P R O L O G

19.4K 950 47
                                    


--: P r o l o g :--


Awalnya, semua baik-baik saja. Saat aku yang dingin dan cenderung diam, dipertemukan denganmu, sang Mentari yang hangat dan ceria.

Semua masih berjalan seperti biasa, kamu berteriak girang kala resmi diterima sebagai murid berseragam putih biru. Tidak lagi berbalut rok merah selututmu itu.

Tapi menurutku itu biasa saja, toh tidak ada yang berbeda, hanya berganti seragam dan sekolah. Selepas itu, semua akan sama. Aku tidak punya kenangan apa-apa selama di sekolah dasar, itu yang membuatku tidak menangis saat acara perpisahan sekolah tiba. Lain halnya dengan kamu, kamu yang paling menangis jejeritan sampai telingaku pecah mendengarnya. Wajar saja, kau punya begitu banyak teman dan kenangan yang bisa diingat. Sedangkan aku? Temanku bahkan hanya kamu.

Sayangnya, waktu berjalan begitu cepat. Kamu bilang, kamu akan pergi. Kamu menyuruhku untuk mulai mencoba mencari teman baru, tapi aku malah mengurungkannya. Teman? percuma saja, mau aku mencari teman sampai ke ujung dunia pun, tidak akan ada yang mau berteman denganku. Kecuali kamu, Mentari.

Dulu aku selalu bertanya padamu, apakah aku ini laki-laki yang aneh? Dan kamu selalu bilang, aku bukanlah aneh. Kamu bilang, aku hanya perlu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kamu bilang, aku harus mengurangi sifat menyendiriku. Lagi-lagi, aku mengurungkan-nya. Menurutku, menyendiri lebih baik ketimbang harus bergaul dengan orang lain yang sifatnya tidak cocok denganku. Mereka tidak ada yang mengerti denganku, hanya kamu satu-satunya orang yang mengerti keadaanku, Mentari.

Lalu kamu pergi, benar-benar pergi meninggalkanku, sendirian. Kamu bilang kamu harus pindah ke luar kota. Kenapa? Kenapa harus pindah? Tanpa Mentari, Langit gelap tanpa cahaya. Sama hal nya denganku. Tanpamu, hidupku gelap, Mentari.

Kamu berjanji akan mengirimiku surat tiap pekan, sudah kutunggu dari pekan kemarin, tapi suratmu tidak juga datang. Aku ingin bercerita padamu, Mentari. Aku ingin bercerita bahwa akhir-akhir ini ayahku bertingkah beda. Aku ingin bercerita bahwa ada seorang anak perempuan seumuran kita yang kutangkap seringkali memperhatikanku. Aku ingin bercerita banyak padamu mentari.

Pekan berikutnya, akhirnya suratmu datang. Tapi aku heran, tulisannya tidak seperti tulisanmu. Mungkin saja, karena aku sudah jarang memperhatikan tulisanmu. Aku senang kau mengabariku, rutin setiap pekan.

Sampai suatu saat, kamu bilang kamu lelah mengirimiku surat terus-terusan. Kupikir kamu hanya bercanda, taunya tidak. Kau benar-benar berhenti mengabariku.

Dua bulan berlalu tanpa satupun kabar darimu. Dan tiba-tiba datang sebuah surat, aku sangat senang waktu itu. Akhirnya kau mengabariku juga.

Tapi untuk kali ini, untuk yang pertama kalinya aku tidak senang dikirimi surat. Karena didalam surat itu, dituliskan bahwa dirimu sudah pergi. Bukan pergi untuk kembali, tapi pergi untuk yang terakhir kali.

Dan kau, Mentari. Untuk kedua kalinya kau meninggalkanku, kali ini meninggalkanku untuk selamanya.

Langit Jingga (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang