Hitam - Abu-abu - Putih

46 2 2
                                    


Gue suka mengibaratkan gue, Imron, dan Fany sebagai Abu-abu, Hitam, dan Putih. Kenapa begitu? Karena warna ini gue ibaratkan sebagai kebaikan dan keburukkan. Kalau gue ngibaratin Imron sebagai hitam dan Fany sebagai putih, ketahuan lah ya siapa yang baik dan buruk. Eh, walau begitu, ga semuanya itu benar. Walau Imron diibaratin sebagai yang buruk, dia ga selalu buruk. Begitu pula dengan Fany.


Cuma kalo diukur dari skala kebaikan ke kejahatan, Fany emang paling baik di antara kita bertiga. Sementara Imron yang terburuk. Gue akan nyeritain kenapa gue bener-bener ngibaratin kita bertiga sebagai hitam - abu-abu - putih.


***


"Kalian berdua teh saling mencintai!" Balas Imron pada ungkapan-ungkapan penuh perasaan dari Fany di whatsappnya. "Cuma terhalang restu!" Tambahnya lagi.


Ia tak habis pikir. Bagaimana bisa dua sejoli yang ia pandang sebagai pasangan lesbi bisa bertengkar dan sama-sama bersikap acuh satu sama lain? Tidak biasanya Fira dan Fany bertengkar lama apalagi sampai sama-sama tak mau berbicara satu sama lain. Biasanya juga, Imron lah yang bertengkar dengan salah satu dari mereka. Lebih tepatnya sih dengan Fira. Tidak dapat dielakkan, Fira dan Imron memang memiliki egoisme yang tinggi.


"Bodo. Ga lucu" Respond Fany. Saat itu memang Fany tidak ingin meluapkan banyak hal, walau pada akhirnya Fany tetap mengeluarkan beberapa kalimat berisi perasaannya seperti,

"Kamu tuh ga pernah ngerasain rasanya punya temen yang ngerti kamu."

"Karena kamu nganggapnya semua temen tuh sama aja. Ga ada yang dispesialin."

"Aku nyesel aja. Udah banyak percaya ke orang."

"(Aku) terlalu banyak cerita, terlalu banyak ngeluapin."


Fira dan Fany memang sedang bertengkar saat itu. Fira memblokir Fany di akun whatsappnya karena kata-kata yang Fany tulis saat bercakap dengan Fira melalui whatsappnya.

"Lama-lama aku mau mencuci otakku ajalah. Biar ga peduli sama kalian (Fira, Imron, dan Rahmat). Kan nanti juga perasaan aku ke kalian bakal hambar. Hambar karena waktu. Liat aja."

"Yaudah, Fan. Ntar kalo suatu hari nanti kita semua sibuk, kamu jangan nyariin aja. Kan ntar mah aku di Yogya, Imron kuliah, Rahmat juga bakal masih sibuk sama sekolahnya." Jawab Fira.

"Tenang. Aku ngga bakal berharap ini."

"Mau diblock nantinya ge boleh nanti?" Tanya Fira menyeringai. Fira saat itu mulai tertantang dengan ucapan-ucapannya Fany. Sungguh suatu keanehan baginya saat melihat Fany bersikap tak acuh padanya dan kedua teman laki-lakinya.

"Sok aja. Aku cape. Berharap sama orang yang bahkan ngga ngaggep kita." Balasnya.


Dan karena itu lah, Fira dan Fany saling mendiamkan satu sama lain. Walau Fira bersikap biasa dan tak terlalu mempermasalahkannya, Imron lah yang merasa bahwa ini membuatnya berada di posisi sulit. 


"SEKARANG MAH GINI. PUTUSIN PACARMU, TEMBAK SI FIRA!" Saran Imron pada Fany masih melalui whatsappnya. Greget, Imron merasa permasalahan Fira dan Fany berlebihan. Belum lagi, Fany beberapa hari yang lalu sempat merasa tak nyaman dengan pacarnya yang saat ini sudah menjadi status mantan karena alasan ketidaknyamanan. 


"Pacarku baik. Ngga boleh dijahatin. Biarin orang aja yang jahat. Aku mah jangan." Balas Fany di luar bawah sadarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life as Fira FaatihahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang