Five

1.3K 212 25
                                    

Bagiku kejadian kemarin bagaikan mimpi buruk. Aku hampir dalam bahaya kalau saja keberuntung tidak berpihak padaku. Aku tidak mau terjerumus ke dalam masalah lagi. Benar, siapa juga yang mau? Jadi, aku tahu betul siapa yang harus kuhindari mulai sekarang.

Byun Baekhyun.

Dia melewatiku dan berusaha melobi guru agar diizinkan masuk. Percuma. Aku sudah melakukannya lebih dulu dan di tolak mentah-mentah barusan.

Bibirku mencebik mengejek saat Baekhyun menghampiri. Tangannya bersedekap di depan dada. Ia terdiam memandangi sekolah beberapa saat.

"Aku tahu bagaimana cara kita masuk. Ayo!" Ia menarik tanganku, yang aku lepaskan mentah-mentah.

"Aku pulang saja daripada harus kena masalah lagi." Kataku.

Kedua alis Baekhyun terangkat, "Kemarin kau selamat berkat aku, Hayeon-ah."

"Tapi kau juga yang membuatku dalam masalah. Lebih baik kau sendiri aja. Aku mau pulang." Setelah berucap, aku berbalik dan meninggalkan Baekhyun.

Tak henti-hentinya aku merapalkan sumpah pada laki-laki itu selama berjalan. Ia yang membawaku ke tempat seram itu kemarin, membuat aku dalam bahaya, dan sekarang dia berlagak dirinya adalah pahlawan. Aku membutuhkan permintaan maaf!

Aku menyesal menoleh ke belakang. Bertemu tepat ke bola mata Baekhyun yang ternyata sedang melihatku juga. Satu sudut bibirnya menungging ke atas. Tersenyum remeh karena di matanya aku meragu.

"Ayo ikut denganku sebelum kau kutinggalkan." Perlahan Baekhyun berjalan mundur. "Bukankah sehari saja kau tersiksa jika tidak bertemu Jongin?"

Aku terperanjat. Darimana bocah seram ini tahu tentang perasaanku pada Jongin?!

"Ah, jadi benar. Tidak perlu bicara, ekspresimu sudah menggambarkan semuanya." Baekhyun membuat gerakan menyeleting di depan bibir. "Rahasiamu aman."

"YAA! BYUN BAEKHYUN!"

Aku menyerangnya tapi ia berhasil kabur.

----

"Kau yakin?" Aku bertanya sekali lagi. Menatap dinding tinggi di hadapan kami. Ini terlalu jauh untuk ukuranku yang cukup mungil.

"Iya, kau hanya perlu naik ke punggungku lalu lompat melewati dinding ini. Simpel, kan?"

"Bagaimana denganmu?"

Baekhyun terkekeh, "Kau mengkhawatirkanku?"

"Berisik!"

"Yaa! Kenap--" protes Baekhyun ketika aku tanpa aba-aba langsung menekan tubuhnya berjongkok.

Dalam hitungan tiga aku sudah siap berada di atas pundak Baekhyun. Berpegangan pada dinding ketika Baekhyun bangun dari jongkoknya. Sedikit kesulitan ketika harus mengangkat satu kakiku melewati dinding sekolah karena aku kekecilan.

"Tolong jinjit." Pintaku.

"Kau ini--- hahh!" Baekhyun tidak mampu untuk berjinjit lama sembari menahan beban tubuhku. Sementara aku masih sibuk memanjat yang tak berhasil-hasil.

"Kau tidak pakai savety pants, ya?"

"Yaa!!!"

"Aarg!" Baekhyun menggeram.

Aku menginjak wajahnya. Tidak hanya untuk membalas perilaku bejat Baekhyun, sekaligus menjadikan wajahnya sebagai pijakan.

"Aku berhasil!! Kemarikan tasku!"

Dengan wajah kesalnya, Baekhyun melempar tas kami berdua. Kemudian berpegangan ke sebuah kayu di dinding dan mulai memanjat. Setelah itu, baru dia melompat dan meraih kedua tangangku hingga tiba di puncak dinding.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PIANOFORTE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang