[1] Hari Pertama

92 11 6
                                    

"Ayah, Bunda, aku berangkat ya!" teriak Tiara sambil memakai sepatu Converse putih miliknya.

"Kamu sekolah? Bunda kira kamu bolos. Udah jam setengah delapan, tuh."

Tiara pun mencium tangan kedua orangtuanya dan menyalakan motornya. "Santai aja, Bun. Hari pertama kok. Dadah!"

Setelah menjalani 21 hari tanpa sekolah, Tiara akhirnya mulai menjalankan rutinitasnya lagi sebagai pelajar kelas sebelas. Sebenarnya, Tiara males bin mager buat sekolah. Bukan males bin mager buat sekolah sih, tapi males bin mager buat bangun paginya doang. Apalagi sekarang jadwal tidurnya belum teratur karena selalu tidur pagi dan bangun malam.

Untuk mengurangi rasa ngantuknya, Tiara pun memasang earphone dan menyetel lagu. Kemudian ia mengendarai motornya agar sampai ke sekolah.

•••

Tiara memarkirkan motornya dengan gesit. Kemudian ia berlari kecil karena melihat gerbang sekolah yang tertutup. Kalo tau gini, mending gue nggak usah tidur tadi.

Pak Kasim sebagai satpam sekolah pun menggelengkan kepalanya saat melihat Tiara. "Ya ampun, Tiara. Udah berkali-kali saya bilang—"

"Ya ampun, Bapak! Tadi saya kesiangan, Pak. Jangan hukum saya lagi, Pak. Lagi mager banget deh, suer," potongnya.

Pak Kasim menggelengkan kepalanya lagi. "Siapa yang mau hukum kamu? Ge-er banget! Saya sih sans."

"Lah terus kenapa, Pak?"

"Saya 'kan udah bilang berkali-kali. Helmnya biasain dicopot, jangan dipake terus. Mana helm Go-jek lagi! Bikin malu aja."

Tiara pun memegangi kepalanya yang ternyata tertutup helm. "Oh iya! Ya ampun, saya lupa mulu. Makasih lho, Pak, udah diingetin," katanya sambil berjalan ke parkiran motor lagi. "Betewe, ini bukan helm gojek, Pak! Warnanya aja yang ijo!"

Setelah menyantolkan helm di motornya, Tiara pun memasuki kawasan sekolahnya. Sejujurnya ia sedikit lupa letak kelasnya berada di mana. Tapi untung setiap ruangan ada tandanya.

Tiara melihat kelasnya yang tertanda 'XI-4' dan berjalan mendekati kelas itu. Saat sudah dekat, terdengar suara ricuh ala teman kelasnya dari luar. Sudah pasti tidak ada guru jika kelas seberisik itu. Tiara pun berniat menjahili teman sekelasnya.

Perlahan, ia menggenggam gagang pintu dan mendorongnya pelan sehingga terdengar suara ceklek. Dan berhasil, seisi kelas langsung hening. Tiara pun berdeham lalu memasuki kelasnya dengan tampang jahil.

"Anjing! Gue kira guru!"

"Tai lo, Ra! Gue udah duduk juga!"

"Tiara bangsat!"

"Udah kubur aja kubur!"

"Pulang sana lo!"

Tiara pun mengambil tempat duduk di samping Sheryl yang sedang tertidur dan melepas tasnya. "Sorry, Guys! Sekolah udah gue anggep sebagai rumah kedua gue. Jadi kalo gue pulang, ya ke sini juga dong jadinya. Hehe."

•••

Sudah satu setengah jam Tiara hanya menjahili temannya dan melakukan kegiatan random. Hari pertama dan tidak ada guru dan Tiara mulai bosan.

"Udah puas gangguin orang?" kata Sheryl yang dibalas dengan cengiran.

"Gue bosen, Sher. Ngapain ya? Anak kelasan pada baper-baper amat dah, gue gangguin malah dimarahin. Pe-em-es-nya massal kali, ya?" kata Tiara diiringi dengan helaan napas yang keluar dari bibirnya.

"Ya menurut lo aja, Sat." Sheryl menoyor kepala Tiara karena kesal. "Mending nonton tutorial masak-masak aja."

"Dih, ogah. Gue mau makannya aja. Lo tau nggak sih, masak tuh berasa kayak seharian, makannya cuma semenit, terus nyuci piringnya berasa kayak tujuh hari tujuh malem. Aku sih no."

Sheryl pun mengedikkan bahunya tidak peduli dan membuka Youtube untuk menonton tutorial masak kesukaannya.

Tiara pun mengetuk-ngetukkan jarinya bosan.

"Ngapain lo, Ra?" kata Michael dan mengambil kursi di depan Tiara.

"Napas. Bosen gue."

Ashton pun datang dan mengambil kursi di samping Michael atau lebih tepatnya di depan Sheryl. "Gue juga bosen. ToD kuy?"

Tiara mengedikkan bahunya. "Sebenernya ToD ngebosenin sih, gitu-gitu aja. Tapi daripada bosen nggak ngapa-ngapain, mending mainin game ngebosenin. Yaudah, kuy."

"Bertiga doang, nih?" tanya Ashton. "Sheryl ajakkin aja tuh, Ra."

"Sher, woi," kata Tiara dan melepas earphone yang menggantung di telinga Sheryl. "Mau main ToD nggak?"

"Hm, mau deh. Bosen juga gue nonton YouTube."

Kemudian Ashton memutar pena sebagai penentu. Dan permainan pun dimulai.

•••

Part keduwa yipi! Eh gue miskin temen lho:( Temenan yuk:))


Forced [cth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang