Prankkkkkk.......
Piring yang semula berada diatas tangan Shania kini berada diatas lantai dengan keadaan hancur lebur, beling -beling itu terlihat mengkilap dan siap menggores apapun yang terlihat rapuh didekatnya.
"hei beling jangan kau berani sentuh jemari lembut Shania, itu akan membuat dia terluka dan kau akan menerima akibatnya jika kau masih saja mendekati jari - jari lentik milik sepupu yang aku cintai itu" kata batinku yang sedang berbicara pada serpihan -serpihan jahat itu, aku mulai gila aku tak tau apa yang dipikirkirkan oleh otakku yang mengajak beling berbicara.
Ku lihat Shania bergetar kaget, matanya menuju beling - beling dibawah dengan turunya setetes air bening yang muncul dari ujung matanya, lalu Shania dengan cepat berjongkok dan mempungut serpihan -serpihan beling itu.
"Shania kamu kenapa" aku bisa gila melihat orang yang aku cintai meneteskan air matanya.
"ck ashh..." kulihat jari telunjuk Shania mengeluarkan darah segar, tersadar dari lamunanku yang sedang bodohnya berbicara dengan beling, aku langsung berjongkok dihadapan Shania dan langsung mengabil jari telunjuk milik Shania, kuhisap darah segarnya sambil kulihat wajah si pemilik hatiku ini, mata Shania bertemu mataku menimbulkan detak jantung yang sangat ingin keluar dari peradabannya.
"hosh.. hosh... hosh... Astanagaaa... non Al jari non Shania kenapa bisa berdarah begitu? " tanya Bi inah yang tiba - tiba berada di belakang ku sambil bernafas tersenggal - senggal
"ahh ini semua salah Shann..." Shania coba untuk menjelaskan.
"Engga bi tadi waktu Shania ambil piring, Al ga sengaja nyenggol tangan Shania jadinya piring nya jatuh deh.." potongku cepat.
"Ohh yaudah non ibu kirain ada apa kok ribut -ribut" kata bi Inah sambil menyapu serpihan - serpihan beling itu dari kaki Shania dan aku
"yauda bi makasih ya, Alrabby ke atas dulu" kulihat bi inah hanya manggut- manggut.
ku gandeng tangan lebut Shania, kubawa Shania pergi dari beling - beling sialan itu.
sesampainya di kamar kududukan Shania di tepi kasurnya, aku tetap tenang dan diam tak bergeming untuk menyembunyikan jantung ku yang berdetak tak sewajarnya dari tadi. lalu ku berjalan menuju kamar mandi untuk mengabil kotak p3k, setelah ku mendapatkan kotak itu dari kamar mandi Shania, aku berlutut dihadapan Shania dan menarik lembut jari telunjuk Shania untuk aku obatin.
"aduhhh.. hsss..." kulihat Shania menutup matanya menahan perihnya obat merah yang mengenai lukanya akibat beling itu.
"Shania Sakit ya? maafin kakak ya ngga pelan - pelan ngasih obat merahnya" ucapku khawatir
Dia tidak mengucapkan satu kalimat apapun untukku, setelah kuberi obat merah, ku lilitkan perban untuk jari Shania agara tidak tergeser dan mengakibatkan sakit untuknya.
kupegang kedua tangan Shania, ku elus - elus lembut tangan Shania, lalu kucium lembut pucuk jari telunjuknya yang sakit itu.
"Muaaah cepet sembuh ya sayang" ucapku padanya.
Dia tersenyum, heyyy... Dia tersenyumm... Cantiknyaa... Dagunya yang runcing, aku tak tahan menyentuh dagunya, pelan - pelan ku dekatkan tanganku, kuelus pelan dagu Shania, dia menutup matanya yang sepertinya dia menikmati sentuhanku, lalu ku naikan lagi tanganku menuju bibirnya, jantungku rasanya ingin melompat jauh ke laut sekarang juga, sungguh cantik wanita di depanku ini, dia anugrah terindah yang pernah kumiliki, aku akan menjagamu seperti aku menjaga diriku sendiri Shania kakak janji padamu.
Setelah mata Shania terbuka, dia menariku dalam pelukan hangatnya, ku dekap erat tubuh mungil Shania. "ohh tuhan jangan kau rebut Shania dariku, aku sungguh hancur bila tanpa Shania di dalam hidupku" batinku berdoa pada Tuhan.