Beranda | Cerita Terbaru | Berita | Artikel | Kedai Pustaka | Donasi | Peta Situs
Sabtu, 6 Agustus 2016
• Beranda » Cerita Rakyat Nusantara »
Kalimantan Tengah - IndonesiaNyai Balau Kehilangan Anak
Rating : 2.5 (6 pemilih)Nyai Balau adalah seorang perempuan cantik dari daerah Tewah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Ia hidup bahagia bersama suami dan seorang putranya. Suatu hari, putra semata wayang mereka hilang ketika sedang bermain di sekitar rumah. Hilang ke manakah anak itu? Lalu, berhasilkah mereka menemukannya? Simak kisahnya dalam cerita Nyai Balau Kehilangan Anak berikut ini!
* * *
Dulu, di daerah Tewah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, ada seorang perempuan bernama Nyai Balau. Selain anggun dan rupawan, Nyai Balau memiliki perangai yang baik, sopan dalam berucap dan santun dalam berperilaku. Ia juga penurut dan patuh kepada kedua orangtuanya. Kecantikannya telah mengundang decak kagum para pemuda di kampungnya. Namun, tak seorang pun yang berani melamarnya karena Nyai Balau berasal dari keluarga terpandang sehingga orangtuanya menginginkan Nyai Balau menikah dengan laki-laki dari keluarga terpandang pula.
Mendengar kabar kecantikan Nyai Balau, seorang pemuda yang berasal dari keluarga terpandang bernama Kenyapi datang melamarnya. Selain tampan, pemuda itu pun bijaksana. Maka, keluarga Nyai Balau pun langsung menerima lamaran itu. Pernikahan antara Nyai Balau dan Kenyapi dilangsungkan dengan meriah. Setelah menikah, Nyai Balau bermaksud untuk hidup mandiri bersama suaminya. Maka, ia ditemani sang Suami menyampaikan niat tersebut kepada kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu. Perkenankanlah Ananda dan Bang Kenyapi hidup mandiri," pinta Nyai Balau.
"Baiklah. Jika memang itu yang kalian inginkan, Ayah akan membuatkan rumah untuk tempat tinggal kalian," ujar Ayah Nyai Balau.
Setelah rumah itu selesai dibangun, Nyai Balau dan suaminya pun segera menempatinya. Keduanya hidup dengan penuh kebahagiaan., saling menyayangi satu sama lain. Kebahagiaan mereka semakin bertambah saat Kenyapi diangkat menjadi tumenggung dengan gelar Tumenggung Kenyapi. Namun sayang, sudah bertahun-tahun mereka menikah, tapi belum juga dikaruniai anak. Mereka tidak pernah berputus asa untuk selalu berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar dikaruniai anak. Ketika usia pernikahan mereka memasuki tahun ketujuh, Nyai Balau pun melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan.
"Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas semua kebahagiaan ini," ucap Nyai Balau dengan penuh rasa syukur.
Kenyapi pun tak kuasa menahan rasa haru atas kebahagiaan yang dirasakannya.
"Sungguh kebahagiaan yang luar biasa, Dinda," ucapnya, "Sebagai rasa syukur, nikmat Tuhan ini harus kita rawat dan jaga dengan sebaik-baiknya."
"Benar, Kanda. Dinda ingin anak kita tumbuh menjadi anak yang berbakti dan berguna bagi sesama," kata Nyai Balau.
Tumenggung Kenyapi menginginkan anaknya berkembang dengan sewajarnya, ia ingin anaknya pandai bergaul dengan sesama maupun dengan lingkungan sekitar. Untuk itu, mereka pun memberi kebebasan kepada anak itu untuk bermain di luar rumah maupun dengan anak-anak lain di lingkungannya.
Suatu sore, anak itu belum juga pulang dari bermain. Nyai Balau pun mulai gelisah.
"Kanda, kenapa anak kita belum juga pulang?" tanya Nyai Balau kepada suaminya, "Padahal, biasanya dia sudah kembali ketika hari sudah sore."
"Ah, barangkali dia masih asyik bermain bersama teman-temannya," jawab Tumenggung Kenyapi.
"Tidak biasanya dia pulang terlambat seperti ini," sanggah Nyai Balau.
