The Romantic-Tragic Story (#4)

911 21 0
                                    

Pagi ini aku pergi ke kampus tidak seperti biasanya. Jika dulu aku berangkat dari asrama dan langsung menuju kampus, maka kini aku bangun lebih pagi. Agar aku bisa menyesuaikan jam keberangkatanku dengan Shy. Ya, setiap hari kini aku menjemput Shy terlebih dahulu. Jarak asramaku dengan Shy sekitar hanya lima ratus meter saja. Sedangkan jarak asarama Shy dengan kampus sekitar tujuh ratus meter. Ya, asramaku memang agak jauh dari kampus. Sekitar seribu dua ratus meter. Itulah yang menjadikan mengapa aku membawa mobil ketika berangkat ke kampus.

Shy benar-benar merubah hidupku. Dulunya aku bangun paling pagi selalu pukul setengah enam, kini mulai ada kemajuan. Aku bangun setiap hari sekarang adalah pukul setengah lima. Aku suka, kini aku tak harus repot-repot mampir ke restaurant pagi untuk sarapan. Karena roti bakar Shy selalu siap untukku, rasa keju. Ya aku suka sekali dengan roti keju, apalagi buatan Shy.

Perjalanan selama lima menit menuju kampus selalu aku nikmati dengan senikmat-nikmatnya. Haha, maksudnya aku sangat menikmati berdua-duaanku dengan Shy ketika di mobil. Kadang jika aku sedang iseng, aku menyuruh Shy untuk menyetir sedangkan aku asik mengganggu dia. Haha terkesan aneh dan sangat konyol. Namun itulah kami, Shy sudah tidak ada lagi rasa sungkan. Dan akupun sudah tidak perlu lagi segan kepadanya. Mengapa? Karena kami sudah saling terbuka dan saling tahu satu sama lain secara lebar sekali.

Aku baru paham, Shy nampaknya akan sangat terbuka dengan seseorang dan akan sangat kepo dengan seseorang ketika seseorang tersebut sudah menjadi kekasih hatinya. Gila saja, baru kali ini dia menanyai tentang kehidupan pribadiku. Ia menanyakan siapa saja mantanku dan bagaimana gayaku dulu berpacaran. Aku hanya tertawa menjawabnya.

"Sudahlah Shy, itu sudah berlalu. Kan sekarang aku hanya milik kamu. Tenanglah, aku tidak akan main-main dengan wanita lain. Aku janji."

"Oh gitu. Yalah." Shy menjawab dengan sangat cuek, nampaknya dia agak kesal dengan jawaban dariku. Duh Shy, kamu begini amat, wkwk. Aku harus sabar menghadapi wanita macam begini, hmm.

Shy nampaknya masih diam saja. Saat turun dari mobil dia juga masih diam dan enggan berbicara kepadaku. Aku berusaha mengajaknya berbicara, namun jawabannya hanya seadanya. Bahkan ada beberapa pertanyaanku yang tidak ia jawab. Seperti ada mata kuliah apa hari ini, apakah ada tugas, jika ada apakah sudah dikerjakan, nanti pulang pukul berapa, nanti minta makan siang di mana, apakah kamu membawa air mineral pagi ini, siapa temanmu yang diberitakan akan segera menikah dan pertanyaan terakhirku yang akhirnya dia jawab, kamu marah kepadaku?

"Marah? Udahlah ya! Aku mau ke kelas." Ucapnya dengan sinis. Aku yakin, Shy pasti sedang kesal denganku, bisa jadi ini gara-gara jawaban pertanyaanku yang tidak sesuai dengan jawaban yang ia harapkan.

"I ove you!" Aku mencium pipi Shy di keramaian. Berharap, ini dapat meredam kekesalannya kepadaku.

"Pei! Apa-apaan sih!" Shy masih kesal, bahkan nampaknya dia justru semakin kesal kepadaku. Arghh, ntahlah aku benar-benar menemui wanita aneh seperti Shy ini. Aku benar-benar merasa kewalahan dengan wataknya yang aneh ini. Jika dia sudah kesal, mood baiknya seketika hilang dan seketika menjadi benci kepada siapapun, kecuali orang-orang yang dikehendakinya baik, semisal teman dan sahabatnya serta beberapa orang yang biasa dengannya. Kepada pacarnya? Marah besar, aku ini contohnya. Hufft.

Akhirnya aku mengalah. Aku melepaskan genggamanku dari tangan Shy. Diapun bersegera menuju kelas. Aku lemas. Aku agak menyesal dengan jawaban seadanya dariku tadi. Namun mau bagaimana lagi, lagipula memang itu adalah jawaban wajar. Namun ntahlah, Shy memang aneh. Ohya, ada satu maklumat melintas di fikiranku. Jangan-jangan Shy sedang PMS, makanya dia berlagak sangat keras, cuek dan aneh seperti itu. Hmm, aku mulai lega. Kemungkinan besar Shy memang sedang PMS, jadi aku harus mencoba memakluminya. Segera ku raih handphoneku dari tas hitamku, dan aku mengirimkan satu chat melalui Line messanger.

girlxgirl | Love in Same-sex | LGBTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang