[32] : Pernyataan

5K 316 10
                                    

--: Pernyataan :--



Hari ini Langit sudah bisa masuk sekolah. Mendengar kabar kecelakaan Langit, satu sekolah kini heboh membicarakannya. Terlebih saat Langit menginjakan kaki di kelas, suara gaduh langsung berkoar sana-sini.

Mengingat Langit terkena amnesia ringan, ia bahkan tadi lupa dimana ruang kelasnya. Bukan masuk ke ruang kelas, Langit malah masuk ke ruang kepala sekolah. Untungnya kepala sekolah sudah tahu tentang penyakit amnesia ringan Langit lalu mengantarkannya pada ruang kelas.

Langit duduk di bangku paling depan. Ia sendiri sebenarnya lupa dimana tempat duduknya.

"Loh, Lang? Itu tempat duduk gue kali. Tempat duduk lo kan disana."

Langit menatap perempuan itu datar, lalu beranjak pada tempat duduk yang perempuan itu tunjuk.

Tak lama Pak Heri datang menjelaskan pelajaran matematika yang rumus-rumusnya tidak ada yang Langit ingat sama sekali.

Yang dia ingat, matematika bukannya hanya tentang tambah kurang kali bagi saja, ya?

⚫⚫⚫

Mata Jingga menelusuri kantin, mencari Langit. Ia sudah membawakan roti isi khusus untuk Langit. Siapa tahu, lambat laun Langit akan mengingatnya perlahan bila Jingga terus mendekatkan diri dengan Langit.

Tak perlu waktu lama, Jingga menemukan Langit di meja pojok kantin. Dengan cepat Jingga melangkah menuju tempat Langit duduk.

Jingga duduk tepat di kursi depan Langit, ia terlihat sibuk mengaduk jus mangga-nya sambil sesekali ia minum.

Menyadari kehadiran Jingga, Langit menoleh. Matanya membulat heran.

"Loh? Lo lagi? Sejak kapan lo sekolah disini juga?"

Oh, Jingga lupa. Kemarin Langit bahkan menganggap Jingga perempuan aneh yang salah orang dan salah masuk kamar. Padahal jelas-jelas Langit yang tidak ingat siapa itu Jingga.

"Ternyata lo masih gak inget gue ini siapa."

Langit mendengus. "Emang lo itu siapa sih? Presiden? Ratu? Atau Puteri Raja? Apa sih yang mewajibkan gue harus inget sama lo? Lagian, gue rasa gue gak pernah kenal sama lo."

Bukan, ini jelas bukan Langit yang Jingga kenal. Bahkan ini jauh lebih menyebalkan dari Langit yang Jingga kenal pertama kali. Setidaknya, Langit dulu hanya menampakan sikap dinginnya. Dan itu saja sudah sangat menyebalkan. Berbanding terbalik dengan Langit sekarang yang lebih suka mengeluarkan kata pedasnya.

Jangan nangis sekarang, Jingga. Jangan.

Tangan Jingga mengepal kuat. Ia tidak tahan melihat Langit seperti ini. Ternyata amnesia bisa mengubah sifat Langit menjadi berbanding terbalik 180 derajat.

Iris mata Jingga menatap panas mata Langit.

"Kenapa liat-liat gue? Udah lah, lo ganggu jam istirahat gue. Perempuan aneh."

Langit beranjak sambil meninggalkan jus mangganya yang masih banyak.

Mata Jingga tidak bisa lepas dari punggung Langit yang berjalan angkuh menjauh, seakan tidak ingin dekat lama-lama dengannya. Seiring tubuh Langit mengecil dan menghilang tepat di belokan menuju koridor, air mata Jingga jatuh, hanya itu satu-satunya pelampiasan rasa sakit Jingga ketika hatinya terasa tersayat ribuan jarum. Kecil, tapi menyakitkan.

Langit Jingga (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang