Sasuke menggeram kesal. Dirinya masih diabaikan Sakura selama beberapa hari. Matanya kini menatap nyalang sosok merah muda-Sakura- yang sedang bercanda riang dengan seorang pemuda berambut hitam panjang.
"Ah benarkah? Hahaha kau bodoh sekali." Tawa Sakura terdengar tak berdosa. Namun kelakuan mereka yang terlihat begitu intim -menurut Sasuke- membuat darahnya mendidih di tempat.
Tangannya sudah sangat gatal ingin menjambak rambut pemuda asing tersebut keras keras. Jika perlu, dia akan menggunakan amsterasu untuk membumi hanguskan rambut beserta pemiliknya.
"Sakura." Yang dipanggil menoleh ke arah Sasuke. Senyum lebarnya perlahan luntur menjadi senyum biasa saja yang bahkan tak mencapai mata.
"Ah, Sasuke-san. Ada apa?"
Sasuke-san katanya?
"Bisa kita bicara berdua, Sakura-chan?" Sakura bergetar sendiri begitu mendengar Sasuke menekankan kata 'chan'. Terdengar seperti alarm berbahaya. Dia meneguk ludah susah payah sebelum berpamitan pada pasien barunya.
Tatapan intimidasi Sasuke masih melayang kearahnya. Mereka bergerak kearah taman terdekat untuk 'berbicara'. Namun posisi Sasuke yang berada dibelakangnya membuatnya parno sendiri. Pandangan menusuk itu seolah menembus punggung dan melubangi dadanya. Mengingatkannya pada percakapan mereka belum lama lalu.
***
"Banyak sekali pemuda berbahaya di luar sana. Jadi bicaralah seperlunya dengan mereka. Selebihnya, hanya denganku atau Naruto saja."
Sakura mengerjap tak mengerti. "Dan kenapa aku harus menurutimu?"
Sasuke tak menjawab. Namun sekilas mata emerald milik gadis manis didepannya menangkap segaris semburat rons merah pada pipi lelaki Uchiha itu.
"Kau tahu aku memiliki banyak pasien. Terutama yang terluka karena pertarungan, banyak dari mereka pria, Sasuke-kun."
"Sudah kukatakan mereka masih berbahaya. Kau tidak tahu mereka jadi jauhi mereka."
"Alasan tidak logis. Mereka tetap warga Konoha"
"Turuti saja apa kataku dan kau akan bahagia."
Sakura mengerang kesal. "Bahagia katamu? Satu satunya alasan aku tidak bahagia adalah pengorbananku selama bertahun tahun ini berakhir sia sia, dasar brengsek!'
Sasuke tentu terkejut dibentak tiba tiba. "Saku-"
"Dan satu satunya pria yang harus kujauhi adalah kau sendiri, dasar keparat!"
"Berhenti mengumpat!" Tanpa sadar Sasuke baru saja membentak sakura tak kalah kencang. Gadis didepannya terlah berkaca kaca matanya. Dirinya merasa tercubit. Tak ingin menyakiti perempuan yang disayanginya lebih jauh lagi-
Apa tadi? Sayang?
Tidak. Tidak. Tidak. Sasuke menggelengkan kepalanya keras keras.
Sedangkan disisi Sakura sendiri, dia merasa aneh dan takut melihat Sasuke yang geleng geleng kepala secara tiba tiba. Kunoichi didikan Tsunade tersebut merasa dirinya harus pergi cepat cepat sebelum keanehan Sasuke merambat kedirinya.
"A-aku memiliki banyak pekerjaan di rumah sakit. Jika tidak keberatan, saya duluan, Sasuke-san."
Sasuke belum sempat menjawab dengan sepatah katapun, namun Sakura telah melesat melompati atap atap rumah meninggalkannya sendiri.
Meninggalkannya dengan kebimbangan.
Meninggalkannya dengan segudang tanda tanya di kepala.
Serta meninggalkannya dengan rasa rindu yang membuncah.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/80901459-288-k67276.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine?
FanfictionSasuke.. ya sasuke. Lelaki buronan serigala serigala betina diluar sana yang tak ada romantis romantisnya. Aku berteman dengannya sejak lama. Namun pengakuannya yang menyakitkan merubuhkan semua anganku yang ingin membina rumah tangga dengannya. Sa...