiku sudah final untuk menerima keadaanku saat ini dan akan berusaha mempertahankannya. Ya, hatiku selesai dan chapter tulisan ini juga selesai, hehe. End.

Hp_C

=========

NB: don't judge people just by cover. Jangan judge aku dengan tulisanku yang endingnya kayak gini. Aku cuman nulis dan mengutarakan opini aja kok. Kalo kalian penasaran aku ini less or nggak sih sebenernya, kok endingnya jadi gini. Haha nanya aja jangan ditahan penasarannya ntar jadi kepikiran 1001 malem lagi :v.

Yahh akhirnya chapter ini selesai dan aku harap ada sesuatu yang bisa kalian ambil. Aku nulis part ini dengan backsound di headphone lagu yang dicover sama Jannine Weigel, sumpah jadi kayak dari hati gitu nulisnya plus sambil keinget seseorang *eaa curhat deh. 

OKE maafin kalo ada salah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

girlxgirl | Love in Same-sex | LGBTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang