Chapter 2

1.7K 154 10
                                    


"Nuna??"

Yoo Ah-in, adik laki-laki Ara yang berusia empat tahun lebih muda darinya melongokan matanya. Pemuda itu kaget melihat noona-nya yang berada di depan pintu rumah mereka, tengah basah kuyub sambil menangis. Penampilan kakaknya itu bahkan terlihat sangat buruk. Rambutnya berantakan, maskaranya luntur, dan airmatanya yang terus mengalir karena isak tangisnya. Segera Ah-in masuk kembali ke dalam rumah untuk mengambil handuk dan memberikannya pada Ara.

"Noona! Apa yang terjadi padamu?" tanya Ah-in, namun noona-nya itu tak menjawab pertanyaannya dan melangkah gontai memasuki rumah kecil mereka lalu menghilang di balik pintu kamar. "Apa dia bertengkar lagi dengan Seungcheol-hyung?" Ah-in hanya bisa menebak-nebak tentang apa yang terjadi pada noona-nya.

**********

.

.

.

.

.

.

"Yoo Ara!!" teriak seorang gadis dari jauh, tepat saat Yoo Ara melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Hari ini adalah hari terakhir kuliah di semester empat. Besok Ara akan libur selama kurang lebih satu minggu sebelum masuk ke semester selanjutnya. Ya – memang terdengar menyenangkan. Semua orang pasti menyukai liburan. Tapi sepertinya Ara tidak.

"Bagaimana ujianmu tadi? Lancar?" tanya gadis itu saat menghampiri Ara. Dia adalah Shim Jihyun, sahabat Ara sejak SMA.

"Eung..." jawab Ara mengangguk.

"Aishh... kenapa aku masih menanyakannya? Tentu saja ujian apapun sangat mudah untuk gadis yang memiliki otak encer sepertimu."

Ara memberikan senyuman kecil untuk menanggapi pujian dari Jihyun. Lalu setelah itu, dia kembali mendatarkan wajahnya. Mereka berjalan bersama keluar dari koridor lantai dasar.

"Ara-ya! Kau lapar? Apa kau ingin makan ramyeon di gedung sebelah? Kita sudah lama tidak memakannya jadi..." perkataan Jihyun terputus saat ia menyadari temannya sudah tidak lagi berada di sampingnya. Jihyun berbalik dan menemukan Ara sedang terdiam dengan kepala menoleh ke sebelah kiri mereka. "YA! Apa yang kau lihat sampai tidak peduli denganku?" tanya Jihyun lalu melangkah mendekati Ara.

Jihyun bisa melihat jelas siapa yang sedang diperhatikan Ara saat ini. Sekelompok mahasiswa laki-laki sedang bermain basket di lapangan kampus mereka. Jihyun mengenali beberapa dari mereka. Ada Jun - mahasiswa transfer dari China yang sangat populer di kampus, Yoon Jeonghan- teman SMA-nya dulu, dan ada... Choi Seungcheol. Ya – dialah yang membuat Ara saat ini berhenti melangkah dan terus memperhatikan mereka.

"Ara-yaa..." panggil Jihyun pelan.

"Eoh?" Ara menjawabnya lalu mengalihkan perhatiannya. "Jadi kita makan di mana?" tanya Ara seakan-akan tidak terjadi sesuatu.

Sayangnya, Ara tidak bisa menyembunyikan perasaannya di hadapan Jihyun, sahabatnya. Jihyun tahu kalau saat ini sahabatnya itu belum bisa berhenti memikirkan Choi Seungcheol – pemuda brengsek yang entah karena apa tiba-tiba memutuskan hubungannya dengan Ara. Ya! Micheosseoyo? Mereka telah berpacaran selama lima tahun dan aku tahu hubungan mereka baik-baik saja. Tapi kenapa dia dengan tega mencampakkan Ara yang begitu mencintainya?

Ya – inilah yang seringkali dipikirkan Jihyun jika dia melihat sosok Choi Seungcheol muncul di hadapannya. Ingin sekali ia menendang kepala pemuda itu.

"Apa kau masih memikirkan nappeun namja itu?" tanya Jihyun kesal.

"A...ani..."

"Kau berbohong lagi!" bentak Jihyun. "Ara-ya, apa kau juga ingin kehilangan aku sebagai sahabatmu? Aku benar-benar bisa menjauhimu jika kau masih bersikap diam seperti akhir-akhir ini. Ke mana Yoo Ara sahabatku yang selalu ceria dan membuatku tertawa?"

A Girl Who Can't Break, A Boy Who Can't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang