[6] Bekel

101 13 15
                                    

"Lagi ngapain sih, kamu? Berisik banget pagi-pagi."

Pagi-pagi saat subuh, Tiara sudah tawuran dengan alat masak di dapur. Entah kenapa, ia berniat untuk membuat bekal. Karena kalau dipikir-pikir, jajanan kantin itu mahal, tetapi tidak membuat kenyang. Apalagi orang seperti Tiara, yang porsi makannya banyak. Tiara pun berniat untuk membawa bekal untuk mengirit uangnya.

"'Kan biasanya yang masak buat sarapan itu Bunda. Kamu kesambet apaan jadi rajin?" tanya bunda sambil mencuci piring kotor.

"Siapa bilang aku masak buat sarapan? Ini buat bekel, tau." Tiara mengaduk-ngaduk isi penggorengannya dengan heboh. "Tapi kalo rajin, dari dulu aku juga udah rajin. Emangnya Bunda?"

"Mau duit jajannya dipotong, kamu?"

"Eh! Bercanda, Bunda. Baper banget sih." Tiara pun mengeluarkan senyum jahilnya.

"Kamu tuh kenapa sih, berisik banget. Aduknya tuh pelan-pelan. Kalo kekencengan nanti nasinya kemana-mana."

"Iyaaa. Nih, dipelanin."

"Nggak segitu juga! Nanti gosong!" omel bunda sambil mencubit pinggang Tiara. "Belajar masak sama Sheryl makanya."

Tiara pun mulai memasukkan sosis yang sudah dipotong-potong olehnya tadi. Sebenarnya ini baru pertama kali ia memasak nasi goreng sendirian. Biasanya dibantu oleh Sheryl. Bisa dibilang sih, ini namanya modal nekat.

Setelah mengaduk-ngaduk nasi tersebut dengan sedikit tidak heboh karena takut dimarahi bunda, Tiara pun mematikan kompornya. Kemudian ia mulai memasukkan nasi goreng itu ke dalam kotak bekal bergambar kumpulan bintang miliknya.

"Yah, Bunda, aku masaknya kebanyakan," kata Tiara pada bunda yang sedang masak untuk sarapan di sampingnya.

"Kamu 'kan emang makannya banyak."

Tiara mengembungkan pipinya. "Tapi ini dua porsinya aku. Bunda mau nggak?"

"Yah. Bunda udah masak banyak nih, buat tiga porsi. Ayah, kamu, Bunda. Masa ditambahin lagi?"

Tiara pun mengambil kotak bekal yang lain, memutuskan untuk memberinya untuk-entah siapa. "Ya udah, aku kasih buat temen aku aja, ya."

•••

"Michael, Ashton, mau nggak? Gue masak nasi goreng kelebihan nih. Gratis kok. Gue lagi baik," tawar Tiara.

"Ogah. Pasti nggak enak."

"Udah basi 'kan? Nggak mau gue, kapok."

Tiara pun menghembuskan nafasnya kesal. "Dasar dikasih hati minta jantung!"

"Yang minta juga siapa, Oon."

Berusaha mengabaikan perkataan teman-temannya yang super-duper menyebalkan itu, Tiara pun menawarkan nasi goreng buatannya itu ke teman sekelasnya.

"Gue udah bawa bekel."

"Lagi diet."

"Nggak ah. Lo jail, nggak percaya gue. Nyawa gue ditaruhin."

"Kenyang."

Tiara pun berdiri di depan papan tulis dengan tatapan kesal. "Awas lo semua! Nanti gue jadi chef, nggak bakal gue baikin lo pada!"

Bekal miliknya sudah ia makan, dan bekal yang tidak berpemilikan ini tidak tahu nasibnya akan bagaimana. Masalahnya, Tiara sudah sangat kenyang. Kalau buat nanti, nasinya sudah tidak enak pasti. Ia pun berjalan ke luar kelas. Mungkin ia bisa menawari temannya yang berbeda kelas?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forced [cth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang