"Karena hari esok selalu menyimpan sebuah kejutan."
--: B e r a k h i r :--
Arla menatap refleksi dirinya dalam cermin, tangannya sesekali merapikan tatanan rambut hitam bergelombangnya yang sengaja ia gerai. Dengan tambahan ikatan-ikatan kecil dan sedikit hiasan agar rambutnya terlihat 'hidup'.
Untuk kesekian kali Arla memperhatikan lagi pantulan dirinya dari atas ke bawah.
Dress putih selutut dengan bawahan sedikit megar dan ornamen-ornamen kecil berwarna biru tua membuat dirinya terlihat feminim. Pilihan Ibu memang paling top, untung saja ia tidak memaksa memilih dress nya sendirian. Kalau iya, entah akan bagaimana tampilannya saat ini.
Dengan sedikit polesan bedak tipis juga sentuhan terakhir, lipstick berwarna baby pink yang menyatu dengan warna bibir aslinya.
Terlihat anggun, dan natural.
Arla berputar sebentar didepan cermin, melihat kembali apa ada sesuatu yang kurang.
Setelah merasa yakin, ia mengambil clutch bag nya.
"Adek, itu temennya udah nunggu diluar!" teriak seseorang dari bawah yang tak lain Ibunda Arla.
"Iya, bu!"
Arla mengambil sepatu berwarna putih dengan heels sangat rendah agar tidak terkesan berlebihan, lalu memakainya cepat.
Oh, dan yang paling terakhir, parfum. Arla menyemprotkan parfum yang dibelikan Ibu ke sekujur tubuhnya.
Setelah merasa puas akan tampilannya, Arla segera turun ke lantai bawah, siap memperlihatkan penampilannya yang berbeda.
Andi, kakak laki-laki Arla lah yang pertama kali memperhatikan Arla dari atas kebawah. Melihat ada sesuatu yang berbeda dari penampilan adiknya.
"Subhanallah, tumben cewek beneran," kata Andi pada Arla yang kini bersaliman pada Ibu.
Arla membalasnya dengan dengusan jengkel. "Emang biasanya gue apa? Siluman cewek?"
Andi tertawa menanggapinya, sementara Arla segera berlari menuju pintu.
Sebelum Arla membuka pintu, ia mengucapkan salam dengan setengah berteriak.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" jawab Ibu dan Andi.
Arla membuka pintu rumahnya, berjalan menuju pagar lalu membuka pintu pagarnya. Terlihat sebuah citycar hitam dan Angga berdiri disebelahnya. Terlihat sangat gagah dengan balutan jas hitamnya.
Angga terlihat terpaku sebentar melihat penampilan Arla yang bisa dibilang, berbeda. Lalu akhirnya Angga menyapa gugup.
"Hai."
Arla tersenyum.
"Hai."
Angga tidak berkutik, masih tidak bisa memindahkan pandangannya dari Arla.
"Kenapa?"
Angga mengerjap, lalu membalas spontan. "Lo, cantik banget."
Arla tersenyum menanggapinya.
"Gombal," jawab Arla yang diikuti kekehan kecil Angga.
Angga tengah membukakan pintu mobil untuk Arla, namun sebelum Arla masuk, ia bertanya.
"Sejak kapan lo dibolehin bawa mobil?"
"Sejak tadi. Tapi, ya, izinnya perlu ekstra perjuangan sih."
Arla tertawa membalasnya, lalu masuk kedalam mobil sebelum Angga menutup pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Jingga (completed)
Teen FictionLangit bisa saja menganggap bahwa Jingga hanyalah orang baru yang tidak tahu apa-apa, yang dengan tiba-tiba masuk dalam lingkup kehidupannya, merusak hari-harinya yang seharusnya tenang dengan duduk santai di meja perpustakaan, dan menganggu masa-ma...