Jesibel membuka matanya, ia terpaku melihat wajah seorang lelaki yang sedang memandangnya juga. Siapa dia? Kenapa ada di sampingnya? Dan kenapa lelaki itu terlihat sangat mengkhawatirkan Jesibel tanpa mempedulikan luka di wajah dan lehernya sendiri. Untungnya semuanya terlihat sudah diobati.
"Akhirnya kau siuman juga" lelaki itu tersenyum lega ke arah Jesibel.
"Siapa kau?"
"Arka, aku minta maaf atas kecelakaan tadi"
Jesibel berusaha mengingat peristiwa sebelumnya. Namun rasanya ia keberatan kalau itu adalah kesalahan Arka setelah ia mengingat yang sebenarnya.
"Itu bukan salahmu"
Arka menatap wajah gadis itu bingung. Ia pikir gadis itu akan memberikan umpatan padanya. Siapa yang suka dengan lelaki mabuk yang menyebabkan kecelakaan? Tentu tidak ada.
"Aku senang kau tidak menyalahkanku. Tapi aku mabuk saat itu"
"Dan aku juga sedang ingin mati. Tapi tidak berhasil" kata Jesibel begitu saja. Hatinya masih terasa sakit membayangkan gadis sialan itu sekarang masih berduan dengan kekasihnya, mantan kekasihnya. Jesibel masih tidak terima dengan keputusan Adam. Satu minggu penuh perhatian darinya. Mengisi ruang kekosongan dalam hidupnya setelah bertahun-tahun. Lalu dengan mudahnya Adam menghancurkannya dalam tiga puluh menit adu mulut itu.
"Kau ingin bunuh diri?"
"Tidak juga. Tapi seandainya aku mati tadi, aku ikhlas" jawab Jesibel
Mata pria itu berputar, bingung harus menjawab apa.
"Kau putus asa?" Tanya Arka "apa itu tentang hubungan?"
Pertanyaan yang tepat. Jesibel malas menjawabnya, lebih memilih mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
"Kau ingin mati karena itu? Bukannya bodoh? Kau masih muda"
"Ya aku tahu aku bodoh sampai terlalu mencaintainya, puas kau?"
"Kau tidak menyayangi orang tuamu?"
"Sayang? Ibuku pergi entah kemana sebelum aku bisa mengingat wajahnya, dan ayahku menaruhku di panti asuhan. Untungnya aku masih dipertemukan dengan seorang wanita bagai malaikat yang pada akhirnya ia meninggalkanku juga. Ia mewarisi seluruh hartanya yang bahkan aku merasa tidak pantas menerimanya. Dan harta itu juga yang membuatku dimanfaatkan oleh seseorang, lalu sekarang aku merasa dimanfaatkan lagi walaupun karena hal yang berbeda. Jadi tidak cukup kah semua peristiwa itu kujadikan alasan kenapa aku putus asa?!" cerita Jesibel panjang lebar, membuat air matanya bertumpah ruah membasahi pipinya, seluruh kesedihan, kekecewaan, amarah, dan kesepiannya bergabung menjadi satu. Rasa-rasanya ia ingin menangis sepuasanya, mengatakn semuanya, tak memedulikan apa-apa hanya untuk sejenak. Walau sejenak.
"Kau perempuan hebat" jawab Arka yang matanya masih memandang Jesibel tanpa berkedip sedari tadi.
Arka tak mempercayai bahwa beban perempuan di depannya begitu berat, namun ada yang lebih tak ia percayai kalau di depannya adalah dia, wanita itu.
"Kalau kau masih butuh tempat ceirta, aku tidak keberatan mendengarkan tapi sepertinya aku tidak bisa memberi solusi jika kau mau" sambung Arka
Jesibel menatap heran pada pernyataan Arka, kemudian ia menyadari jikalau ia telah bercerita tentang kehidupannya begitu saja, pada orang asing yang bertemu karena kecelakaan.
"Maaf aku banyak bicara. Terimakasih sudah mendengarkan"
"Hey, jangan begitu. Lagipula aku yang menyebabkanmu celaka, seharusnya aku yang meminta maaf"
"Jadi kau mendengarkanku karena merasa bersalah?" Canda Jesibel sambil tersenyum
"Sepertinya begitu" Arka pun tertawa menanggapinya "siapa namamu?"
"Oh, aku.... hey, kau membuatku merasa sangat ceroboh. Bercerita panjang lebar pada seseorang yang bahkan tak tahu namaku"
"Setidaknya bukan bercinta" jawab Arka pendek lalu menyadari kata-katanya yang terasa tidak pantas diucapkan kepada wanita di depannya "hey, aku bukan laki-laki mesum"
Jesibel tertawa mendengaranya "tenanglah, aku tidak sensitif dengan laki-laki mesum dan tidak doyan juga"
"Baguslah. Jadi... namamu?"
"Oh iya, aku Jesibel. Senang berkenalan denganmu"
"Kalau begitu aku juga" jawab Arka lalu tersenyum tulus pada Jesibel.
Jesibel pun melanjutkan perbincangannya dengan Arka yang juga tak merasa bosan. Pertemuan di rumah sakit karena sebuah kecelakaan itu memberi kenyamanan diantara keduanya.
****
Mungkin Jesibel memang dikecewakan dan merasa kesepian yang membuat hatinya begitu dingin. Namun sebenarnya ia adalah sosok yang begitu lembut. Yang membuatnya bisa menerima keadaan, membuatnya salah mempercayai seseorang, dan membuatnya menjadi seorang pemaaf, bukan pembenci. Mungkin di sinilah ceritanya dimulai.
Thanks for reading my story
Atma Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Love Me
RandomPernahkah merasa hanya dimanfaatkan? Namun engkau menikmatinya, bahkan tidak mau melepaskannya. Tersakiti namun mencintai. Itulah aku.