Putri mayang

149 0 0
                                    

Senin, 03 November 2014
cerita rakyat kalteng
kumpulan cerita rakyat Kalimantan Tengah
22 Februari 2013 ·
PUTRI MAYANG
Pada abad ke 14 – 15 , di wilayah Barito (sekarang
Kab. Barito Timur) ada keturunan dayak yang
terbagi dari Dayak Kampung sepuluh , Dayak Benua
Lima, Dayak Lawangan, dan Dayak Paju Epat.
Diantara keturunan Dayak ada garis keturunan
yang disebut Uria atau oring kaya / terhormat.
Garis Uria tersebut tidak jatuh pada keturunan
Dayak Kampung sepuluh, Dayak Lawangan, Dayak
Paju Epat melainkan hanya pada Dayak benua lima.
Keturunan Uria terdiri dari dua orang Dayak Benua
lima yang bernama Uria Mapas Negara dan Uria
Rinyam.
Keduanya hidup akur, rukun dan damai hingga
suatu hari terjadi perselisihan paham kepercayaan
masalah anutan dalam adat – adat Kaharingan.
Sehingga, Uria Rinyam bermukin diwilayah
kampung Dayak Paju Sepuluh (Sekarang Desa Dayu,
kecamatan Karusen Janang) dengan membawa adat
istiadat kepercayaan walaupun ada beberapa
benda pusaka yang sama dan kesamaan adat
seperti Abeh dan Batu Maruken.
Setelah tumbuh besar di kampung Dayu, Uria
Rinyam yang memiliki wajah rupawan merantau
dan bekerja di Kerajaan Banjar di Kayu Tangi
(Sekarang Kota Banjarmasin, Provinsi Kalsel).
Akhirnya, Uria Rinyam dipercayakan Raja Banjar,
Sultan Suriansyah sebagai pembantu/pengawal
kerajaan. Segala kepengurusan di Kerajaan Banjar
dipercayakan kepada Uria Rinyam. Ini karena
pegabdian Uria rinyam yang setia kepada Raja
Banjar.
Namun, kepercayaan Raja Banjar yang memiliki
panggilan Raja Mata Habang (Raja Mata Merah)
kepada Uria Rinyam buyar seketika ketika
mengetahui Isterinya memiliki hubungan khusus
dengan Uria Rinyam.
Hubungan Uria Rinyam dengan sang isteri raja
Banjar itu terjadi karena ketampanan wajah Uria
Rinyam yang membuat takjub. Sedangkan Uria
Rinyam sendiri tak bisa menahan diri karena sering
datangnya godaan – godaan dari Isteri Raja Mata
Habang.
Sultan Suriansyah dikenal sebagai Raja yang sering
bepergian ke berbagai wilayah Kerajaan di hulu
Barito (sekarang Muara Teweh Kabupaten Barito
Urata dan Puruk Cahu, Kab. Murung Raya) untuk
urusan kerajaan. Karena sering bepergian,
terciptalah kesempatan antara Uria Rinyam dan
Ratu Galuh Banjar untuk sering bertemu berdua
sehingga membuat hubungan kian erat.
(hubungan yang kian erat tersebut membuat sang
juru kunci tidak bisa menceritakan dan demikian
pula dengan si penulis yang tidak bisa
menceritakannya kembali dalam bentuk tulisan)
Hingga hari, Uria Rinyam mendapat kabar bahwa
Raja Banjar, Sultan Suriansyah pulang dari Puruk
Cahu ke Istana Banjar. Mendengar kepulangan
sang raja Banjar, Uria Rinyam langsung bertolak
pulang ke Dayu, tempat dia tumbuh dan besar.
Sesampainya di Sungai Barito wilayah Hulu
Marabahan (sekarang Kabupaten Marabahan,
Kalsel) Uria Rinyam berpapasan dengan Sultan
Suriansyah dan saling berjabat tangan.
Namun, Sang Raja Banjar menyimpan amarah
dengan Uria Rinyam. Sebab tubuh Uria rinyam
mengeluarkan aroma minyak wangi milik Ratu
Galuh Banjar yang tidak lain adalah isterinya
sendiri. Minyak wangi setambol tersebut
merupakan ciri khas dari isterinya yang biasa
dipakai di istana kerajaan dan aroma wanginya
bisa dicium dari kejauhan 3 Kilometer.
Sultan Suriansyah hanya bisa bergumam dan
bertanya-tanya didalam hati serta memendam
amarah yang cukup besar saja, ini tentunyak arena
belum adanya bukti – bukti yang kuat, bahwa ada
hubungan lain antara isterinta dengan pengawal
kepercayaannya itu.
Setibanya di Istana Banjar, sang raja akhirnya
memanggil isterinya untuk berkata dengan sejujur-
jujurnya untuk bercerita, mengapa aroma minyak
wangi Setambol yang bisa digunakan isterinya di
Istana Banjar bisa melekat di tubuh Uria Rinyam.
Walaupun sering mengelak alias ngelis, akhirnya
ratu Galuh Banjar pun bercerita dengan
kejujurannya, dan diakuinya bahwa ada hubungan
khusus dirinya dengan Uria Rinyam secara diam -
diam tanpa sang raja.
Raja Banjar pun tak elak menahan emosinya hingga
maranya kada katulungan (marahnya tak
terbendung, red) kepada isterinya hingga isterinya
diungsikan ke suatu tempat (konon kabarnya
isterinya tak diungsikan, melainkan dihukum sesuai
syariat agama Islam).
Sedangkan Uria Rinyam menerima Patok Bekaka
(sebuah patung yang memiliki lambang dengan
simbol ukiran khusus untuk tanda - tanda berisi
pesan) diminta untuk segera dan harus datang ke
Kerajaan dengan mencukur rambut karena ingin
diangkat untuk menggantikan sang Raja Banjar.
Tetapi, Uria rinyam memiliki firasat buruk. Sebelum
berangkat, Dirinya bertapa untuk mendapatkan
kabar apa yang akan terjadi. Ternyata, kabar yang
diterimanya yakni rencana pembunuhan terhadap
dirinya oleh sang raja. Uria segera melihat tali
kehidupannya, tetapi tiada ada tanda tanda
memiliki umur yang panjang.
Uria Rinyam meminta temanya sebanyak 9
(sembilan) orang untuk menemainanya ke
Kerajaan Banjar. Namun, 9 temannya tak diijinkan
masuk ke kerajaan banjar.
Sembilan orang teman teman uria rinyam diminta
untuk menginap di luar kerajaan. Namuan setelah
tiga haritak ada informasi kabar berita Uria Rinyam,
teman-temannya pergi ke kerajaan banjar untuk
menanyakan kabar dan keberadaan uria rinyam.
Hasilnya, kerajaan banjar mengatakan bahwa Uria
Rinyam sudah tak ada lagi di kerajaan dan
keberadaanannya juga tidak diketahui.
karena ada kejanggalan, kesembilan teman Uria
Rinyam akhirnya pulang ke ke kampung halaman
dan melaporkan kejadian itu kepada Kakak kandung
Uria Rinyam, Uria Mapas Negara yang tinggal di
sebuah kampung Lubuk Kajang (pinggiran sungai
terbesar kala itu) di Jaar (Kini menjadi desa Jaar ,
Kecamatan Dusun Timur).
Tidak enak mendengar kabar tentang adiknya yang
disampaikan teman- teman Uria rinyam. Uria
Mapas melakukan pertapaan dan berkomunikasi
dengan teman – teman gaibnya. Dan teman gaib
uria mapas mengatakan bahwa adiknya, Uria
Rinyam telah dibunuh oleh kerajaan Banjar dengan
kepala di pancung.
Mendengar hal tersebut, Uria Mapas melakukan
ritual untuk membalaskan dendam dengan
berperang ke kerajaan banjar.
Sebelum berangkat, Uria Mapas sempat
mengirimkan Pucuk Bekaka kepada Raja Banjar
dengan isi pesannya bahwa dirinya, Uria Mapas
kakak kandung dari Uria rinyam akan menuntut
balas dengan mahamuk (perang besar) melawan
kerajaan banjar seorang diri.
Uria Mpas berangkat membawa sepucuk Mandau
yang bernama Langsar Tewomea ( Artinya : Haus
Akan darah lapar akan daging) dan sebatang Halu
(Batang kayu penumbuk padi) pusaka dengan
mengikuti alur sungai Tabalong yang tembus ke
Sungai Banjar (Sekarang sungai Martapura) dengan
menggunakan Kumpai (Rumput ilalang) yang dirakit
menjadi sebuah perahu besar.\
Uria Mapas bertekad, dimana Kumpai yang
dinaikinya itu tertambat, di daerah itulah dirinya
memulai perang. Ternyata, kumpai yang dinaikinya
tertambat di sebuah Rawai (tempat kurungan ikan)
di daerah Hulu Marabahan (Sekarang Marabahan).
Disitulah Uria Mapas memulai amukan-nya dengan
menghabisi separuh dari warga kerajaan Bakumpai
(salah satu daerah milik kerajaan banjar).
Akhirnya, kerajaan bakumpai mengirimkan pesan
kepada kerajaan banjar bahwa warga kerajaan
bakumpai tidam mampu untuk menghadapi
amukan Uria Mapas. Tidak begitu lama , kerajaan
banjar mengirimkan pesa pula kepada kerajaan
Bakumpai dengan Patok Bekaka yang memberikan
pesan perdamaian untu Uria Mapas.
"Isi pesan yang disampaiakn kerajaan Bakumpai
dengan Uria Mapas diantaranya Raja Banjar
memberikan anaknya seorang putrid yang bernama
Putri Mayang Sari sebagai pengganti adiknya yang
tewas di tangan kerajaan banjar" kata Seto Lansai,
Juru Kunci makam Putri Mayang.
Uria Mapas menerima perdamaian dari raja banjar
dan hidup bersama dengan putri mayang sari
dengan hidup kakak beradik di Lubuk Kajang di
desa Jaar. Uria mapas sangat menyayangi adik
perempuannya yang cantik dengan penuh kasih
sayang.
Hingga suatu hari, putrid mayang mandi di sungai
Lubuk Kajang dan kemudian mulai sakit – sakitan
dan meninggal dunia di tempatnya tersebut.
Putri mayang Sari meninggal pada usia 30 tahun,
dia di lahirkan di Banjar pada hari Arba (Rabu)
tahun 1585 dan wafat pada hari Arba tahun 1615.
Bersilang waktu sekita 13 tahun, Uria Mapas yang
dilahirkan pada tahun 1569 tersebut kemudian
wafat pada tahun 1628.
Menurut cerita, jelasnya Seto Lansai, Putri Mayang
Sari memiliki wjah yang cantik dan rupawan serta
memiliki rambut yang lebat dan panjang. "Menurut
kisah-kisah warga terdahulu, putrid mayang
memiliki Rambut yang panjnag, jika sang Putri
Mandi sampai di rumahnya usai mandi di sungai,
maka rambutnya masih berada di sungai tersebut"
tambah Seto.
Dijelaskan pria kelahiran tanggal 31 Desember
1935 yang menjadi juru kunci makam putrid
mayang, bahwa pejiarah yang datang kemakam
putrid mayang banyak berdatangan dari berbagai
macam daerah seperti daerah kalsel dan Kalteng,
bahkan ada pejiarah dari tanah Jawa.
Ini dikarenakan , Pejiarang yang datang dan
bernazar atau berniat dengan tulus di Makam
putrid mayang banyak terkabulkan.
Karismanto Emon di 02.58
Berbagi

Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Asik baca dongeng Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin