Chap 3

3.8K 88 1
                                    

Alrabby Pov

Disinilah aku di meja makan, berhadapan dengan adek sepupuku Shania. Hatiku berdegup kencang sangat kencang hingga ingin bertanya "kenapa hatiku seperti ini saat menatapmu shania", saat tadi aku menggandengnya memegang tanyanya padahal dulu aku bisa saja saat memegangnya huft ada apa denganku, dan Aku tak tahu kenapa tiba - tiba dia bertingkah seperti ini, dia diam terlihat seperti kaget dengan perlakuanku.
Yaudalah mending aku makan dulu.

Saat aku makan Dia terus melihatku melahap makanan ini, Matanya yang indah itu melihatku, ya matanya indah dan coklat, sangat cantik.

"Hey kamu kok ngeliatin kakak gitu banget sih?" Ucapku kepada Shania.

"Eh... Ehh.. kak By hmm gapapa kok" kemudian dia menunduk dan melanjutkan makanya.

Shania knapa ya? Itu yang terlintas di pikiranku tatapannya seperti seorang adek yang tak ingin kakak nya pergi meninggalkanya.

"Shania ayo cepat habiskan makanannya, trus ikut kakak ke kamar kakak ya, ada yang kakak ingin bicarakan" dia hanya mengangguk.

Tak lama nasi dan lauk pauk di piring kita telah habis. Lalu Shania berdiri dan siap - siap mengambil piring kotor untuk dibersihkan.

Aku lalu sigap memegang tangannya  mencegahnya untuk tidak membersihkan piring ini.

Degg... Deg... deg Jantungku huftt.... ingin rasanya jantungku meledak saat tanganku menahan tangan lembut Shania, aku ingin teriak kenapa jantung ini begitu terpompanya saat tanganku memegang tangan Shania, aku menatap matanya dan dia juga menatapku penuh arti, apa arti tatapan itu Shan??

"Gitaaaaa... Gitaaaa..." Kulepaskan tangan Shania cepat dan Kupanggil gita untuk membereskan piring dan juga  gelas kotor kita karena ku tak ingin Shania yang membereskanya, sekaligus menetralisislr detak jantungku dan tatapan penuh arti Shania padaku.

"Eh iya non?" Jawab Gita tergesa - gesa.

"Tolong beresin ini ya Git" ucapku sambil menunjuk meja makan tempat kita makan barusan.

"Eh biar Shania aja kak By" potong Shania

"Oh tidakkk, aku tidak akan membiarkan tangan lembutmu ini mencuci piring Shan" batinku berkata.

"Udah biar Gita aja non" ucap Gita yg langsung mengambil piring kotor, haha bagus Git.

Aku langsung menggandeng tangan Shania dengan sangat lembut tentunya, menuju kamarku di lantai dua, biarkanlah jantung ini berdegub kencang, toh aku suka.

"Kak By kok suruh Gita sih yg bersihkan? Kan kita yg makan" protes Shania.

"Gpp biar dia aja Shan, Kakak mau ngomong sama kamu lagian juga dia dibayar untuk itu kan " tidak ada jawaban hanya anggukan yang aku liat.

Ku tutup pintu kamarku, *clek" dan tak lupa ku kunci pintuku. Kulihat Shania ada di tepi kasur menghadap balkon yang terbuka menampakkan taman belakang rumah ku yang sejuk.

Tiba - tiba angin sepoi - sepoi  masuk melewati balkon itu menerjang badan Shania dan rambut Shania yg terurai itu terkena angin

Mata Shania terpejam, dia tersenyum sangat cantik, ya Allah  tolong jangan hilangkan senyun indah itu ya Allah, aku ingin terus melihatnya tersenyum. Dan tak disadari akupun ikut tersenyum.

"Wow cantik banget kamu Shania, kalau rambut km kena angin gitu udah kayak model - model" tiba2 saja kata2 itu keluar begitu saja dari mulutku huwoo aku malu.

"Berarti aku cantik kalau ada angin doang ya kak?" Dia memanyunkan bibirnya yang tipis itu, eh gemes banget pingin gigit haha.
"Hm... nggak lah kamu cantik terus kok , aku tutup ya pintu balkonya, dingin uda malem nanti kamu sakit "  jawabku menggalihkan pembicaraan.

My Lovely CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang