Udara pagi terasa begitu menyejukan dan aku tersenyum menyambut hari baru, tapi aku tidak suka pagi, aku lebih suka malam yang gelap, dimana aku tak bisa terlihat dengan jelas, tapi dia selalu menemukanku walau dalam gelap sekalipun.
"Melamun lagi?"
Dari aroma tubuhnya, aku sudah tahu siapa yang menepuk bahuku, aku menoleh kearahnya dan dia tersenyum ramah padaku.
"Ka Kev... Tumben biasanya paling malas apel pagi"
Aku terkekeh geli, astaga dia benar-benar menggemaskan, namanya Kevin Prayoga, dia sahabatku dikampus dan Aku Mila Edlyn, kami sekarang sedang koas disalah satu rumah sakit, apel pagi hal yang selalu membuat dia malas dan berujung pada ketelatan, tapi berbeda dengannya, aku justru orang yang sangat on time, bahkan kadang aku datang 15 menit atau 30 menit sebelum apel pagi dimulai.
Aku juga bangun paling awal diantara teman-teman sekamarku, sejak koas kami memang mengontrak rumah dimana isinya adalah teman perempuanku semua dan tentu saja itu untuk mempermudah praktek kami dirumah sakit.
"Kau mau aku telat biar nilaiku dikurangi begitu?" Tanyanya sambil berkacak pinggang, aku mendengus kesal dan pura-pura merajuk, dan ternyata cukup berhasil, dia memang tidak bisa melihat wajah sedihku dan dengan cepat dia mengacak rambutku lalu memelukku, kebiasaan yang membuat banyak mata iri padaku, karena Kevin adalah pria yang sangat tampan, berkulit putih dan berhidung mancung, dia banyak disukai bahkan diburu oleh para gadis, tapi Kevin hanya dekat denganku, aku juga tidak tahu kenapa, dia selalu menempel padaku, menjagaku dan melakukan apapun untukku.
"Bukan itu maksudku" Aku mendongak menatapnya, dan dia mengecup dalam dahiku. Oh ya ampun pipiku sudah pasti seperti tomat, dan aku yakin banyak yang memandang tidak suka kearah kami.
"Aku tahu, jadi sekarang lebih baik kita berbaris, karena apel pagi akan dimulai" Bisiknya, senyumnya begitu indah dan meneduhkan, aku hanya diam, tinggi badanku yang hanya sedagunya membuatnya sangat suka berdiri dibelakangku, katanya biar bisa menjagaku, padahal itu hanya modusnya saja, karena buktinya dia selalu menyandarkan dagunya dipuncak kepalaku. Dan karena tingkahnya banyak yang mengira kami pacaran, padahal tidak, aku dan dia berbeda, bukan dalam artian lain, tapi Agama kami beda, jujur aku mencintainya, dia membuatku nyaman dan terlindungi, tapi aku juga tidak mau menjalin komitmen yang sudah jelas ujungnya. Aku memegang teguh Agamaku dan dia juga memegang teguh Agamanya, jadi mungkin hubungan seperti inilah yang terbaik.
"My Sunshine jangan terlalu banyak melamun"
Apel pagi baru saja selesai dan kini kami berjalan beriringan dikoridor rumah sakit, aku menoleh kearahnya dan dia kembali memberikan senyum indahnya padaku, My Sunshine adalah panggilan sayangnya untukku dan aku senang menjadi yang special untuknya.
"Aku tidak melamun" Kilahku, karena aku memang sedang banyak pikiran dan itu membuat kepalaku pusing bahkan dadaku pun juga sesak.
"Kau bisa bohong pada teman-temanmu yang lain, tapi tidak padaku, katakan ada apa? Jangan sampai Ruang. OK (R. Operasi) heboh karenamu" Godanya lalu terkekeh geli, ya ampun dia menyebalkan.
"Hei, aku bukan pengacau ditimku" Aku berkacak pinggang, kami memang akan praktek di Ruang. OK walaupun belum mengoperasi secara langsung karena kami masih koas, tapi bukan berarti aku akan menjadi pengacau disana. Aku akui aku memang lemah diteori, tapi soal praktek, tindakanku yang paling di acungi jempol, karena aku yang paling berani mengambil resiko, kebanyakan temanku takut dan hanya melihat.
"Okay aku tahu, tapi tidak bisakah kau tersenyum manis padaku, aku sungguh butuh moodbooster" Ucapnya, kedua sudut bibirku tertarik keatas dan mengukir senyuman, dia kembali memelukku dan mengecup puncak kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshot
RomanceSeperti sebuah mimpi, seperti sekarang, dan seperti ini