Author : minsoo kim
Pairing : Kookmin and vmin
Rate : 17+
Length : 600+ words
Genre : Angst, Romance, Drama
Warning! Typo dimana-mana, scene yang sedikit menjurus, jadi diharapkan bersiap diri.
.
Aku mengerjap beberapa kali dan mengusap wajahku dengan kasar, berusaha menghilangkan semua sekelebat bayangan yang terjadi tadi pagi. Aku menatap wajahku dalam pantulan kaca dan berkata dengan lirih, "siapa dirimu sebenarnya?"
.
Park Jimin.Darimana dirinya tau namaku? Aku tidak ingat pernah bertemu dengannya, bahkan aku belum memperkenalkan diriku padanya, dan ini kali pertama aku berbicara dengannya, bagaimana? Bagaimana dia mengetahuiku? Apakah dia semacam stalker yang menguntit kemanapun diriku pergi? Apa dia? Beribu pertanyaan muncul dalam benakku tanpa adanya jawaban untuk semua pertanyaan tersebut. Aku tak mengerti.
"Bagaimana kau.." lirihku pelan, menatap manik matanya yang berwarna cokelat yang seolah menghipnotisku untuk terus larut dalam lautan kedua bola matanya tersebut. Entah kenapa, napasku tercekat saat menyadari betapa dekatnya jarak kami dan aku ingin sekali terlepas dari cengkramannya.
Seolah menyadari ketidaknyamananku didekatnya, dia mulai menjauh dan membelai pipiku dengan lembut. Tatapan matanya tidaklah lagi tajam, kini kedua bola mata besar itu menatapku dengan lembut, dan entah kenapa dapat kurasakan tatapan sedih tersembunyi dari balik tatapan lembut tersebut.
"Aku hanya ingin kau mengingat, park jimin."
Setelah berucap, dirinya menghilang dari hadapanku, meninggalkanku dengan -lagi- beribu pertanyaan yang tak terjawab.
.
Aku tak ingat bagaimana caranya aku berakhir dengan tertidur di sofa ruang keluargaku, tetapi yang jelas itulah yang terjadi padaku, karena pada kenyataannya aku terbangun dengan keadaan mengenaskan, rambut yang teracak sangat berantakan, dan razor yang entah kenapa dapat tergeletak tak berdaya di samping pergelangan tanganku, dan tak lupa dengan bercak darah yang berceceran di lantai. Ah, aku lupa mengatakan bahwa aku selalu akan melakukan hal tersebut jika aku sedang mengalami stress berat dan itu terjadi lagi, sekarang, dan kalian tau penyebabnya? Jeon jungkook! Lelaki misterius yang tiba-tiba muncul dikehidupannya, masuk tanpa permisi dan membuatku tak mengerti apapun yang dikatakannya, maupun apapun yang ia inginkan dariku. Aku sungguh tak mengerti.Ah, Aku ingat sekarang. Semalam, setelah aku mengurung diriku di kamar mandi dan merenung, aku terlelap hingga mimpi buruk itu datang -apa harus ku katakan sebagai mimpi buruk pun aku tidak tau, atau tepatnya tidak ingin tau- dimana dapat kusaksikan seorang anak kecil lemah tak berdaya terbaring di atas matras berwarna putih dengan selang yang mengelilingi wajahnya dan tangannya. Mata itu terpenjam. Entah darimana keberanian itu datang, aku melangkah dengan pasti untuk melihat sesosok laki-laki itu. Kuperhatikan dengan seksama parah wajah yang kini pucat. Aku seperti mengenalnya, kupicingkan mataku, dan mencoba mengingat seseorang yang mungkin mirip dengannya. Astaga. Apa dia?
Segera, aku terbangun dari tidur singkatku dan mulai berjalan menuruni tangga rumahku, menggapai razor yang kusembunyikan di laci tempat dimana biasanya ibuku menaruh beberapa benda tajam seperti pisau, bukan, bukan untuk memasak tetapi entah apa alasannya ia menyimpan semua barang berbahaya tersebut, dan aku dengan berhasilnya menyelipkan razor diantaranya.
Kumulai menggesekan benda tajam tersebut pada pergelangan tanganku. Perih. Tapi memuaskan rasanya. Membawaku merasakan perasaan lega dan seolah melayang di langit ketujuh, begitu ringan dan menyenangkan.
.
Suara teriakan histeris itu dapat kudengar kembali, bahkan lebih membahana disekitar ruangan olahraga di sekolahku ini. Kulayangkan pandangan mataku melihat ke arah tengah lapangan yang terdapat beberapa sosok orang yang kini sedang bermain basket. Melawan satu sama lain. Kim taehyung vs Jeon jungkook. Itulah yang dapat ku asumsikan saat kulihat mereka saling mencoba mencuri bola dari tangan lawan.Pertandingan yang sengit, kupikir. Dan entah kenapa, aku hanya terdiam, menyaksikan permainan yang mereka lakukan dengan aura kebencian menyelimuti diri mereka masing-masing. Aku terus menyaksikan semua, semua hingga pandanganku mulai meredup. Aku pingsan, kurasa, tetapi sebelum semuanya menjadi hitam, dapat kurasakan seseorang menepuk pipiku dan mengangkat badanku yang sudah terlanjur jatuh, walaupun sebelum kepalaku membentur kerasnya lantai yang kutapaki.
Siapa dirimu? My hero.
.
Aku tidak tahu mengapa aku membuat ini menjadi sulit, tidak pernah terpikiran olehku untuk membuat hal semacam ini. Aku harap kalian mengerti bahwa aku tak pandai dalam mengarang cerita, jadi tolong dimaklumi kesalahan yang kubuat hingga sekarang.Kumohon berikanku vote dan komennya, terima kasih:)
Tertanda,
Minsoo Kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy In Love
Romance"A-aku tak tau.. tolong lepas, ini sakit. Aku tidak mau." "Tidak akan kulepas sebelum aku dapat membuatmu milikku."