Matanya tak mau berhenti untuk menatap sebuah foto yang ia genggam. Foto yang ia miliki sejak ia masih di usia remaja. Senyumnya dan teman-temannya terlihat begitu tulus, bermain gitar dan bernyanyi bersama, difoto candid oleh teman sekelasnya pula. Ia merindukan masa-masa itu, entah kenapa malam ini Arka menjadi seperti sosok melankolis. Setelah itu ia mengambil lembar foto berikutnya, kali ini adalah foto seorang gadis, gadis cantik yang punya banyak secret admirer di masa-masa SMA nya, yang salahbsatunya adalah Arka, mungkin sekarang tidak lagi, namun ia tidak bisa berbohong kalau dirinya senang memandangi foto itu. Foto yang membuatnya rindu pada perempuan itu lagi, yang sekarang tak ia ketahui keberadaannya, bahkan terakhir ia melihatnya saat wisuda SMA.
"Apa kabarmu? Apa aku jodohmu?" Tanyanya pada diri sendiri lalu menertawakannya juga.
"Mungkin bukan kau, tapi tidak apa-apa" lanjutnya
Ia pun menyandarkan badannya pada dinding kamarnya dan memejamkan mata.
***
Hari ini adalah hari pertama Arka bekerja di kantor pusat. Seminggu yang lalu, ia mendapat promosi jabatan dari atasannya, dan hal tidak terduga, ia ternyata diminta langsung oleh pimpinan di kantor pusat untuk bekerja ditempatnya, tentu saja itu membuat atasan Arka keberatan, namun bagaimana lagi kalau sudah direktur yang meminta?
Pagi-pagi sekali ia bangun dan mempersiapkan diri agar terlihat semenawan mungkin. Ia tahu ini bukan soal kencan, namun sepertinya, sosok Arka yang cerdas dan disiplin membuatnya lebih fokus pada pekerjaan, kalau begitu ia sudah menjadi lelaki muda yang workaholic, pantas saja kalau baginya berpakaian menawan di hari pertama kerja itu penting. Tidak hanya itu, gelar berikutnya yang pantas ia miliki adalah "betah sendiri". Usianya sudah 22 tahun, tapi tidak ada perempuan yang pernah ia dekati apalagi kekasih, padahal finansial dan penampilannya sangat menunjang. Orang tuanya sampai merasa takut kalau anaknya adalah bagian dari LGBT yang sedang hangat diperbincangkan.
Handphone Arka berdering, ia segera melihat siapa yang menghubunginya. Tercetak jelas tulisan Mama di layarnya.
"Halo?"
"Arka, kamu udah bangun. Mama hari ini mau ngucapin selamat kerja di kantor baru, mudah-mudahan kamu betah. Tapi jangan lupa makan, istirahat, jaga kesehatan selalu ya. Terus nanti kalau kamu pulang bawakan mama calon ya?" Ujar suara ibunda Arka, Lina.
"Iya ma, Arka ngerti. Tapi jangan buru-buru soal calon"
"Haduuhh, kamu ini jangan bikin mama takut kalau kamu itu--"
"Maaa, jangan mulai lagi. Udah ya Arka harus berangkat sekarang. Salam buat papa"
"Iya sayang" lalu sambungan telepon diputuskan dari seberang sana.
Kalimat-kalimat itu sudah bosan ia dengar. Terkadang juga membuatnya begitu penat. Ia pikir dengan pindah ke kota lain ia akan jarang mendengar kalimat itu, tapi sepertinya yang akan terjadi ia akan mendapat telepon dari mamanya dengan kalimat yang sama tiga kali sehari.
***
Arsitektur bangunannya terlihat begitu menawan. Sepertinya akan nyaman untuk bekerja disini, apalagi sekrang ia akan memiliki ruangan besar hanya untuk empat atau lima orang.
"Arka, kau kah itu?" Panggil suara seorang wanita di belakangnya
"Oh, kau, Jesibel bukan? Apa kau bekerja di sini?"
"Dan sepertinya kau juga bekerja di sini. Apa kau orang yang mendapat promosi jabatan itu?"
"Kebetulannya begitu. Omong-omong, dari mana kau tahu?"
"Direktur memberi tahu padaku"
Arka menganggu mendengar jawaban Jesibel. Lalu sesaat kemudian, ia menyadari ada seseorang disamping Jesibel. Ketika Jesibel melihat Arka menatap orang di sampingnya, ia tersadar untuk segera mengenalkannya
"Mmhh, Arka, kenalkan ini--"
"Feyya, bukan?" Sela Arka yang tetap menatap gadis yang Jesibel kenalkan.
"Salam kenal Arka" jawab Feyya sambil tersenyum
"Hey! Kalian sudah saling kenal? Sejak kapan?" Tanya Jesibel penasaran
Langsung saja Arka melihat jam tangannya setelah mendengar pertanyaa Jesibel "hei ini sudah hampir pukul delapan. Aku masih belum tahu meja kerjaku. Bisa kau antar aku Jesibel?" Tanya Arka untuk mengalihkan topik
"Tentu saja" jawab Jesibel lalu ia teringat sesuatu "tapi sepertinya Feyya yang akan mengantarmu" ucap Jesibel sembari melirik Feyya "aku baru ingat kalau kalian itu satu ruangan. Kau tidak keberatan mengantarnya kan Feyya? Lagipula ruanganku cukup jauh dari kalian, dan aku baru sadar kalau ada tugas yang belum kuselesaikan"
"Baiklah" jawab Feyya singkat
"Kalau begitu, aku duluan ya. Dan selamat datang juga Arka"
"Terimakasih"
****
Entah apa yang membuatnya perkataannya begitu mujarab, tapi kata-kata dan ungkapannya semapam akan kerinduan pada gadis masa SMA nya sepertinya dijawab langsung oleh tuhan. Di tempat barunya bekerja itu, ia bertemu lagi dengan sosok gadis di foto itu. Tepat sekali, ia adalah Feyya.
Safeyya Anne. Dua kata itu kembali terekam jelas pada otaknya. Mungkin ia sempat melupakannya, namun kini sempurna ia ingat. Dan rasa itu, ketika senang, sesak, terkejut, kembali berpadu, Arka meneroka, apakah ia jatuh cinta lagi pada gadis itu? Tetap padanya? Lihatlah, betapa seorang lelaki cerdas dan gagah begitu lemah pada hal semacam ini. Memang inilah ke kelemahannya. Mungkin itu yang orang sebut-sebut cupu tapi inilah ia yang sesungguhnya. Sulit mengendalikan perasaan itu. Iya, itu yang ia sebut "jatuh cinta".
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Love Me
AcakPernahkah merasa hanya dimanfaatkan? Namun engkau menikmatinya, bahkan tidak mau melepaskannya. Tersakiti namun mencintai. Itulah aku.