BAB 4. Devian Albern Addison

106 7 0
                                    

Part ini pendek. Cuma isi hati Devian aja. kkkk

Vote & Comment-nya tetap yaa!! Jangan lupa ^-^
--
Devian Pov

Attention, please!
Interupsi dikit... aku menempuh perjalanan dua puluh satu jam dari Amerika ke sini. Aku lelah sekali. Begitu tiba di bandara Soekarno- Hatta, tahu apa yang kutemukan?

Julian, cowok sebaya diriku menjemput di bandara. Saat kutanya siapa dia, dia bilang dia anak laki-laki yang sering aku siram dulu. Aku tertawa mengenangnya, tapi Julian tidak.

Dia ketakutan, menunduk, dan berjalan di belakangku seolah aku ini adalah pangeran. Apa coba? Menjilatku? Aku benci kepura-puraan!

Julian mengantarku ke rumah. Tetapi karena aku kesal padanya, aku menyuruhnya cukup mengantarkanku sampai gerbang rumahku. Dia mengangguk patuh, berbalik ke mobil dan segera melajukan mobilnya. Lihatkan? Dia bahkan patuh ketika aku menyuruhnya pergi!

Aku melangkah ke dalam rumahku. Dari depan pintu aku melihat cewek yang keluar dari ruangan Paman Albert. Dia tampak buru-buru sekali. Lalu aku berjalan cepat ke arahnya sehingga dia menabrak bahuku.

"Vanessa?" panggilku. Oh sungguh! Aku terkejut melihat kenyataan, cewek yang menabrakku adalah Dia. Cewek yang selalu ada di fikirannya sejak Devian berumur delapan tahun. Dia tidak menjawab panggilanku. Dia malah menatapku dalam. Lalu timbul ide setan di kepalaku. Aku tersenyum licik kepadanya. Lalu dengan sengaja aku menempelkan bibirku pada bibirnya.

Lihat? Dia bahkan menutup matanya. Sontak aku melumat bibir Vanessa dengan lembut.

Aku merasakan tubuhku didorong olehnya. Dan yang kulihat selanjutnya adalah tatapan marahnya padaku. Tapi aku tidak peduli.

"KAU!" tunjukknya. Wah wah wah.. berani sekali dia menunjukku.

"Tidak Buruk!" balasku yang makin memperburuk keadaan.

"Kurang ajar sekali kau, Devian!!!" teriaknya. Bahkan sekarang cewek ini berani meneriakiku.

"Aku ada rapat, setelah ini aku ingin berbicara denganmu" balasku sambil meninggalkannya. Aku berjalan memasuki ruangan dimana aku akan mengadakan rapat dengan Paman Albert. Julian mengatakannya padaku tadi. Bahkan ketika aku baru tiba di tanah air?

Tetapi sesaat kemudian aku merasakan hantaman di kepala belakangku. Aku menoleh ke belakang. astaga! Cewek itu melempariku dengan sepatunya. Ku tatap mata cewek itu, namun dia malah memeletkan lidah dan berlari ke luar rumah. Lantas aku berlari mengejarnya. Namun sayang, dia cukup gesit rupanya. Dia berhasil meloloskan diri kali ini.

Aku mendesah geram kepadanya. Lihat saja! Kau pasti akan bertekuk lutut padaku Vanessa! Aku akan meminta hadiahku yang dulu belum kau penuhi! Segera ku rapihkan jasku dan masuk kembali ke rumahku. Kata Julian, aku harus mengikuti rapat oleh Paman Albert selepas aku tiba di Indonesia, tanah kelahiranku. Katanya membicarakan tentang pengalihan warisan mendiang ayahku.

Kalian tahu, bagaimana perasaanku saat ini? ku kira saat aku tiba di Indonesia, akan ada peluk hangat, tur keliling melihat seperti apa rumahku sekarang, dan berbagi cerita selama aku berada di Amerika. Namun dugaanku salah. Tidak ada yang aku harapkan, bahkan sekarang Paman Albert menyuruhku menghadiri rapat redaksi Addison's.

Kau ingat, tadi aku bilang nggak bisa memiliki segalanya. Yap, aku nggak memiliki cinta. Jadi wajar saja kan, kalau aku mencium cewek yang selama ini menghantui pikiranku di Amerika, bahkan sejak aku berumur delapan tahun? Aku sungguh merindukannya. Tapi tampaknya ini akan menjadi perjuangan yang berat bagiku. Setelah apa yang barusan aku lakukan terhadapnya.

Protesku cukup panjang ternyata, okay, next!

--
Sampai di part ini  dulu aku post yaa~~ Besok dilanjut lagi.

Thank You
-ami-

Devian & Vanessa [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang