Disaster!

44 4 1
                                    

Aku mengerti sekarang, dunia ini tidak akan damai selamanya. Perdamaian hanya sementara dan itu hukum yang tidak bisa terelakkan.

Cahaya menembus ruanganku, dan ini tandanya sudah pagi. Aku mengerti sekarang, cahaya itu tidak akan bertahan lama layaknya perdamaian ini, seperti dunia ini. World has change.

"Bangun Reis, sekarangkan hari spesialmu. Jangan sampai terlewatkan." ucap seseorang kepadaku, menyingkap selimutku dan yang membuka tirai jendelaku.

Yah, dia adalah ibuku dan itu tidak akan bertahan lama, akan ada suatu hari manusia akan kehilangan orang terdekatnya, seperti dunia yang kehilangan perdamaiannya.

"5 menit lagi bu, masih ngantuk nih" ucapku sambil menarik selimutku.

Aku tidak mengerti kenapa aku melakukan ini, atau mungkin aku hanya ingin diperhatikan oleh ibu, dan aku tidak ingin kehilangan perhatian itu.

"Tidak Reis, hari ini kau akan diangkat menjadi seorang tentara dan jangan lewatkan kesempatan itu." ibu pergi kekamar mandi kamarku, dia mengambil air lalu menyiramkannya kepadaku.

"Apa yang kau lakukan bu." ucapku sedikit kesal, sejujurnya aku sangat senang, karena ibu masih memperhatikanku.

"Pergilah mandi, ibu akan menunggu kebawah." ibu langsung turun kebawah, tapi sebelum itu dia berhenti di pintu dan mengatakan "jangan bermalas malasan, hargai waktumu." ibu tersenyum lalu pergi.

Melihat ibu tersenyum membuatku bahagia, dan senyuman itu yang ingin ku lihat tiap hari.

Sejujurnya, aku tidak ingin menjadi seorang tentara, bukan karena menyusahkan tapi karena aku tidak mau meninggalkan ibu dan teman temanku.

Oh ya, namaku Reis Gustavo, aku masih muda kok, umurku 19 tahun. Aku tinggal bersama ibu sendirian, ayahku menghilang entah kemana. Aku tinggal di salah satu daerah di California.

Aku tadi berpikir tentang perdamaian kan? Yah begitulah keadaan dunia ini sekarang, dunia sudah damai walaupun hanya sementara. Ya begitulah menurutku,semuanya pasti akan hilang jika sudah pada waktunya.

Cita citaku adalah...um...tidak ada. Aku hanya punya ambisi dan ambisiku adalah membunuh seseorang. Hah?! Seseorang, yah begitulah diriku, penuh dengan dendam.

Ada satu hal lagi yang ingin ku ungkapkan, bahwa dunia ini datar. Dunia datar? Apa apaan ini? Sudah gila ya? Um begitulah pemikiranku, bahwa dunia ini datar.

Nanti pasti akan kubuktikan pemikiran ku tadi, maka dari itu ikuti lah kisah hidupku yang penuh warna ini.

"Kau sudah selesai Reis? Bagus lah kalau gitu sarapanlah dulu baru berangkat." ibu menuju ke meja makan, dia mengambilkan roti lapis dan membawanya kepadaku, dia sangat baik padaku bukan?

"Terima Kasih bu, aku berangkat dulu ya! " aku mencium tangan ibu lalu pergi meninggalkannya, ini seperti perpisahan saja.

Sekarang aku sudah menjadi tentara, tidak maksudku sebentar lagi akan menjadi tentara. Ada rasa senang dan juga ada rasa kecewa. Aku senang karena ini adalah bagian dari ambisiku, sedangkan aku kecewa karena aku akan meninggalkan orang orang terdekatku.

Aku melihat jam tanganku, waktu terasa lama sekali, aku menunggu pelantikan yang belum dimulai mulai, dan ini membosankan.

Lagi dan lagi, kapan pelantikan ini dimulai? Rasanya ini seperti orang yang mengantri sembako. Lama sekali!

"Baiklah, acara yang kalian tunggu tunggu akan dimulai. Inilah saatnya. Pelantikan tentara generasi baru akan dimulai!" ucap seorang yang ada dipanggung pelantikan.

"Acara ini akan dimulai dengan upacara pembukaan, dilanjutkan dengan sambutan bapak presiden, dilanjutkan pelantikan anggota tentara generasi baru,dan ditutup dengan upacara penutupan." jelas seseorang dari atas panggung.

Satu per satu acara dimulai,dari upacara pembukaan,sampai pidato yang tiada habisnya dari pak presiden. Dan inilah saatnya acara yang ditunggu tunggu, acara pelantikan!

"Apa kalian semua siap? Kalian sebentar lagi akan menjadi prajurit! Tenang saja, kalian tidak akan mati dengan mudah! Karena dunia ini sudah damai!" ucap presiden, mendengar kata damai membuatku muak. Kenapa semua orang senang saat mendengar kata damai?padahal itu hanyalah kata kata dan tidak akan bertahan kalau pengucapannya berhenti,dan seperti itulah perdamaian yang sesungguhnya,hanya bisa bertahan sementara dan selanjutnya akan lenyap.

Baiklah acara ini akan" tiba tiba halaman yang kami tempati bergetar, langit tiba tiba gelap, burung burung berterbangan, apa yang terjadi?

Terlihat dilangit meteor yang jumlahnya sangat banyak berjatuhan. Terlihatlah asap raksasa yang sedang menyelimuti suatu benda yang juga raksasa! Apakah itu?!

Tiba tiba bapak presiden dan orang orangnya dievakuasi, semua orang yang ada dihalaman berlarian, apakah ini hari akhir?

Aku hanya terdiam ditempatku semula, menatap apa yang telah terjadi, sebuah benda raksasa melayang diatas kepalaku, tidak, melayang diseluruh kota!

"I-ibu,aku harus menemuinya." aku berlari menuju rumah, berlari berlari dan berlari. Kulihat semua orang pergi meninggalkan kota dan hanya aku saja yang masuk kekota.

Tiba-tiba cahaya keluar dari benda raksasa itu, cahaya yang mirip dengan senjata plasma!

Cahaya itu jatuh kekota, dan meledak. Seketika kota hancur lebur, cahaya itu jatuh berkali kali dan terus menghancurkan kota. California akan runtuh!

"Ibu, kau dimana? " aku berhenti, aku hanya bisa meratapi kota yang sudah hancur dari kejauhan, aku hanya bisa berdoa kalau ibu masih hidup, karena dia satu satunya yang aku punya.

"Apa kau baik baik saja?" ucap seseorang, dan itu ternyata Annie. Yah dia adalah temanku sejak kecil, dia lah yang menemaniku selama ini selain ibuku.

"Seharusnya aku menemaninya, seharusnya aku tidak meninggalkannya. Ini semua salahku." aku menangis, aku tak sanggup menahan air mataku. Ini semua sudah berakhir.

"Tenanglah, yakinlah kalau ibumu masih hidup, berdoa dan percayalah. Tuhan selalu bersama kita." Annie berusaha menenangkanku, dia memegang tanganku dan memelukku.

Tiba tiba sebuah cahaya yang lebih besar dari sebelumnya jatuh! Dan daya ledaknya lebih dahsyat!

Apakah kami bisa selamat?

 ORANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang