Goodbye, Cariu

162 2 1
                                    

Fira memutar lagu galau favoritnya saat ini. Di putarnya lagu Adele - All I Ask. Malam itu benar-benar penuh perasaan. Kesal, sedih, senang, dan bahkan cemas. Fira kesal malam itu karena temannya, Erin, yang biasa ia jadikan tempat penampungan, tiba-tiba menghilang dan berakhir dengan rasa kesal dari diri masing-masing. Sedih, karena malam itu merupakan malam terakhirnya di Cariu. Senang, karena malam itu juga malam terakhirnya di rumah tantenya. Cemas, karena esoknya ia harus berangkat ke kampung halamannya sendiri.


Lulus SMA, Fira berniat melanjutkan pendidikannya ke sekolah tinggi multimedia yang ada di Yogyakarta. Ya, Fira akan melanjutkan pendidikannya di dunia broadcasting. Teman dekatnya. Eerin, lah yang mengajaknya sekolah bersama di sekolah itu. Dan alhamdulillah, mereka berdua diterima.


All I ask is 

if this is my last night with you

hold me light I'm more than just a friend


Fira menangis sembari mendengarkan lagu tersebut. Perasaan kacau, tapi ia tidak bisa menjelaskan mengapa dirinya benar-benar menangis malam itu. Mungkin karena ucapan salah seorang gurunya padanya sore tadi.


***

Hari itu merupakan hari tersibuk untuk Fira. Paginya ia harus bersiap-siap untuk ke sekolah untuk melaksanakan cap 3 jari SKHUN-nya. Dikenakannya seragam batik sekolah miliknya yang dipadukan dengan rok abu-abunya yang masih cukup panjang untuk dikenakan sampai 10 tahun lagi pun. 

Fira ini pendek, teman-teman.


Sekolahnya mewajibkan semua alumni yang ingin cap 3 jari untuk mengenakan seragam sekolah. Merepotkan memang, padahal cap 3 jari tidak berlangsung lama. 


Usai melakukan cap 3 jari, Fira segera pergi ke pasar untuk menemui Ibunya Fany yang berdagang di pasar. Ia ingin meminta kardus untuk dibawanya nanti saat ia pulang kampung. 


Skip sajalah, ini tidak penting semuanya. Tapi yang pasti hari itu benar-benar sibuk untuk Fira. Setelah kegiatan-kegiatan yang ada pada hari itu, ia segera kembali ke sekolahnya pukul 4.15 sore. Sudah ketiga kalinya ia datang ke sekolahnya pada hari itu. Alasannya hanya satu, ia menemui gurunya yang bernama Pak Ian.


Pak Ian merupakan guru bahasa Inggris Fira di MTsnya. Fira mengenalnya saat beliau mengadakan les seusai pulang sekolah. Karenanya, Fira belajar banyak hal. Dari pelajaran bahasa Inggris sendiri, sampai pengalaman hidup yang seru. Menurut Fira, Pak Ian merupakan sosok yang mengagumkan. Umurnya saat ini masih 32 tahun. Tak heran sosoknya menjadi sosok yang seperti teman bagi Fira sendiri. Selain itu juga, cerita hidupnya terkesan unik.


Sore itu Fira mencarinya ke kelas-kelas. Saat menemuinya, Pak Ian sedang sibuk bermain pokemon go dengan salah satu muridnya yang juga merupakan adik kelas Fira. Fira menggelengkan kepalanya,

"kirain teh pada ngapain.. tau-taunya main beginian doang."


Fira pun ikut melihat gurunya dan beberapa adik kelasnya yang masih berada di sekolah dan sibuk dengan dirinya masing-masing. Pak Ian dan Teguh, adik kelasnya yang sedang bermain pokemon go juga, sibuk mengotak-atik hp mereka. Fira dan Adit, adik kelasnya, sibuk merendahkan pokemon go karena aslinya Fira dan Adit tidak bisa bermain pokemon go. Dan satu adik kelas lainnya, Daniel, yang sibuk dengan dunianya sendiri. 

"Daniel, kucingnya jangan disodomi!" Seru Adit saat memergoki Daniel yang sedang mengikuti seekor kucing.

"Apaan? Orang kucingnya aja lagi hamil." Bela Daniel.

Fira ingin segera pergi.


Mereka semua pun akhirnya pergi. Ha! Fira pun akhirnya mempunyai waktu untuk berbincang dengan Pak Ian setelah sekitar satu jam diabaikan karena kepentingan berupa pokemon go. Tidak banyak yang Fira dan Pak Ian bicarakan, tapi ada perkataan yang membuat Fira benar-benar bisa merasa sedih.

"I feel sad when I know that one of my student's gonna leave me." Ucapnya lirih.

Fira tetap diam dan membiarkan gurunya itu melanjutkan ucapannya. Ia benar-benar tak mengira bahwa one of his students itu merupakan dirinya sendiri.

"But I know, you still have to continue your life. When are you going to come here again? Next year?" Lanjutnya.

Saat itu lah Fira menyadari bahwa dirinya lah yang sedang dibicarakan.


"I think I won't come here again in the near time. My planning is to come here again when I'm around 20." Jawab Fira.


Ya, meskipun Fira menyukai Cariu, ia tetap tak ingin buru-buru datang ke tempat yang telah membesarkannya selama 5 tahun tersebut. Ia ingin memberi jarak waktu yang bisa dibilang tidak sebentar agar suatu hari nanti, saat ia menemui teman-temannya lagi, akan ada banyak hal yang bisa diceritakan dan juga perubahan-perubahan yang bisa dibicarakan nantinya.


Malam itu Fira sadar, bahwa Cariu merupakan tempat yang sangat mengesankan untuknya. 


Fira datang ke Cariu di bulan Agustus tahun 2011. Saat itu ia mempunyai banyak pikiran negatif mengenai tempat tinggal barunya itu. Karena pikiran-pikiran negatifnya itu lah ia memilih untuk masuk ke madrasah tsanawiyah. Pikirnya, MTs akan lebih baik pergaulannya daripada masuk SMP Negeri, tapi ternyata salah juga.


Satu tahun bersekolah di MTs, Fira hidup sebagai perempuan yang terlihat kalem dan tidak banyak bicara. Baru saat ia naik ke kelas 3 MTs lah, ia mulai menunjukan jati dirinya sebagai orang yang terkadang lucu dan bisa diajak bersenang-senang. Saat itu juga, ia berteman dengan Imron.


Lulus MTs, Fira melanjutkan sekolahnya ke SMA Negeri di daerah Bekasi. Di sana ia berteman dengan Erin, calon teman hidupnya nanti di perkuliahan. Namun hanya bertahan selama 7 bulan. Fira memutuskan untuk kembali ke Cariu dan bersekolah di tempat tantenya bekerja.


Fira hanya menetap di Cariu selama 5 tahun, tapi ia sangat mensyukurinya. Di sana ia menemukan jati dirinya dan juga teman-teman yang cukup menghiburnya setiap harinya. Hidupnya di Cariu cukup menyenangkan. Teman-teman kelas yang lucu, lingkungan sekolah yang bersahabat, teman-teman alumni MTsnya yang masih suka berkumpul dan bercanda bersama, dan juga lingkungan tempatnya bermain setiap harinya menjadi alasan mengapa Fira sangat senang tinggal di Cariu.


Walaupun ia tidak menyukai kenyataan bahwa karakternya dan tantenya tidak sejalan. Fira tumbuh menjadi anak yang suka kebebasan. Berbincang dan jajan menjadi hal yang paling ia sukai. Fira sering main setelah pulang sekolah sampai maghrib hanya untuk menghibur dirinya yang kurang senang tinggal di rumah tantenya.


Meski sering mengeluh karena tidak menyukai dirinya tinggal di rumah tantenya, Fira tetap senang karena banyak hal yang bisa menghiburnya yang ia temukan di Cariu.


Dan malam itu lah Fira menyadari bahwa ia benar-benar menyukai Cariu. Lima tahunnya dihabiskan di sana. Di sana juga ia menemukan orang-orang unik seperti Imron dan Fany, juga beberapa kawanan lainnya. Ia menemukan separuh dari jati dirinya di sana.


Tapi akhirnya Fira harus berpindah lagi, ke tempat baru yang akan ia keluti selama 4 tahun, yaitu Yogyakarta. Dan di tulisan ini lah, ia mengakhiri kisahnya dengan Cariu. Goodbye, Cariu. Terima kasih untuk segala kenangannya.

Life as Fira FaatihahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang