[20] : Tinjuan peringatan

4.6K 349 15
                                    


--: Tinjuan Peringatan :--



Satu tinjuan dari tangan kanan Angga berhasil mendarat dengan mulus di sekitaran tulang pipi kiri Langit. Dan dalam waktu beberapa detik, lebam biru keunguan mulai menjalar disertai rasa nyeri tak karuan. Langit mengaduh, mengusap pelan pipinya yang terkena bogeman. Sementara tangan Angga masih terkepal kuat membuat buku-buku jarinya memutih. Wajahnya merah terbalut rasa emosi yang semakin menjadi-jadi.

"Maksud lo apa, sih?!" bentak Angga geram.

Langit tidak mengerti. Pulang sekolah sudah langsung dihantam, lalu dibentak-bentak tidak karuan. Terlebih, Langit tidak kenal pasti siapa orang yang didepannya ini.

"Apaan sih? Lo ada masalah sama gue?" jawab Langit santai. Tidak, lebih tepatnya, terlalu santai, meski kedutan nyeri di pipinya cukup mengganggu.

Mendengar itu, Angga tersenyum miring.

"Gak usah bego jadi cowok! Lo udah apain Jingga, bangsat?!"

Kening Langit berkerut, tidak paham. Langit mulai tahu kemana arah pembicaraannya, ini pasti soal Jingga.

"Maksud lo apaan sih? Dateng-dateng asal tonjok aja, gua gak ngerti lo ngomongin apaan?"

Tangan kanan Angga mulai mencengkram kerah leher Langit, menatap iris mata Langit dengan panas.

"Gua gak suka lo deket-deket Jingga! Lo udah apain Jingga sampe dia nangis dan sakit kayak gini? Lo gak sadar? Lo yang selama ini bikin Jingga sakit hati sampe nangis-nangisan, lo bangsat tolol! Cowok apaan lo bisanya bikin cewek nangis doang? Mending lo jauhin Jingga, atau lo berurusan sama gue!" ancam Angga sambil melepas kasar cengkramannya.

Jingga sakit?

Jingga nangis?

Kenapa?

"Jingga sakit? Gara-gara gue?" entah karena Angga yang ucapannya sulit dimengerti, atau memang karena otak Langit yang kelewat lemot. Karena sampai detik ini pun, Langit tidak mengerti apa maksud ucapan Angga.

Angga tersenyum miring, malas untuk menjawab pertanyaan tidak berguna semacam ini. "Menurut lo?"

Langit terdiam. Meski Langit tidak tahu pasti mengapa Jingga bisa sampai segitunya hanya karena dirinya.

"Kalau lo suka sama Kara, jauhin Jingga. Karena sekali lagi lo nyakitin dia, gue gak bakal segan-segan buat nyakitin lo balik." ucapan Angga terhenti, diakhiri tepukan tangan Angga yang cukup keras di bahu kiri Langit.

Angga melenggang pergi dengan hentakan langkah yang keras. Meninggalkan Langit dengan baju berantakan karena cengkraman Angga di seragamnya. Dan sejuta tanya akan keadaan Jingga, juga masalah gadis itu yang sesungguhnya.

Langit harus tahu itu, secepatnya.

⚫⚫⚫

Meski badannya belum seratus persen sehat, juga bersin dan batuk yang masih saja berkelanjutan layaknya serial drama di televisi, Jingga memaksakan diri untuk pergi ke sekolah.

Jingga pernah bilang kan, kalau dirinya sangat tidak betah untuk membolos atau izin sekolah.

Jadi, disinilah Jingga. Berjalan gontai menyusuri koridor menuju kelasnya, dengan hidung semerah tomat dan persediaan tisu di tangan kirinya. Sesekali bersin dan batuk. Demi apapun, Jingga paling benci kalau sudah sakit seperti ini.

Tapi, setidaknya, pagi ini Jingga sudah bisa bertemu dengan Arla dan teman-teman yang lainnya. Hitung-hitung sambil melupakan kejadian Langit kemarin.

Langit Jingga (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang