aku tahu kau tersenyum sendu
ketika melihat wajah datarku,
aku tahu kau ingin memelukku,
namun lagi dan lagi ada jarak yang semu.*********
Saat ini Ara sedang menatap kosong orang yang berhadapan dengannya. Bahkan untuk memakan makanan yang sudah tersajikan saja ia tidak nafsu. Sedangkan lelaki yang berhadapan dengan Ara, menyadari hal tersebut, membuatnya mendengus.
"Makan atau mau aku yang suapin?" Titah Rasya.
Benar sekali. Itu suara Rasya Anjasmara. Dia masih berada di rumah Ara dan mereka jika dilihat seperti sepasang kekasih yang sedang makan malam. Lebih tepatnya mereka sedang berada di satu meja makan, dan yang membuat keadaan semakin hening adalah di meja makan itu hanya terdapat mereka berdua.
Ara mendelik mendengar itu. Ia bingung. Benar-benar bingung. Bahkan saat ini ia ingin sekali menangis dan berlari ke kamar Arno untuk meminta persepsinya.
Lagi dan lagi Rasya yang melihat itu membuatnya menyenderkan punggungnya di kursi seraya menghela nafas berulang kali. Ia mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan kemudian meneguk air mineral yang berada di dalam gelas.
"Jadi, apa yang mau kamu pertanyakan Ra?"
Masih dengan keadaan yang sama seperti tadi. Ara bergeming tanpa mengucapkan sepatah kata dan tatapannya kosong menatap Rasya. Bahkan lelaki itu sudah mencairkan suasana dan berdeham berulang kali masih saja diabaikan.
"Please. Jangan. Seperti. Ini. Bicaralah." Rasya menekan setiap katanya.
Masih sama. Rasya kehabisan akal. Ia berdiri dari kursi kemudian mengitari meja makan untuk duduk di samping gadis itu.
Bibir tidak bicara, namun mata Ara mengikuti Arah langkah Rasya. Seketika dia memundurkan posisinya saat Rasya sudah berada di sampingnya sekarang.
Tangan Ara bergetar. Matanya memerah dan hatinya seketika mengumpat mengapa hal seperti ini datang di saat yang tidak diinginkannya.
Rasya menyadari akan hal tersebut, ia hanya tersenyum tanpa mengekang Ara akan jarak mereka. Dia membuang pandangan, tetap dengan posisi seperti itu. Namun, Rasya mengingat akan sesuatu kemudian tanpa di bantah semua memori di otaknya berputar sempurna.
******
"Penyakit seperti apa itu?" Kedua kalinya Rasya bertanya kepada Arno yang sebelumnya diacuhkan oleh lelaki tersebut.
"Gua juga bingung. Tapi dari hasil riset di google akan ciri-ciri sikap Ara yang aneh, menurut gua dia terkena penyakit Maladaptive Daydreaming." Di jeda sebentar oleh Arno.
"Sikap seperti apa?"
"Ha?" Arno mengangkat alisnya bingung. Jika Rasya bicara kadang suka setengah-setengah. Padahal dirinya sendiri saja jika di ajak bicara oleh orang lain ketus.
"Maksudnya, sikap aneh seperti apa yang kerap kali Ara tunjuki."
"Hm" Arno mengerti.
"Perihal ilusi. Sepertinya karena kejadian di masalalu dan keadaan yang nggak berpihak kepadanya."
Kali ini Rasya hanya menatap lurus. Tidak bertanya lagi. Dia hanya menoleh lalu tersenyum manis kepada Arno. Melihat itu membuat Arno mendelik.
"Jijik. Maho lu senyumnya."
"Manis tapi?"
"Sana lo jauh-jauh. Mending lo cari Ara dan coba ngobrol dengan dia."
Seketika Rasya tertawa keras mendengar itu dan lebih menggelikan lagi saat melihat tingkah Arno yang menggelikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Ilusi
Fiksi RemajaTentang langit kehilangan ruangnya dan tentang rasa yang dipaksa untuk kadaluarsa. ***** "Jika tanpa kehadiranku membuatmu gila seperti ini, dipastikan aku tidak akan pernah lari apalagi untuk pergi. Tapi jika aku datang kembali dan membuatmu bertam...