A Dream Only, Right?

3.9K 233 25
                                    

Author : minsoo kim
Pairing : Kookmin and vmin
Rate : 17+
Length : 1k+ words
Genre : Angst, Romance, Drama

Disclaimer. I do not own either of these cast, theyre belong to their own families, god and girlfriend (if theres any). The storyline and ideas came purely from my mind and brain.

Warning! Typo dimana-mana, bahasa yang dewasa, susah dimengerti dan sedikit banyaknya terdapat kata-kata kasar terselip. Penggunaan kata dan kalimat yang susah untuk dimengerti hanya sekali tangkap.

Notes. Flashback was activated for quite a moment of times, emphasised by an italic words.
.
.
"Bunda..." panggilan halus ditujukan pada wanita cantik yang sedang menangis tersedu itu pun keluar dari mulut kecil anak lelaki di hadapannya.

Wanita yang dipanggilpun menoleh dan mengerjap beberapa kali karena ketidakpercayaannya melihat sesosok di hadapannya yang sedang menatapnya nanar. "Tae?"
.
.
Taehyung P. O. V

Aku melihatnya. Melihat senyumnya.

Aku memperhatikannya. Memperhatikan gerak-geriknya.

Aku memandangnya. Memandang tepat ke arah lelaki manis yang dengan lihainya melekuk-lekukan tubuhnya di depan cermin.

Aku berkata, "Kapan?"

Kapan aku dapat menemuinya?

Aku berpikir, "Haruskah?"

Haruskah aku menghampiri dan berujar, "Aku merindukanmu!"

Aku menggeleng dan menatapnya dari kejauhan sebelum melenggang pergi, membuang jauh pikiran untuk berdekatan dengannya.
.
.
Jimin P. O. V

Memang bodoh memang. Aku terlalu bodoh untuk masih mempertahankan rasa suka. Ah, tidak. Cinta maksudku. Cinta yang mendalam kepada pria brengsek yang telah bermain di belakangku. Berkhianat untuk janji yang tak turut dapat dipenuhi.

Bagaimana bisa? Bagaimana untuk berkata, "Aku membencimu!"

Karena kenyataannya aku tak dapat melupakannya. Membuangnya yang sudah terpatri lekat dalam hatiku.

Apakah sesulit ini untuk berkata aku tak sanggup? Tak sanggup untuk membuatnya, kehadirannya, sosoknya hilang dari dalam pikiran, dan jiwaku.
.
.
Jungkook P. O. V

"Kau mau ke mana, bocah?" Aku menoleh untuk mendapati seorang lelaki berjangka lebih tua dariku sekitar 2 tahun berkacak pinggang menatapku.

"Bukan urusanmu." Dengan itu, aku melenggang, hendak pergi meninggalkannya sebelum dia menarik kaos hitamku ke belakang, membuatku terhuyung hampir jatuh dan tubuhku mencium lantai, tepatnya bokongku.

"Heh, bocah! Aku di sini diberi kewajiban untuk menjauhkanmumu dari perilaku bajinganmu itu. Jadi jangan menjadi bocah bodoh yang tak mempunyai aturan." Dia menunjuk wajahku dan menatapku dengan sengit.

Aku memutar bola mataku, mendengus mendengarnya. "Terserah aku, Kim Taehyung. Kau tak perlu ikut campur urusanku. Kau tak tahu apapun tentangku, jadi berhenti bersikap seolah kau mengenalku. Dan satu hal yang perlu kau tahu, aku bukan bocah!" Membangunkan diri, aku dengan sengaja menabrakkan bahuku dengannya keras, setelah kudengar teriakan yang hampir saja membuat telingaku pengang, "Yaish... bangsat sekali kau, Jungkook!"

Aku melihat Jimin berjalan sendiri di tengah jalan. Dia terlihat mabuk. Apa kau ada masalah dengannya?

Aku menyernyit membaca pesan dari salah satu temanku. Yugyeom namanya. Dan Jimin adalah nama kekasihku. Ya, kekasih. Aku bi sebenarnya. Tapi aku memang menyukainya tanpa menutup kemungkinan untuk berselingkuh di belakangnya, tentunya. Lagipula siapa wanita yang tidak menyukaiku? Aku mempunyai segalanya kau tahu, aku begitu sempurna.

Berusaha mengabaikan pesan itu, aku kembali ke dalam realita. Jimin mabuk? Ya, beberapa waktu lalu aku mempunyai argumen besar tetapi permasalahan itu sudahlah kandas seiring dengan permintaan maafku. Walau aku berkhianat tanpa dirinya tahu, aku tak dapat memungkiri bahwa aku begitu mencintainya, senyumnya, hingga tubuhnya. Segala tentangnya sudah menjadi candu sendiri bagiku dan aku menikmatinya.

Aku harus menghampirinya, pikirku membatalkan niat untuk mencari wanita jalang yang berkeliaran dengan banyaknya di bar tempat yang sering aku kunjungi pada malam hari.
.
.
.
Author p.o.v

"Kita ini sepasang kekasih, bukan?" Pernyataan yang membuat Jimin diam seribu bahasa itu terlontar begitu saja dari mulut Taehyung yang masih menatapnya intens.

Jimin mengigit bibirnya dan bangkit dari posisi duduknya, "Brengsek kau, Taehyung!" Tamparan keras sukses mengenai wajah mulus Taehyung yang terbaluti dengan luka lebam. "Pergi kau dari sini! Aku tak ingin menemuimu lagi!"

Tercengang, Taehyung masih dalam posisinya, tak berkutik sama sekali meski hujatan keluar dari mulut manis Jimin.

Jimin menatapnya, dengan mata yang berkaca tentunya. "Aku bilang, Pergi!"
.
.
"Kau tahu, kau begitu berantakan saat ini." Benar adanya dia terlihat begitu kusut dan tak terurus kali ini, Jungkook baru saja mendengar bahwa Jimin lupa ingatan yang disebabkan oleh kecelakaan tragis yang menimpanya -Jimin-.

Jikalau saja ia tak berdebat dengannya. Mengucapkan argumen yang menyebabkan Jimin lari darinya. Meninggalkannya. Menjauh darinya. Tak akan mungkin ini terjadi. Kini hanya ada sesal yang ia rasakan.

"Yang lalu biarlah berlalu.", orang selalu berkata. Tidak. Ia tidak akan menerima kenyataan ini. Dan ia akan memperbaiki segalanya. Ia akan membuat Jimin miliknya. Meskipun ia harus berperilaku kasar, dengan strategi dan taktiknya yang licik. Jimin haruslah menjadi miliknya.
.
.
Kehangatan menjalar, menyelimuti tubuhnya yang dingin. Jimin mengangkat wajahnya untuk menatap pria yang merengkuhnya dengan erat. "Jungkook, ini mimpi kan? Katakan padaku. Apakah ini mimpi?"

Tolong beritahu padaku bahwa ini hanyalah mimpi...

Karena ketika aku bangun nanti, diriku tak harus atau bahkan tak akan merasakan sakit dan perih yang tak kunjung berhenti menyerangku, hatiku, batinku, bahkan jiwaku.

Tolong...

Tolong beritahu aku!
.
.
.
Jadi ini mimpi ternyata.... atau enggak???

Alasan kenapa ane gak update2 adalah karena ane adalah orang yang malas, ide sih ada selalu, tapi ane bener2 males untuk nulis, mikir kata2nya lah, membuat rangkaian katany jadi paragraflah, apapun itu, jujur aja ane kgk bs cerita yg berchap2, mkny walopun ada bkln ane bikin endingnya cepet ato muter balik otak yg harusnya ceritanya gini mlh ganti biar ceritany selese, perhatiin aja dah cerita ane yg lain, and so far ini adalah cerita dgn chap terbanyak yg prnh ane tulis

Jadi harap dimaklumi klo lama, tergantung mood bgt ane ngerjain, dan mungkin kalian harus siap akan bnyk kemungkinan, tb2 ane nge-update malemlah, pagi, siang, kapanpun krn ane itu kalong, tidur pagi, malem bangun, gk jelas ngapain, intinya antisipasi aja.

Jujur ane juga males nulis, gimana yah, bnr2 gak enak aja, abis kookmin ato vmin momenny dikit bgt akhir2 ini, ane sedih, ane marah, ane kesel. Dan yg lbh nyebelin lg, shipper dr kopel 'ono' look down on us, kookmin shipper, ane bnr2 gk suka dgn itu, ane rsny pen berkata kasar ngeliatny, jd ane asumsikan bahwa kookmin is dead, becandaan buat ane doang sih, abis ane bnr2 kesel, sedih, jadi... hmm.. kay.

Dan sekali lg ane udh ksh pernyataan bhw ini cerita 17/18+ bkn 21+, ane gk main2 dgn adegan, tolong bedakan antara genre 17/18+ dan 21+ ! Ane jujur gk bs bikin smut, tapi ane berusaha, walopun cenderung ane nulisny menjurus dan gk full adegan. Ini bukan cerita penuh semut sekali lagi, ane lbh menekankan dramatically side dan angstny.

Mungkin itu dulu yg ane bs sampein, kunjungi cerita ane yg lain, please jan jadi sider ane mohon! Kalo ane gk bls komen bukan berarti ane gk baca, ane baca, tp mungkin lupa bales jd maapkeun ane sblmny, sumpah ane minta maaf, ane menghargai dan menyukai komen kalian, tapi tolong jan cuma, 'lanjut' ato 'next' berilah sepatah dua patah kata, gak susah kan? Makasih sebelumnya.

Maap jg kalo panjang curhatannya.

Sincerely taes,
Peace and love,
Kimmie.

Crazy In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang