The Romantic-Tragic Story (#5)

838 16 0
                                    

Hari ini adalah hari Senin. Gue nggak sebel sih dengan hari Senin. Karena di semester ini kalau Senin gue kuliahnya masuk siang. Jadi, gue ngerasain malam Senin udah serasa malam Minggu aja. Cuman bedanya, gue nggak bisa ngedate dan nggak bisa banyak calling-an sama Shy. Yups, gue harus memahami Shy kalau Senin masuk pagi dan dia kuliahnya padet banget. Shy sangat pengertian sama gue, gue pengen nganterin dia pas hari Senin walau gue masuk siang. Tapi dia ngelarang gue, katanya mending gue tidur aja lagian jarak dari kampus amatlah dekat. Bagus dan salut deh gue sama girlfriend ku ini *wings.

Shy istirahat, dan gue baru nyampek kampus. Kalau Senin emang luar biasa, gue cuman ada satu mata kuliah. Itupun dosennya enak banget, nggak ketat dan easy banget deh hidup gue pokoknya kalau Senin, haha.

Waktu istirahat gue nyemperin Shy di kelasnya. Lalu dia ngajak gue ke kantin. Bukan untuk beli makanan, tapi untuk makan bekal dia. Masih sama sih, dia suka banget sama roti dan akhirnya di siang itu gue sama dia makan roti. Selesai makan, ternyata masih ada waktu sisa sekitar empat puluh lima menit. Kami berdua nggak mau nyia-nyian tuh waktu. Apalagi gue sama Shy juga lagi nggak ada kerjaan. Akhirnya kami mampir sebentar ke taman di belakang kantin. Kami ngobrol. Pembicaraan diawali dengan gombalan gue. Maklum, ini masih gue yang dulu kalau soal beginian, hehe.

Hingga sampailah pada suatu pembicaraan yang agak bikin gue envy. Bukan agak sih, tapi udah envy maksimal banget deh, huft.

"Pei, aku mau bicara sesuatu sama kamu. Please tahan becandanya dulu, ya?"

"Iya Shy? Apa?"

"Pei, tadi malam gue tidur seranjang sama Dao." Shy memulai topik dengan raut wajah yang lesu.

"Apa??? Seranjang? Kok bisa?" sebenarnya gue mau marah, gimana nggak marah orang gue aja yang udah pacaran hampir sebulan ini belum pernah yang namanya tidur seranjang sama Shy, lha kok dia udah sama yang lain!

"Aku juga kaget Pei. Tidak seperti biasanya Dao seperti itu. Btw kamu tahu ngga apa yang dilakukan Dao ke aku?"

"Apa Shy?" gue agak kaget, Dao ngajakin tidur seranjang Shy? Gue jadi inget dengan pembicaraan gue sama Dao waktu di klinik kesehatan fakultas.

*flashback Shy waktu tidur seranjang dengan Dao*

"Shy, kamu belum tidur kan?" ucap Dao sambil memastikan gue belum tidur, dia gerak-gerakin bahu gue.

"Belum Dao. Kenapa? Ada yang bisa gue bantu?" gue yang tadi nya ngehadap tembok, mengalihkan pandangan ke wajah Dao.

"Hmm, aku boleh nggak tidur sama kamu?"

"Di ranjang aku?"

"Iya, boleh ya?" Dao sambil mengambil selimutnya dari ranjang dia, dia langsung merebahkan diri di samping gue. Njirrrrr.

"Dipan lo bermasalah? Kasur lo bermasalah? Kenapa?" gue agak binggung dan gugup. Njirr, ini kasur sempit ya, ditidurin berdua, hmmm.

"Nggak kok, gue Cuma pengen lebih deket sama kamu aja, hehe. Gapapakan sekali-kali?"

Akhirnya gue nyerah aja deh. Sumpah gue eksaitid banget tidur seranjang sama cewek, sebelumnya gue ngga pernah kayak gini. Yah bukan sama cewe aja sih, sama cowo gue juga nggak pernah, wkwk. Dao mulai ngajak gue begadang, mentang-mentang ini malam minggu dan besok kami nggak ada agenda, baik di kelas, kampus maupun di asrama.

Dao menatapku dengan sangat tajam. Njirr, please jangan gitu lah Dao. Bisa-bisa aku terpana dengan matamu yang agak belo itu, wkkw. Dan stop jangan bercanda, gue cukup terkejut dengan pertanyaan Dao.

"Kamu udah nggak jomblo lagi, ya? Hmm kok nggak cerita-cerita sih."

"Eh hhh nggghhh. Dao, k amu tahu dari mana?" maklumlah hubungan gue dengan Peiji emang belum ada yang tahu kecuali beberapa teman Peiji saja. Jujur, gue belum siap untuk coming out sepenuhnya mengenai ketertarikan sexsual gue.

"Hmm, Peiji. Gadis yang cukup cerdas, seorang calon model, gue sih anggapnya gitu." Dao ngomong semakin nggak jelas. Emang dia peramal?

"Dao, kenapa kamu bahas dia?"

"Shy, kamu pacaran ya sama Peiji?" Njiir, to the point banget lo Dao!

"Dao, jangan berfikiran negatif dulu. Aku mau ngejelasin semua asal kamu bisa dengerin dengan keterbukaan." Gue udah paham, Dao ini paling nggak setuju dengan kasus pacaran sesama jenis. Bahkan dia pernah bilang, dia akan yang menjadi pertama pasang badan jika pemerintah Thailand kelak akan melegalisasi pernikahan sesama jenis.

"Gue nggak berfikiran negatif kok. Tenang aja, gue nggak se-ekstrem yang lo kira kok Shy." Dao memegang tanganku dan...... sssttttt. Dia mencium jidatku. Astaga! Lagi-lagi gue eksaitid.

"Dao?" gue syok lah.

"Shy, kamu sayang banget bukan dengan mama kamu? Bukanlah kamu dari keluarga baik-baik dan sangat bahagia, ya? Kamu nggak pernah disakitin cowok, dan kamu punya banyak temen cowok yang baik, kan?"

"Dao, nggak semudah itu. Semua sudah mengalit dan berlalu, dan inilah gue. Gue suka cewek!"

"Shy, lo juga nggak boleh semudah itu untuk nge-coming out kalau lo adalah sosok penyuka perempuan!" njir, ranjang mulai memanas.

"Dao, semua orang punya prinsip masing-masing. Semua orang punya pilihan masing-masing. Jadi, kita jadi orang cerdas harus bisa saling menghargai pendapat dan pilihan masing-masing."

"Shy, semua perkataanku itu bukan dair bagian kebencian gue ke lo, ini justru bagian dari gue menyayangi lo dan gue ngehargai pendapat lo. Shy, hidup itu nggak sekedar sekarang aja, tapi di masa depan akan juga banyak hal yang akan menunggu lo. Lo pasti akan merasakan fase-fase di masa depan itu."

Gue mulai muak dengan perkataan sok bijaknya Dao. Gue milih diem aja dan sok nge-iyain apa yang Dao katakan.

"Shy, gue sayang sama lo. Kita udah hampir dua tahun sekamar. Gue sayang banget sama lo, demi Tuhan gue sayang sama lo. Gue Cuma pengen kelak lo ngerasain apa yang mama lo rasain. Minimal, ngerasain gimana rasanya disayang dengan tulus oleh sosok anak kandung. Udah gitu saja.

"Ada kloning. Ada bayi tabung dan ada bank sperma, semua simple. Semuanya akan mudah." Ucap gue ketus.

"Shy, antara anak kandung dengan yang lo ucapin pasti beda. Shy, tolong berfikir lebih tenang." Dao memeluk Shy di atas ranjang.

"Sudah malem, gue mau tidur. Gue ngantuk." Gue pengen malam ini segera berakhir biar gue nggak di cercas banyak pertanyaan lagi sama Dao.

*di taman kantin, Shy udah nggak flashblack lagi*

"Ha?? Jadi itu yang Dao lakuin ke kamu Shy? Terus sekrang apa kamu masih memikirkan kata-kata Dao?"

"Ntahlah Pei. Pei, btw sudah mau masuk nih. Kita ke kelas dulu yuk."

"Yuk deh."

Hah, gue mulai ngerasa Dao adalah sosok racun yang bisa saja sewaktu-waktu ngerubah fikiran Shy biar Shy menjadi wanita seutuhnya. Gue jadi khawatir, terlintas di benak gue untuk melakukan suatu hal. Cukup gede dan agak ribet sih. Gue berfikir agak lama. Dan akhirnya, yess gue udah dapet ide untuk melakukan hal besar itu. 

girlxgirl | Love in Same-sex | LGBTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang