Chapter 8

891 117 2
                                    

Ting! Tong!

Joshua meraih ponselnya karena ada pesan yang masuk.

Josh, sepertinya kau akan makan siang sendiri hari ini. Aku harus mengurus sesuatu. Mianhae-yo.

"Hahaha... apa dia benar-benar mengurus sesuatu atau dia hanya tidak ingin makan siang denganku?" gumam Joshua sambil tertawa. Ia pun masuk ke dalam mobilnya dan pergi sendirian.

.

.

.

.

.

.

Awkward~

Sudah hampir lima menit baik Ara maupun Seungcheol tidak memulai pembicaraan mereka. Saat ini mereka sedang duduk di sebuah café yang letaknya dekat dengan perusahaan tempat Ara bekerja.

Seungcheol diam memandangi gadis yang selama ini begitu ia rindukan – dan yang saat ini telah menjadi seorang wanita dewasa. Rambut Ara bahkan sudah berubah. Dia tidak lagi menggunakan poni. Sisi wanita Ara semakin terlihat dengan rambutnya yang sekarang.

"Jal jinnaeseoyo?" Seungcheol akhirnya membuka pembicaraan.

"Jal jinnaeseoyo..."

Suasana kembali akward. Keduanya kembali diam dan sama-sama tidak berani melihat satu sama lain. Entah apa yang membuat mereka sama-sama tak bisa berbicara. Padahal bukankah seharusnya ada banyak hal yang harus dibicarakan?

"Waktu makan siangku akan segera berakhir. Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?" tanya Ara saat dirinya sudah tidak bisa lagi menunggu Seungcheol.

"Ara-yaa..."

Ara pun berdiri. "Mianhae, Seungcheol-ah. Aku kira kau akan mengatakan sesuatu yang penting. Aku bahkan membatalkan janjiku untuk makan siang dengan atasanku demi menemuimu. Aku akan pergi sekarang..." Ara melangkahkan kakinya melewati Seungcheol.

Namun, belum jauh Ara melangkah, Seungcheol menahan tangan Ara. Pemuda itu beranjak dari kursi dan memeluk Ara dari belakang.

Di sisi lain, mobil Joshua baru saja keluar dari perusahaannya yang terletak di sebelah café tempat Seungcheol dan Ara bertemu. Di saat yang bersamaan, Joshua menyaksikan adegan pelukan Ara bersama dengan seorang pemuda yang Joshua masih ingat persis – Choi Seungcheol. Joshua tercengang di dalam mobilnya, dengan perasaan yang tak karuan. Sejak kapan pemuda itu kembali ke Korea?

"Kajima..." bisik Seungcheol. Suaranya terdengar begitu lirih karena mulutnya tepat berada di dekat telinga Ara. Ara bahkan bisa mendengar isakan Seungcheol yang menangis. "Kajimaa..."

Ara mulai menitikkan airmata. Ia berusaha melepas pelukan Seungcheol, namun sepertinya pemuda itu benar-benar tidak ingin Ara pergi. "Aku mohon padamu untuk tidak pergi..." kata Seungcheol lagi, yang akhirnya menghentikan niat Ara untuk pergi.

.

.

.

.

.

.

Rumah pohon.

Itulah tempat yang akan didatangi Seungcheol dan Ara. Ara telah mengirim pesan kepada Joshua tentang dirinya yang harus mengurus sesuatu dan tidak bisa kembali ke kantor dengan cepat. Anehnya, Joshua dengan cepat membalas pesan Ara dan mengizinkan wanita itu untuk bolos bekerja.

Saat ini, Ara sedang membohongi dirinya sendiri. Entah dia merasa dirinya begitu bodoh – ia menerima ajakan Seungcheol untuk pergi ke rumah pohon. Padahal dia sudah memutuskan untuk membenci pemuda itu.

A Girl Who Can't Break, A Boy Who Can't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang