11492

95 11 21
                                    

Satu persatu kapal bermuatan container tersedot sebuah lubang di bawah pulau. Kapal Alex yang paling kecil dan sederhana tanpa muatan seperti yang lainya masuk paling terakhir.

"Kau gugup?" Tanya Dylan pada Malla.

Malla memegang erat seragam Dylan. Tubuh Dylan begitu kekar dan wajahnya terlihat paling ramah dari yang lain. Malla menangis seperti layaknya bocah seumuranya. Ia tidak paham apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan ia tak ingat apapun kejadian sebelum ia tersadar dari tidur panjangnya.

"Aku mau di bawa kemana?" Tanya Malla dengan menggenggam erat baju Dylan.

Dylan sadar bahwa bocah kecil di sampingnya ini sangat lemah fisik dan batin. Tapi Dylan tak mampu berikan perlindungan padannya.

"Menangis takkan bisa menolongmu. Apa yang akan ku katakana padamu ini mungkin sangat gila. Tapi percayalah demi hidup mu sendiri. Di dunia ini tidak ada yang namanya pahlawan super. Menolong yang lemah dan membasmi yang jahat. Jangan pula percaya kebaikan selalu menang lawan kejahatan. Ini hidup. Bukan kisah dongeng menjelang tidur."

Tak lama kemudian, seisi kapal terguncang. Semua prajurit Alex mempersiapkan diri masing masing. Dylan tampak menepuk bahu Malla yang masi kebingungan dengan semua yang ia alami.

"Kita sampai. Jaga sikap kalian. Jangan sampai identitas kita terbongkar." Perintah Alex.

Mereka pun mulai keluar dari kapal satu persatu. Di ikuti Malla yang berusaha menggerakkan kakinya yang masih terasa ngilu. Salah seorang prajurit mendorong Malla keluar dengan tergesa gesa.

"Gerakkan tubuhmu seperti prajurit. Kau sekarang adalah senjata!" bentaknya sambil menendang nendang tubuh mungil Malla seperti bola mainan.

Malla melihat dengan kedua matanya dan bertanya dalam hati kecilnya. Tempat apakah ini?. Sebuah ruangan bawah tanah yang sangat luas. Jauh lebih luas dari pulau yang tampak dari luarnya. Bahkan puluhan kapal besar pun tak mampu mengisi 10% ruanganya. Tidak hanya itu. Sekeliling ruangan terbangun sebuah bangunan bangunan bertingkat dengan ribuan ruangan. Mesin mesin besar mulai menurunkan container di muatan kapal. Satu persatu container di buka dengan mesin pemotong. Tampak ratusan anak kecil umur 5 -7 tahun keluar dari dalam container.

Anak anak dari belahan dunia di culik dan mereka di giring seperti domba ke setiap bangunan. Malla pun di seret menuju barisan tanpa belas kasihan. Hampir semua anak ketakutan dan menangis saat para prajurit menertibkan dengan tendangan dan pukulan gagang senjata.

Satu persatu dari setiap barisan di ambil dan di bawa masuk ruangan terkunci. Hingga akhirnya Malla mendapatkan giliranya. Salah seorang pria besar dengan luka di wajahnya menarik rambut Malla dan menyeretnya masuk ruangan. Teriakan kesakitan yang Malla rasakan cukup terdengar ratusan orang di sekitar. Namun tak ada yang berani bertindak apapun. Semua hanya terdiam bagai mesin pemotong daging yang hanya bunyi saat memotong korbanya.

Malla di lempar ke sebuah ruang kecil sepanjang 10x15m. Ruangan bau amis dengan ceceran darah segar di lantainya. Malla memuntahkan sebagian isi perutnya melihat begitu banyak darah mengotori tubuhnya. Ia menangis ketakutan dan merangkak ke tepian. Berkali kali ia terjatuh oleh licinya sebagian darah yang mulai mongering.

Tak hanya Malla, salah seorang gadis kecil yang terlihat liar dan kumal di lemparkan tak jauh darinya. Berbeda dengan Malla, gadis ini jauh lebih berani dan seolah tau apa yang sedang di alami.

Salah seorang prajurit meletakkan sebuah pisau di tengah kedua bocah.

"Saat daging terkoyak, rasa sakit yang di rasakan akan memberikan ketakutan yang sangat luar biasa. Ketakutan untuk mati. Tapi itulah kekuatan manusia yang sesungguhnya. Rasa takut yang akan membuat kekuatan untuk bertahan hidup"

"waktu kalian berdua 30 detik untuk saling berebut pisau. Dan 1 menit untuk membunuh lawan" ucap Salah seorang prajurit lagi yang tengah mengisi amunisi di senjata laras panjangnya.

Belum ada aba aba, gadis liar tersebut berlari seperti anjing mengambil pisau. Sedangkan Malla hanya bisa duduk bersimpuh. Kaki kakinya lemas. Ia hanya menggelengkan kepalanya atas perintah yang di layangkan. Bibirnya berusaha mengucap kata tak mau, tapi ia tak mampu bersuara apapun. Hanya suara isak tangis yang keluar dari tenggorokanya. Malla menangis dan merangkak ke pintu keluar. Tanpa ia sadari lawanya sudah berada di dekatnya dan menusuk dirinya dengan pisau.

Malla berusaha menghindar. Tapi tusukan yang begitu dekatnya darinya berhasil tenggelam di pundaknya. Darah mencuat hingga ke leher dan pipinya. Tak kuat menahan rasa sakit, bibir Malla berteriak sekuatnya hingga memenuhi ruangan. Tampak dari wajah para prajurit bahwa mereka begitu menikmati suara penderitaan.

Tangan Malla berusaha meraih sesuatu di sekitarnya tapi yang ia raih hanyalah darah kering sisa korban sebelumnya. Kedua kaki Malla berusaha beronta menendang ke segala arah saat ujung pisau yang tenggelang di gerakkan menuju leher. Sekuat apapun Malla berteriak meminta pertolongan hanya jadi bahan kenikmatan untuk para prajurit Sadonz. Mengingat apa kata Dylan bahwa tak ada pahlawan penolong di dunia ini, Malla berusaha memegang tajamnya pisau dengan tanganya.

Tak peduli berapa banyak koyakan koyakan daging di tangannya, Malla menggigit pergelangan tangan lawannya hingga putus otot otot nadinya. Malla terus menggigit meski darah lawan menyembur deras ke wajahnya. Bahkan ia tak mendengar suara apapun di sekitarnya. Hanya terdengar suara detak jantungnya sendiri berdegup kencang.

Satu tembakan melubangi kepala lawan Malla yang dianggap sudah kalah. Salah seorang prajurit menghampiri Malla. Malla yang masih shock tetap tak melepaskan gigitanya. Hingga tendangan sepatu bot menerjang di pelipisnya. Malla tersungkur di lantai yang licin. Matanya menjuru ke segala arah. Nafasnya tak teratur. Di sela sela giginya masih tersisa koyakan kulit lawanya. Tubuh Malla di injak berkali kali hingga terkapar tak berdaya.

"Kau beruntung luka mu tak serius. Kau lolos" ucap prajurit saat memeriksa luka di tubuh Malla.

Di giringnya Malla ke sebuah lift. Malla di bawa ke ruangan di atas pulau. Di mana para peserta yang lolos di periksa dan di suntikkan cairan berwarna biru tua.

"Cairan ini akan menyatu di sel sel darahmu. Dalam 1 bulan, darahmu akan membeku. Setiap sebulan sekali kau harus mencuci darahmu dengan cairan penawar. Dan cairan penawar akan di berikan setiap sebulan sekali usai ujian"

"Nama?!"

"Malla,."

Seorang prajurit memberika pisau Sadonz yang terbuat dari Titanium. Di tengah pisau terukir angka 11492.

"Mulai sekarang, namamu 11492. Kau masuk kelas C. Kehilangan pisau arti kehilangan nyawa!"

11492 C (Who Am I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang