Chapter 5

1K 127 0
                                    


"Yoo Ara..." panggil Joshua pelan dan berusaha mengejar Ara yang semakin menjauh darinya. Joshua akhirnya berhasil meraih tangan gadis itu dan menghentikan langkahnya. "Gwaenchanha?"

Ara menengadahkan kepalanya melihat wajah Joshua. Wajah itulah yang saat ini bisa membuat Ara sedikit lebih tenang. Ara kemudian membuka lengannya dan memeluk Joshua. Kemarin dia menolak pelukan Joshua, tapi sekarang dia sendiri yang memeluk namja itu. Pikirannya yang kacau benar-benar membuatnya sudah tak peduli lagi dengan apapun.

"Uljimaa..." kata Joshua pelan dan membiarkan gadis itu terus menangis. Tangannya membalas pelukan Ara dan sesekali membelai kepala Ara. Suasana kemudian hening – yang terdengar hanya tangisan kesedihan dari Yoo Ara.

********

"YAA! Sampai kapan kau akan bermain games itu? Kau tidak mengerjakan tugasmu?" bentak Ara.

"Aigoo... kenapa kau begitu cerewet sih?" Seungcheol meletakkan gadgetnya dan mencubit pipi Ara.

"Aishh... APHOO!!" teriak Ara lalu melepaskan tangan Seungcheol dari pipinya. "Kau mau aku pulang sekarang? Kau membuang-buang waktuku. Percuma saja aku tidak bekerja demi mengajarimu matematika. Tapi kau malah bermain games di sini!"

"Eottokheyo? Apa pacarnya Seungcheol sekarang ini benar-benar sedang marah?"

"Seungcheol-ah..."

"Ara-ya..."

"Choi Seungcheol!"

"Yoo Ara!"

BUKKK!!

Sebuah jitakan melayang ke kepala Seungcheol. Pemuda itu akhirnya diam dan mulai menyentuh buku pelajarannya. Sementara itu, melihat tingkah kekasihnya yang begitu menyebalkan – Ara hanya bisa tersenyum karena hatinya saat ini sedang merasa senang.

Air mata Seungcheol mulai menetes. Baru lima menit dia berada di dalam rumah pohon dia sudah bisa mengingat satu kenangannya bersama dengan Ara. Di sana – di rumah pohon – tempat ia dan Ara sering menghabiskan waktu bersama-sama. Mengerjakan PR, bermain kartu, makan bersama, serta hal-hal yang mereka lakukan bersama. Di sana – di rumah pohon – saksi bisu tentang bagaimana Seungcheol dan Ara sama-sama menunjukkan cinta yang tumbuh di antara mereka. Di sana – di rumah pohon – tempat pertama kali Seungcheol menyatakan perasaannya pada Ara.

"Ara-ya... ada yang ingin aku bicarakan padamu."

Ara bingung. Seungcheol terlihat gugup hari ini. Ya – pemuda ini memang bilang bahwa hari ini dia akan melakukan sesuatu yang penting. Tentang apa – Ara tidak bisa menebak.

"Kenapa kau gugup seperti itu, Seungcheol? Apa kau sakit?" Ara menaikkan tangannya berusaha menyentuh kepala Seungcheol. Di saat itulah Seungcheol meraih tangan Ara itu dan menggenggamnya.

"Ara-ya, aku mau menyatakan perasaanku padamu."

Ara terdiam. Dia bisa merasakan bagaimana hatinya saat ini mulai deg-degan. Melihat wajah tampan Seungcheol yang saat ini begitu serius – membuat hatinya berdebar begitu cepat.

"Apa kau tahu, kalau selama ini kau adalah gadis pertama yang telah membuatku berani untuk menjadi diriku sendiri? Selama ini aku hanya hidup sebagai Choi Seungcheol dengan kepribadian yang bukan diriku. Tapi bersamamu – aku bisa menjadi diriku sendiri. Aku bisa mengekspresikan apa yang ingin aku lakukan, aku bisa mencintai musik di hadapanmu, dan aku sungguh bahagia saat bersamamu, Yoo Ara. Saranghaeyo, Yoo Ara."

A Girl Who Can't Break, A Boy Who Can't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang