Ini adalah dunia yang damai. Tapi kedamaian itu tidak akan bertahan lama. Sebuah pesawat raksasa datang dan menyerang bumi kami, dan inilah awal dari perdamaian yang hilang.
Apa itu alien? Aku tidak mengerti. Kenapa mereka menyerang kami? Inilah yang kutakutkan. Perdamaian dibumi ini telah dihancurkan.
"Semuanya lari! Selamatkan diri kalian! Ini adalah awal dari akhir dunia!" semua orang berlarian, turun ke jalan dan berusaha keluar dari kota.
Sebuah ledakan dari pusat kota dengan diikuti awan hitam yang lebat, apakah ini pertanda?
"Reis kita harus pergi dari sini, daya ledakannya semakin besar!" Annie berusaha menarikku dan membawaku keluar dari kota.
"Tidak Annie, ibuku masih didalam sana, aku harus menyelamatkannya! " aku berlari masuk kekota, melewati kerumunan orang orang yang berusaha menyelamatkan diri mereka.
"Dia sangat keras kepala! " Annie berlari mengikutiku.
Kami berdua berlari masuk kedalam kota. Gedung gedung yang terbakar dan berjatuhan, jalan jalan yang kehilangan sambungannya.
Kulihat kesekeliling, mayat manusia ada dimana mana, darah mewarnai seluruh isi kota ini. Didalam hati aku berkata, semoga ibu masih selamat.
"Kelihatannya pesawat itu sedang melakukan pengisian, kelihatannya akan menembakkan cahaya itu lagi." Annie menatap keatas, dan tanpa sadar kami berdua tepat dibawah lubang dimana tempat cahaya itu keluar.
"Kelihatannya itu pusatnya." ucapku.
"Kita harus cepat sebelum cahaya itu menghancurkan kota ini lagi." Kami berdua berlari kearah rumahku.
"Kita sudah sampai, Annie kau tetap disini mengawasi daerah luar. Kalau terjadi apa apa teriaklah." aku langsung masuk kedalam rumah, mencari ibuku dan berharap dia masih hidup.
Aku menyusuri setiap ruangan dan belum menemukannya. Dan tinggal satu ruangan yang belum aku telusuri, ruangan itu adalah kamar mandi.
Aku berjalan perlahan dan berharap tidak menemukan mayat ibu. Karena aku yakin ibuku masih hidup. Aku mulai membuka pintu kamar mandi secara perlahan, dorongan demi dorongan...
"Tidak!! Ibu!! " ku lihat ibuku tergeletak dilantai, dilumuri banyak darah. Dan sebuah pisau menancap dilehernya. Apa ini pembunuhan?!
"Tidak, ini tidak mungkin terjadi! Ibu!" aku menangis sejadi jadinya, tidak kusangka ibuku meninggalkanku sendirian begitu saja, ini sangat jahat bu!
"Reis! Keluarlah! Cahaya itu mulai membesar! Dan akan jatuh!" kudengar teriakan Annie dari luar, tapi tubuhku tak kunjung berdiri dan berlari, aku masih terlarut dalam kesedihan, dan berharap ini hanya mimpi.
"Reis! Apa yang terjadi? Astaga, aku turut berduka Reis" Annie datang menghampiriku dan duduk disebelahku, dia berusaha menenangkanku.
"Tapi kita harus pergi dari sini Reis, ibumu pasti ingin kau tetap hidup, karena kau adalah penerusnya. Kau adalah anaknya" Annie memelukku.
"Apakah ini namanya akhir? Percuma kita lari kalau ini sudah menjadi akhir. Kita... Tidak aku akan tetap disini, kau pergilah. Aku akan menunggu akhir." ucapku sangat putus asa.
"Reis, kita akan terus hidup, kau punya mimpi akupun juga. Kau dulu sempat bilang kepadaku kan, kau tidak akan mati sebelum mewujudkan impianmu. Kita semua pasti pernah merasakan kehilangan, aku pun juga pernah Reis. Kehilangan adalah awal dari perdamaian. Tiada perdamaian tanpa kehilangan! Tiada kemenangan tanpa perjuangan!" Annie menarikku keluar dan meninggalkan mayat ibuku, sebelum itu aku mengambil pisau yang menancap dileher ibuku dan membawanya. Aku ingin menemukan siapa yang membunuh ibuku sebenarnya.
Kutatap Annie, dia sedang membawaku keluar kota dan sedang menyelamatkan kami. Kenapa dia begitu ingin menyelamatkanku? Aku ingat sekarang, waktu kecil dia pernah berjanji kepadaku kalau dia akan selalu melindungiku. Dia sudah berjanji. Tapi, apa yang bisa aku lakukan sekarang? Aku hanya larut dalam kesedihan dan tidak tau arah yang benar. Annie selalu membimbingku.
"Kita naik ini." Annie membawaku kesebuah mobil sedan. "Kelihatannya ini masih bisa berjalan." sambung Annie yang sambil menyalakan mesin.
"Kau bisa menyetir? " ucapku.
"Yah, aku selama ini ikut les mengemudi. Setidaknya aku bisa melakukannya."
Kita berdua pergi meninggalkan kota, tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Serpihan serpihan gedung yang berjatuhan karena ledakan sebelumnya merupakan rintangan bagi kami. Puing demi puing kami lewati, ini sangat menakutkan.
Sebuah Batu raksasa jatuh dari langit tepat diatas kami, Batu sangat besar dan disekelilingnya terdapat kobaran api yang panas. Dunia telah mengalami fase terakhir dalam kehidupan, sebuah invasi yang dapat mengubah nasib dunia.
"Awas!!" aku tersadar dari kesedihanku, aku melihat sebuah Batu jatuh turun kearah kami, seakan mau memusnahkan yang ada dibawahnya.
"Aku mengerti! Berpeganganlah!" Annie membanting setirnya kearah kanan, dia menghindari Batu itu dengan sangat cepat, Batu Batu raksasa menghujani kota ini, membuat yang dibawahnya menjadi hancur.
Kami menghindari berbagai rintangan yang ada, dari Batu besar yang menutupi jalan, hingga serpihan gedung yang berserakan. Kota ini benar benar kacau.
"Kita akan keluar!" teriak Annie, dia mempercepat mengemudinya.
"Wow wow wow! Aku masih sayang sama nyawaku Annie!" aku berteriak sekeras mungkin, mobil yang kami kendarai menerobos ke dalam gedung yang mau runtuh!
"Cuma ini satu satunya jalan Reiss!" Annie menerobos masuk kedalam gedung, langit langit gedung mulai runtuh dan akan menimpa kami, Annie mempertambah kecepatannya lagi dan lagi, dan akhirnya kami berhasil keluar wow!
"Kita berhasil, oh yeah!!" Annie tidak bisa menyembunyikan kesenangannya, raut wajahnya menunjukan kalau dia sangat bahagia. "Kita akan lanjut hidup".
Aku membalasnya dengan senyuman kecil, aku masih larut dalam kesedihan, orang yang dekat denganku meninggalkanku begitu saja.
"Ayo Reiss, dunia menunggu kita" Annie menepuk pundakku seakan dia mengerti apa yang aku rasakan sekarang, "ayo kita cari tempat aman"
Kami menuju ke arah Timur, berusaha mencari perlindungan dan tentu saja tempat tinggal. Aku masih tidak mengerti kenapa mereka menyerang kami, apa sebenarnya tujuan mereka? Apa mereka berniat melakukan invasi?
"Sekarang apa keputusanmu Reiss?" ucap Annie tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apa maksudmu?"
"Apa keputusanmu setelah semua ini terjadi? Apa tujuan hidupmu selanjutnya? Apa pilihanmu?"
"Begitu ya, aku memilih... " aku berhenti sejenak, mengingat kata kata ibuku sebelum aku pergi, dia memberiku motivasi dan percaya kepadaku, seharusnya aku tidak menghianati kepercayaannya.
"Aku memilih untuk... " aku menarik nafas dalam dalam, mengingat apa yang terjadi kepadaku sebelumnya. "Aku memilih untuk balas dendam! Aku bersumpah akan menghancurkan mereka!"
Aku langsung mengucapkannya, Annie menatapku lekat lekat, seakan dia tak percaya apa barusan yang dia dengar. Dia mengangguk seakan memahami apa yang kukatakan.
"Aku akan membantumu"
![](https://img.wattpad.com/cover/80908214-288-k638925.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ORANGE
Science FictionTahun 2100, tahun dimana teknologi serba canggih, tahun dimana manusia, hewan dan tumbuhan hidup berdampingan, dan tahun dimana nasib bumi akan ditentukan. Ini adalah sebuah cerita drama aksi yang didampingi oleh genre romance, kisah kepahlawanan da...