A. Broken Heart

77 0 0
                                    

Hari ini, Jesibel tak mendapat kabar dari Adam, kekasihnya, sama sekali. Menelpon, meninggalkan pesan, sudah ia lakukan berulang-ulang namun tak satupun mendapat jawaban. Padahal jelas-jelas nada sambungnya aktif, entah apa yang ada dipikiran Adam jika memang ia tidak mau menjawab panggilan maupun pesan dari Jesibel. Kekhawatirannya sungguh besar terhadap Adam, membuatnya memutuskan untuk mengunjungi rumah kekasihnya yang cukup jauh walau malam makin larut.

Ting tong!! Ting tong!!

Suara bel rumah Adam terdengar nyaring. Tak sabar rasanya menunggu seseorang untuk segera membuka pintu tersebut. Dan doanya segera terkabul.

"Ya?" Ujar seorang wanita paruh baya yang membuka pintu itu. Sudah tidak asing lagi Jesibel melihat wajahnya.

"Bi, Adam mana ya?" Tanya Jesibel khwatir

"Nona gak tau? Adam tadi siang dirawat di rumah sakit?" Jawab pembantu Adam yang sudah sering Jesibel temui setiap kali ke rumah Adam.

"Hah? Serius? Adam kenapa bik?"
Jesibel kini makin khawatir kepada Adam, tak ada kabar dan ketika mendapat kabar, kabarnya berupa hal buruk.

"Di kroyok preman waktu nolongin orang non"

"Ya tuhan... jadi sekarang Adam di rawat di RS mana?"

****

Jesibel berlari kecil menyusuri lorong-lorong rumah sakit dimana Adam dirawat. Berharap kondisinya tidak terlalu buruk. Ia tidak tega membayangkan Adam dirawat di rumah sakit tanpa ada yang menemani karena orang tuanya begitu sibuk soal pekerjaan. Dan ia tahu Adam pasti sedang sendiri diruang inap, bilapun ada seseorang di ruang itu selain Adam maka itu hanya suster atau dokter yang bertugas mengecek keadaan tiap-tiap pasien.

Huft

Jesibel menghempaskan nafas untuk sedikit melegakan sesak di dadanya sebelum membuka pintu ruang inap Adam.

"Adam, apa--"

Brukk!!

Seketika itu tas yang Jesibel bawa langsung terjatuh ke lantai, ia benar-benar terkejut, sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Tak pernah sekalipun ia membayangkan pemandangan yang ada di depannya. Berharap-harap itu hanyalah mimpi, nyatanya tidak.

Kini begitu banyak pertanyaan di kepala Jesibel. Siapakah wanita itu? Wanita yang di samping Adam, yang terlihat mesra menyentuh wajah Adam perlahan. Tidak mungkin itu suster yang mengecek keadaan para pasien. Tidak mungkin juga itu ibundanya.

"Adam" panggil Jesibel sekali lagi dengan diiringi tetesan air mata perlahan-lahan.

"Oh, hai Jesibel" jawab seorang wanita di sebelah Adam dengan senyuman licik

"Z.. Ze.. Zelma? Apa yang kalian--"

"Maaf belum memberitahu. Kami sama-sama menyesal setelah memutuskan hubungan. Jadi kami berniat kembali--"

"Kau bercanda kan Adam?? Kau bilang mantan kekasihmu itu pelacur murahan. Kau bilang tak akan meninggalkanku"

"Aku hanya sedang dibakar emosi saat itu. Itu tidak benar" jawab Adam mengelak

"Kenapa Jesibel? Terima saja, Adam dan aku tadi sedang berunding waktu yang tepat untuk mengakhiri hubungan denganmu, tapi kau lebih dulu tahu soal kami jadi--" ucap Zelma dengan gaya bagai seseorang yang bangga memenangkan permainan poker.

"Sepertinya, kita akhiri hungan kita sekarang juga" sambung Adam

"Adam! Aku tidak mau! Kau tidak bisa begitu padaku!" Jesibel membantah penuh amarah, namun lawan bicaranya seperti tak menganggap ada hal yang terjadi di depannya.

"Diamlah gila! Jika kau tidak mau diam aku akan panggil penjaga keamanan kalau ada orang gila mengamuk" tukas Zelma disertai mata sinis

Sakit. Sesak dan perih. Hatinya tersayat, seakan lukanya begitu dalam dan menganga. Semua kata-kata kasar yang telah ia terima. Sebuah kejutan yang tak diharapkan. Sungguh ia sakit hati. Air mata seakan tak mampu lagi mewakili kesedihannya.

Di lorong-lorong Rumah sakit yang sepi, ia berlari mencari pintu keluar. Tak memedulikan semua tatapan orang di ruang tunggu yang kebingungan. Melewati angin malam di taman rumah sakit yang tersa dingin. Segera memasuki mobilnya dan menancapkan gas. Menyetir penuh amarah seakan tanpa kendali. Maka malam itu pula Jesibel harus menerima sebuah kejutan kedua. Mobilnya mengalami kecelakaan.

Aku sudah cukup banyak mengalami sakit hati. Jika kau ingin memanggilku kembali, dengan senang hati aku menerima.

Ucapnya dalam hati penuh keputus asaan kemudian semuanya menjadi gelap.

Next?

Vote or comment please!



Can You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang