Gila gila gila judulnya...
Kok jadi ngerasa serem sendiri ya? Duh pokonya mah dibaca dulu kalo penasaran. Jangan lupa tekan bintang👌💕💕
. . . . .
Jingga mencebikkan bibirnya saat menerima hukuman dari Bu Emmy, guru seni budaya. Pasalnya, ia harus mencari sejarah tentang musik dan jenis-jenisnya. Malas sekali. Mengapa tidak keliling lapangan saja atau keluar kelas hingga bel pulang? Setidaknya itu lebih baik untuk Jingga.
Lagi dan lagi Jingga harus pergi ke perpustakaan. Untung saja ini sedang jam pelajaran, jadi perpustakaan sepi. Perpustakaan Tunas Garuda memang rapi, bau debu tidak mendominan seperti perpustakaan pada umumnya, di perpustakaan ini juga di sediakan ruang membaca yang di pisah oleh sekat, cocok untuk para kutu buku yang ingin berlama-lama di sini. Tidak hanya buku pelajaran, bahkan ada novel dan komik di sini. Ya itung-itung hiburan.
Jingga menelusuri buku-buku tentang seni budaya, mencari yang kira-kira pas untuk menggali sejarah musik. Di lihatnya buku sejarah tentang musik, lalu Jingga mengambilnya dan membukanya untuk sekedar membaca. Ajaib, buku ini tebal sekali. Memang benar-benar Bu Emmy menyuruhnya merangkum hampir satu buku ini, apa beliau punya dendam pribadi dengan Jingga?
Jingga berjalan menuju penjaga perpustakaan, meminta kartu tanda peminjaman buku agar bisa di bawa pulang. Jingga menyerahkan buku tersebut, lalu sang penjaga perpustakaan memberi stempel pada buku itu dan memberikan Jingga selembar kartu tanda peminjaman yang tidak boleh di hilangkannya. Meskipun sekolah ini milik Opahnya, jika Jingga menghilangkan salah satu buku yang ada di perpustakaan, tetap saja harus menggantinya. Opahnya ingin agar Jingga menjadi orang yang bertanggung jawab. Opah agak ketar-ketir mengurusi masalah Jingga, pasalnya, dulu Mario tidak senakal ini. Dan entah mengapa cucunya bisa ajaib seperti ini, emosi sedikit main pukul. Ingin jadi petinju?
Jingga melihat situasi dan kondisi di sekitar, di lihatnya sepi dan tidak ada guru piket yang berkeliling, Jingga langsung saja cabut ke kantin. Perutnya memang seperti karung yang minta di isi terus oleh tuannya, padahal tadi pagi Jingga sudah sarapan di rumah, nasi goreng kornet buatan Tania yang tiada duanya.
Jingga memesan soto ayam beserta minum, lalu mencari tempat duduk strategis. Jingga melihat sekitar, di lihatnya seorang gadis yang ia kenal, ia langsung menghampiri gadis tersebut.
"Boleh duduk sini?" Tanya Jingga agak kencang. Karena gadis di hadapannya ini sedang menggunakan earphone, seraya jari-jarinya berkutat pada benda persegi itu.
Gadis itu harus mendongak untuk melihat siapa yang tadi bersuara, "eh, silahkan, Ga." Gaea tersenyum.
Jingga duduk di hadapan Gaea, seraya meletakkan buku tebal itu di meja. "Lo bolos pelajaran?" Tanya Jingga dengan ragu. Baru kali ini Jingga melihat Gaea yang tidak masuk kelas saat jam pelajaran berlangsung.
Gaea melepaskan salah satu earphone yang bertengger di telinganya, "nggak, kok. Lagi freeclass, bosen aja di kelas." Jelasnya.
Jingga mengetukkan jemarinya di permukaan meja hingga menghasilkan suara. "Lo lagi dengerin apa?" Tanya Jingga penasaran.
"Lagunya James Morisson yang you give me something." Jawabnya dengan lembut.
Jingga menganggukkan kepalanya. "Lo suka James Morisson?"
Gaea menggeleng. "Cuma suka sama lagunya yang ini. Enak aja gitu. Menurut gue penyanyi itu relatif, gue lebih suka ke musiknya daripada penyanyi-nya." Hanya melalui obrolan kecil seperti ini, mampu membuat hati kecil Gaea menghangat. "Kalo penyanyi, lo suka siapa?" Tanya Gaea pada Jingga.
Jingga berpikir sejenak. "Banyak. Green day, Avenged, Linkin Park, ah pokonya banyak deh." Ia menghitung dengan jarinya. "Kalo lo suka sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dan Jingga
Teen FictionSequel of "FRIENDSHIP IS NEVER ENOUGH" Apa hanya sekedar ilusi, sayang? Jika berharap kau akan segera pulang. Menuntun jiwa yang tersesat menunggu terang. Desahan ilalang memaksa lupakanmu, apa artinya rindu tanpa bertemu? Deburan ombak membisik je...