Kobaran Cinta

2.1K 86 0
                                    

Rosa berjalan ke arah pintu rumahnya dengan perasaan yang tak dapat ia lukiskan. Antara kasihan, sedih, takut dan nelangsa. Ia tahu yang sedang mengetuk pintu rumahnya sekarang adalah Hana. Cewek itu mengintip dari jendela kamarnya saat mobil Hana memasuki carport-nya.

Rosa menghela napas panjang. Ia sedang berusaha untuk mengatur ekspresi dan gerak-gerik tubuhnya. Perlahan, ia berdoa dalam hati semoga semua emosinya tak terbaca.

“Hai...”

“Ya ampun Rosaa..... elo ke mana aja sih! Gue teleon hape elo mati! Gue sampe sensi sendiri gara-gara elo kagak ada kabar,” Hana memotong basa-basi Rosa dengan kata-kata yang dari tadi ia terselip di balik lidahnya.

“Ehehe.. gue, gue tadi nggak enak badan, Na. Gue tadi telepon elo nggak diangkat. Ya udah gue tidur. Eh, hape gue malah jatoh. Tuh, pecah jadi tiga bagian,” jawab Rosa sembari berjalan ke kamarnya, diikuti Hana.

“Makanya, hape itu ditaroh di meja. Bukan di ranjang,” Hana mengerucutkan bibirnya.

“Hehe, maap,” Rosa nyengir dengan wajah tanpa dosanya.

Setelah menyuguhkan sebuah minuman dingin pada Hana, Rosa berbaring di ranjangnya. Ceritanya dia berpura-pura sakit.

“Eh, eh, Ros. Gue ada kabar bahagia loh,” ujar Hana bersemangat. Rosa hanya menaikkan alisnya, ingin tahu.

“Gue sama Kak Han pacaraaaaan,” Hana memeluk Rosa dengan girang.

Rosa menerjapkan matanya beberapa kali. Ia tertawa sumbang. Ia tahu, sedikit banyak batinnya kembali mencelos.

“Sori sori. Gue terlalu bersemangat ya,” Hana nyengir kuda.

“Nggak apa-apa, Na. Tuh kan, lo cinta sama si Han,” Rosa berkata lirih. Seandainya ia belum tahu bahwa Han adalah kakak Hana, pasti ia ikut berbahagia dengan karibnya ini.

“Iya Ros. Gue ternyata udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia,” ujar Hana.

Rosa tersenyum. Senyum yang terasa aneh baginya. Namun Hana yang terlalu bahagia tak memperhatikan hal itu.

“Tapi lo harus hati-hati, Na. Jangan sampe lo jatuh terlalu dalam sama dia,” ucap Rosa hati-hati.

“Emang kenapa, Ros?” tanya Hana polos.

Rosa memegang tangan Hana. “Karena lo nggak bakal pernah tahu apa yang akan terjadi suatu saat nanti. Lo bener-bener harus hati-hati ya. Gue nggak mau lo terluka, Na.”

Hana merenung sesaat, meresapi perkataan Rosa. “Iya Ros, gue tahu kok.”

“Na, seandainya Han bukan takdir elo, apa yang akan lo lakuin?”

“Bukan takdir gue? Maksudnya?”

“Ya, elo harus bisa bedain, Na, mana yang bukan takdir elo dan mana yang ingin jadi takdir elo. Karena elo nggak akan pernah tahu sedalam apa luka yang ditimbulkan kalau lo jatuh pada takdir yang salah,” ucap Rosa lagi.

“Ros, ini beneran elo kan?” Hana mengusap kening Rosa.

“Hahahah, ya iyalah. Kenapa sih?”

“Lo tumben puitis banget. Dan ya, gue akan mencoba jatuh secara perlahan sama dia. Gue juga ngerasa ada yang aneh ada aja. Belum bener-bener sreg.”

Rosa meneliti wajah Hana. Dan ia baru sadar kalau wajah Hana adalah refleski Han dalam bentuk wanita. Rosa merasakan matanya panas.

“Semoga elo bahagia, Na,” ucapnya tulus dari hati yang terdalam.

*

BRAK!!!!

“Vangga,” teriak Han dari ruang tamu.

Senandung HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang